Chapter Four

1.5K 264 14
                                    

Dua kabar baik yang datang tiga minggu kemudian membuat Wang Yibo bersemangat sekaligus kebingungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua kabar baik yang datang tiga minggu kemudian membuat Wang Yibo bersemangat sekaligus kebingungan. Dia sudah melewati sidang tugas akhir dan lulus dengan memuaskan. Seiring dengan itu ada tawaran kerja dari sebuah perusahaan milik ayah salah seorang kawan di kampusnya.

Yang membuatnya bingung adalah perusahaan itu berada di Beijing. Jika dia melewatkan tawaran itu dia akan kehilangan kesempatan yang begitu menguntungkan. Jika dia mengambil tawaran kerja, dia harus pindah dan menetap di Beijing karena tidak mungkin baginya menempuh jarak puluhan kilometer pulang pergi.

Ibunya yang sudah hampir memasuki usia kepala lima, dengan senyum bangga mengambil sehelai jas hitam mengkilat yang tidak terlihat baru tapi masih cukup bagus.

Dengan lembut sang ibu memakaikan jas itu, memasukkan lengan putranya satu demi satu dan merapikan kerah jas.

"Ini milik ayahmu." Matanya yang lelah nampak berkaca-kaca. Wang Yibo mengamati wajah ibunya yang penuh dengan guratan jejak-jejak perjuangan hidupnya.
"Dia selalu memakainya saat menghadiri momen-momen penting."

Wang Yibo tersenyum haru.

"Saat kau melangkah memasuki kantor barumu, memulai langkah pertama perjalanan kariermu, kenakan jas ini. Dengan begitu kau akan selalu merasakan kehadiran ayahmu di sisimu."

Sang ibu mencermati ekspresi putra tunggalnya yang tampan, dia kembali tersenyum tipis.

"Aku setuju jika kau mengambil tawaran kerja itu. Tak ada satupun alasan bagimu menolak kesempatan emas ini," katanya lagi.

Keduanya menatap bayangan masing-masing di cermin tua yang tergantung di dinding.

"Tapi jika kau ingin berjuang untuk kebahagiaan pribadimu, aku pun tetap akan mendukungmu. Bagaimana pun kau harus mengejarnya sendiri, tak ada orang lain yang akan melakukan itu untukmu."

Sepertinya sang ibu mengerti sumber dari semua kebimbangan dan kegelisahan putranya.
Sayangnya, saat itu Wang Yibo belum mengerti maksud dari perkataan ibunya.

~ • ~

Dua hari menjelang pernikahan Xiao Zhan dan Jian Li, Wang Yibo mengambil gaji terakhirnya di Aurora Cafe. Dengan uang itu, dia membeli sehelai syal cantik dari bahan cashmere warna hitam edisi Autumn terbaru. Dia ingin memberikannya pada Xiao Zhan sebagai hadiah pernikahan. Syal itu dikemas dalam sebuah kotak esklusif. Lalu ia menulis selembar surat perpisahan untuk Xiao Zhan.

Surat? Sesaat Wang Yibo ragu.

Apa masih ada pemuda modern yang menulis surat. Mengapa tidak mengirim pesan lewat ponsel saja.

Ah-tidak..

Pesan di ponsel bisa saja dihapus dengan cepat tanpa meninggalkan kesan. Sedangkan tulisan dalam selembar surat lebih mungkin menimbulkan efek dramatis, dan setiap guratan pena itu akan meninggalkan jejak dari perasaan si penulis surat. Karena isi surat itu adalah pesan perpisahan, Wang Yibo berharap setiap huruf yang ia tulis tajam-tajam dan menggoreskan luka di hati Xiao Zhan.

𝐖𝐡𝐞𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐈 𝐑𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧 𝐓𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐨𝐫 𝐍𝐨𝐭 [𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang