11.DA KA.

460 48 0
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.

"Kerjain," titah Kayla, duduk di samping Darrel.

Pria itu melihat Kayla menggunakan ekor matanya, tanpa memperdulikan nya. Ia tetap melanjutkan kesibukan nya di ponsel bermerek Apple gigitan. "Selain bodoh, ternyata Lo congean juga yak?" Celetuk Kayla, masa Bodo jika pria itu marah. Siapa suruh mengabaikannya, sudah tau Kayla minim kesabaran.

Lagi-lagi Kayla mengendus sebal, ucapannya sama sekali tidak di kubis oleh pria di sampingnya ini. Dengan sangat kesal ia menarik paksa ponsel yang di genggam Darrel, tentu nya sang pemilik ponsel itu menahan kekesalan. "Balikin," pintanya dengan wajah merah.

"Belajar dulu," balas Kayla.

"Males," balas nya acuh, dengan mudah ia meraih ponsel di tangan Kayla, "bogel," cibir Darrel karena uluran tangan Kayla mampu dengan mudah ia gapai.

Kayla berdecak sebal, dengan berdecak pinggang ia menatap Darrel garang, "ngomong apan Lo barusan? Bogel yak? Hah? Bogel Lo bilang?"

"Realita." Sahutnya tanpa beban, seumur-umur baru kali ini ada yang berani mengatainya bogel. Berani sekali dia? Bubu nya saja tidak pernh mengatai nya seperti itu.

"Gue lagi nggak mau bercanda, cepet kerjain soal ini. Gue pengen ngetes seberapa bodohnya Lo," cetus Kayla, rasanya ingin menendang orang yang suka mengulur-ngulur waktu berharganya.

Darrel mengeram kesal, "sekali lagi Lo bilang gue bodoh, gue tonjok mulut Lo," ancamnya, sementara yang di ancam mengedikkan bahu nya tidak perduli.

"Gue nggak peduli, cepet kerjain. Gue balik, harus udah selesai. awas aja Lo." Kata Kayla mengancam, ia pun melenggang meninggalkan Darrel dengan kesal.

Setelah kepergian Kayla, tanpa Darrel sadari tangan nya meraih buku yang Kayla berikan. "Soal apan ini?" Gumam Darrel, di iringi decakan sebalnya.

Ia bahkan tidak mengerti sama sekali dari 15 soal yang Kayla berikan. Tapi jika tidak ia kerjakan, bisa-bisa dia kembali mencacinya dengan mulut pedasnya itu.

Setelah lama berfikir, Darrel pun tersenyum. Ia meraih pulpen yang ada di pinggir buku lalu menuliskan sesuatu di lembar jawaban.

Di lain tempat, Kayla tengah sibuk berceloteh sendiri. Kalian tidak perlu heran Kayla memang mempunyai kebiasaan unik,  ia suka berceloteh apapun itu ketika ia tengah mengerjakan sesuatu. Bahkan topik yang ia bicarakan pun random.

"Nah gini kan cakep," gumamnya, sejak ia berumur 8 tahun Kayla memang sudah pandai memasak, ketika Kayla memasak mood nya menjadi sangat baik. Apalagi ketika menu masakan yang ia buat terlihat indah di pandang dan nikmat dirasakan, seperti ada rasa bangga tersendiri di dalam dirinya.

Dengan wajah sumringah Kayla membawa dua piring nasgor tersebut, yang satu buat Darrel dan satu lagi buat dirinya. "Udah?"

Darrel hanya berdehem sebagai jawaban. Ia mengangguk, duduk di lantai beralaskan karpet. "Mau atau nggak?" Tanya Kayla, ia sedikit was-was takut kejadian pagi itu terulang kembali.

"Gue nggak maksa, mau syukur nggak juga lebih bersyukur." Tuturnya lagi.

Darrel mengalihkan pandangannya, "Lo nggak kasih racun kan?"

"Racun gundul mu!" Cetus Kayla, dari pada beli racun mending ia kumpulkan uangnya buat membangun rumah masa depannya dengan Sarah.

Melihat Darrel yang hendak mengambil sepiring nasgor itu membuat Kayla menatapnya dengan penuh peringatan, "gue laper, jadi terpaksa makan makanan Lo." Katanya.

"Bilang aja Lo gengsi, dasar bodoh."

Dengan ragu Darrel mengarahkan satu sendok nasi, lalu mengunyahnya. Tidak buruk, bahkan jauh dari kata buruk, ini sangat lezat. Wangi bubunya sangat terasa belum lagi rasa pedas nya tidak terlalu berlebihan.

Walaupun begitu, Darrel enggan berkata jujur. "Enak kan? Sampe Lo ngelamun gitu," mendengar tuturan itu tentunya membuat Darrel tersentak kaget.

"Biasa aja," balas Darrel ketus.

Biar lah Kayla enggan mempermasalahkan nya, "oh iya, mana buku gue?" Tanya Kayla, Darrel menunjuk mengunakan isyarat dagu.

Kayla pun meraih buku yang ia berikan tadi, matanya melotot tidak percaya dengan jawaban yang Darrel berikan. "Apan ini!" Kesal Kayla. Ia mengedikkan bahu nya.

"Emang nggak salah gue bilang Lo bodoh." Cetus Kayla melirik tajam Darrel.

"ini tugas matematika Darrel! Kenapa Lo jawab dengan gambaran yang nggak  berfaedah Lo!" Ucapnya lagi.

bagaimana tidak kesal ia menyuruh Darrel membuat diagram lingkaran justru pria itu malah menggambar sebuah roda kumplit dengan jari-jari nya.

"Yang penting sama-sama lingkaran kan?" Sahutnya santai.

Ditatap Darrel dengan singit, "Lo niat buat sekolah nggak sih?" Sang empu hanya mengedikkan bahunya.

"Gue udah kaya, nggak perlu sekolah gue bisa beli harga diri Lo," gumamnya santai. Namun tidak dengan Kayla, bagi Kayla harga diri adalah harga mati.

"Ngomong apa Lo barusan? Ha?" Tantang Kayla, ia menunjuk Darrel dengan ujung garpu yang tajam, Darrel yang tengah mengunyah makanan refleks menghentikan kunyahannya. "Asal Lo inget, harga diri gue nggak bisa di bayar sama kekayaan Lo! Lo bisa beli apapun dari kekayaan lo, tapi nggak dengan harga diri gue." Ketus Kayla melenggang pergi. Bahkan ia melupakan nasi goreng nya yang baru ia santap beberapa suapan.

Dengan kesal Kayla membanting pintu kamarnya, enak aja dia berani merendahkannya. "Dasar banci, mulut lemes." Maki Kayla, setiap kali ia berhadapan dengan pria itu selalu saja membuat mood nya memburuk.

"Duit doang banyak, attitude nggak punya," Cerca nya lagi.

Sikap Kayla tidak jauh beda dengan bubunya, keduanya sama-sama suka menggerutu.

Kayla meraih ponselnya, lalu menghidupkan nya. "Nih anak demen banget nelor hidup gue," gumam Kayla, siapa lagi kalau bukan kepada Rara.

30 notifikasi chat dari Rara, yang isinya sama sekali tidak berfaedah. Tidak lama kemudian ponsel Kayla berdering, ia kembali menghela nafas panjang melihat nama yang tertera di sana.

Tanpa menunggu lama Kayla menekan tombol terima, terpampang jelas bagaimana raut sumringah dari Rara. "KAYLA! GUE SENENG BANGET, YA AMUPUNN!" Teriaknya.

"Suara Lo merusak gendang telinga gue, Ra," ketus Kayla, sontak membuat Rara cengengesan. "Haha abisnya gue seneng banget, Lo tau tadi gue ketemu sama si Reza, anjirt! gila! Dia senyumin gue dong!" Cerita Rara dengan seru

"AGHHAHAHA GUE NGGAK BISA DI GINIIN KAY, BUNDAA PENGEN NIKAHH!" Teriak Rara lagi, wajah salting nya sangat terlihat jelas di mata Kayla.

Melihat itu tawa Kayla pun pecah, lihat lah si bocil kalau sudah jatuh cinta di senyumin aja sudah ngereong.

Btw Reza ini teman sekolah nya Kayla waktu di SMA permata, dan kebetulan Reza juga tetangganya Rara. "Lo kalau udah demen sama cowok bikin merinding tau nggak?" Kata Kayla di iringi kekehan kecil.

Kening Rara mengernyit "Maksud Lo? Merinding gimana? Gue kan nggak lagi kerasukan Kay," balas Rara.

"Lo kalau udah demen sama cowok, ngereong nya melebihi orang kerasukan!" Cetus Kayla tertawa puas. Saking puasnya Kayla sampai lupa jika mood nya tadi tengah memburuk.














Publikasi
Kamis, 17-11-2022











DA KA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang