💚❤ Happy Reading 💚❤
When you love a person all fear dissapear, and when you are afraid all love dissapear
Dataran Tinggi Carsto, Wuxi
Wang Yibo mendesah tak percaya. Dia duduk di tanah berumput dan memeluk lutut. Tenggelam dalam lamunannya. Suara angin berdesau dan berputar-putar mengirimkan suara-suara samar dari kejauhan. Beberapa orang dari komunitas pecinta paralayang berkumpul jauh di belakangnya.
Wang Yibo menatap ke kejauhan. Langit siang berwarna biru jernih disaput awan putih selembut kapas.
Tujuh tahun, pikirnya getir.
Selama itu dia merasakan kerinduan akan rumah dengan begitu banyak kenangan di setiap jalan dan belokan di kota kelahirannya. Setiap pepohonan dan taman-taman bunga yang melambai seolah menceritakan dongeng-dongeng dari masa kanak-kanaknya yang sederhana.
Tujuh tahun lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya, dia pindah ke Beijing dengan tergesa-gesa. Lantas beberapa kali mutasi ke Haikou, dan serangkaian perjalanan ke berbagai kota untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai manager pemasaran di sebuah perusahaan terkenal. Terakhir, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai manager operasional di sebuah Nightclub di Beijing.
Wang Yibo tak pernah berpikir untuk kembali ke kota asalnya. Rumah baginya ibarat langit malam. Begitu jauh, tanpa cahaya. Dia tahu, butuh waktu bertahun-tahun baginya untuk siap kembali ke kota kelahirannya. Ke rumahnya, tempat dia meninggalkan semua kenangan dan kemurungan.
Lamunannya tiba-tiba terputus saat sebuah tangan menepuk bahunya. Dengan muram dia menoleh.
Seorang anak laki-laki berusia sekitar enam tahun berdiri di belakangnya. Bocah itu menatap padanya dengan sinar matanya yang polos.
Wang Yibo spontan tersenyum."Paman, kenapa kau duduk sendirian di sini?" tanyanya dengan suara kecilnya yang manis.
"Aku sedang ingin sendiri, " jawab Wang Yibo. Dia meraih tangan kecil anak itu, mengajaknya duduk di rumput tepat di sampingnya.
"Kau tidak bergabung dengan mereka?" tanya anak itu.
"Mereka siapa?"
"Ayah dan teman-temannya. Mereka pecinta paralayang. Aku sangat bosan jika ayah sudah bersama teman-temannya."
"Dia tidak mengajakmu bicara ya?"
Wang Yibo tersenyum sambil menaikkan sebelah alis."Ya, ayah bilang aku tidak akan mengerti." Si anak merengut.
"Baiklah. Kalau begitu ayo bicara denganku." Wang Yibo menyodorkan telapak tangan.
Anak kecil itu menampar telapaknya.
"Toss!"Si anak tertawa kecil. Giginya masih belum beraturan tapi sangat imut.
"Jadi kita akan bicara apa paman?" tanya si anak."Hmmm.. Apa yang biasanya kau bicarakan dengan temanmu?" tanya Wang Yibo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐡𝐞𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐈 𝐑𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧 𝐓𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐨𝐫 𝐍𝐨𝐭 [𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟]
FanfictionHaruskah aku tersenyum karena menjadi sahabatmu? Atau haruskah aku menangis karena hanya menjadi sahabatmu? Hubungan kita diawali dengan persahabatan, dan diakhiri dengan persahabatan. Namun setelah tujuh tahun berlalu, haruskah hubungan itu tetap...