Win menepikan mobilnya di depan lobby condo Om Kik seraya menghubungi beliau. Tak lama kemudian, dua sosok yang ditunggunya muncul. Ibu Bright dan Om Kik berjalan menuju mobilnya. Senyum cerah terpancar di wajah keduanya. Win segera keluar dari mobil, menyambut dan membukakan pintu untuk keduanya.
"Win, apa kabar, Nak?" Ibu Bright menepuk pelan kedua pipi Win lalu menariknya dalam pelukan.
"Baik, Ma." Memang atas permintaan ibu Bright, Win diwajibkan memanggilnya Mama, bukan Tante. Berbeda dengan Bright yang masih canggung di depan keluarga Win dan tentu saja tidak berani memanggil orang tua Win dengan sebutan Papa Mama.
Win mempersilakan wanita itu masuk ke dalam mobil, sementara om Kik sudah tidak sabar untuk menyapa kekasih keponakannya itu.
"Win, ngapain pake bukain pintu mobil sih?" tegur Om Kik, dengan sapaan cerianya. Tak lupa memeluk erat Win, "Lama banget kita nggak ketemu."
Win memperlihatkan senyumnya yang menggemaskan itu, "Maaf Om, Win sibuk magang sama skripsi."
"Nggak papa, yang penting sekarang kita semua kumpul. Ya kan?" ujar beliau seraya mengenakan sabuk pengaman.
"Acaranya mulai jam berapa?" Ibu Bright memotong pembicaraan mereka.
"Jam satu, Ma. Masih lama kok." Win bersiap mengemudikan mobilnya menuju mal, tempat acara diadakan.
Bright beserta anak didiknya mengikuti kompetisi musik yang diselenggarakan oleh mal tersebut. Biasanya para pencari bakat juga akan datang di antara penonton dan apabila beruntung, mereka akan ditawari kontrak rekaman. Sudah lama Bright mengutarakan harapan agar anak-anak didiknya menjadi salah satu orang beruntung yang ditawari kontrak kerja.
Dalam perjalanan menuju mal, mereka bertiga membicarakan persiapan Bright dan anak didiknya yang penuh totalitas. Beberapa hari sebelum lomba, mereka berlatih mati-matian. Bahkan Bright lebih sering menginap di rumah omnya untuk berlatih.
"Kamu nggak kesepian, Win?" goda Om Kik seraya tersenyum jahil. Ibu Bright terkekeh geli.
"Nggak Om. Kan itu tanggung jawab kerjanya Bright. Win anggap dia lagi dinas luar kota."
"Oh ya, ngomong-ngomong kapan kalian pindah ke condo baru, Nak?" Sekarang giliran ibu Bright yang bertanya.
Win terdiam sejenak karena dia belum tahu kapan mereka akan pindah, padahal sebentar lagi mereka harus keluar dari apartemen siswa. Sejak terakhir kali ayahnya memberikan condo, dia dan Bright belum sempat berbicara tentang pindah. Apalagi dengan kesibukan Bright melatih anak didiknya. Sementara tiap kali Win berusaha membawa topik itu di dalam chat mereka, Bright seolah tidak tertarik dan malah mengalihkan pembicaraan.
Win memberi tenggat waktu pada dirinya sendiri bahwa nanti malam dia harus membicarakannya dengan Bright. Dia tidak akan membiarkan Bright kabur ataupun mengalihkan pembicaraan. Win sudah mempersiapkan rencana.
"Belum tau, Ma. Yang jelas dalam waktu dekat. Untungnya barang bawaan kami juga nggak banyak."
"Nanti Om bantuin isi condo kamu."
"Nggak usah Om, makasih. Lagian perabotan yang penting-penting udah ada kok, Om."
"Om maksa. Ini tuh hadiah pindahan dari Om buat kedua keponakan kesayangan Om. Jadi kamu nggak boleh nolak ya, Win."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Brightwin] Mulai Sekarang Kita Tinggal Bareng - Season 2
FanfictionIni adalah kelanjutan kisah cinta Bright dan Win. Tentu saja masih tetap dipenuhi kerecehan dan kebucinan mereka berdua. . . Untuk Season 1 nya, bisa kalian cek di wattpad-ku : jawawiya .