Chapter Two

1.7K 254 7
                                    

Empat bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Empat bulan. Ya.. Setiap hari selama empat bulan, kecuali hari libur, Wang Yibo mengantar Xiao Zhan pulang kerja.  Setiap senja turun dengan bercak jingga kemerahan, Wang Yibo menyambutnya dengan suka cita. Senja yang buat kebanyakan orang adalah penghujung hari, buat dirinya justru merupakan awal yang indah.

Mata kuliahnya sudah tidak sepadat semester kemarin. Bahkan nyaris selesai karena dia tengah menyiapkan diri untuk menyusun tugas akhir. Dia selalu menyempatkan diri mengantar Xiao Zhan pulang. Bagi pemuda manis yang menawan itu, tidak ada kata sibuk dalam kamus Wang Yibo.

Kadang sore hari masih terasa panas, kadang turun hujan deras. Walau begitu tidak menyurutkan semangat Wang Yibo. Bahkan jika hari libur datang, dia merasakan seperti ada kerinduan yang tak tercapai. Tanpa sadar Wang Yibo tengah menanamkan dalam diri Xiao Zhan sebuah ketergantungan dan rasa membutuhkan, perlahan menciptakan posisi penting yang memang dia harapkan. Karena pada kenyataannya, lebih dari sekedar mengantar pulang. Mereka seringkali menghabiskan waktu makan di kafe kecil yang mereka pilih secara acak. Kadang minum capucinno di bangku taman. Berjalan-jalan sambil mengobrol dan membeli eksrim di kios pinggir jalan.

Pada bulan pertama, Wang Yibo menyempatkan diri membawa Xiao Zhan ke rumahnya. Mengenalkannya pada ibunya yang, sama seperti dirinya, mengagumi semua sisi baik yang bisa ia temukan dalam diri Xiao Zhan.

"Ibu, ini Xiao Zhan. Dia sahabatku."

Ibunya menatapnya dengan cermat, seolah-olah ada yang salah dengan putranya. Sementara Xiao Zhan menghamburkan bunga kata-kata dan serangkaian etika sopan santun pada nyonya Wang. Wang Yibo terdiam dan tersenyum masam. Ada kegembiraan dan kesedihan yang silih berganti membayang di matanya.

Saat itulah nyonya Wang tahu bahwa putranya mencintai sahabatnya.

~ • ~

"Yibo..." ujar Xiao Zhan ragu-ragu.

Sore itu, hari ke seratus dua puluh dia duduk di boncengan Wang Yibo sepulang kerja. Saat itu penghujung hari yang berawan.

"Hmmmm...."

"Kupikir sudah cukup," ujar Xiao Zhan.

"Apa?"

"Mulai besok kau tidak perlu mengantarku pulang kerja."

Kalimat itu membuat Wang Yibo menghentikan laju motornya dengan tiba-tiba.

"Tidak mau," sahutnya tegas.

"Yibo..." desah Xiao Zhan.
"Aku tak mau terus menerus merepotkanmu," lanjutnya.

"Kau sudah terlalu banyak membuang waktu dan energimu."

"Kau pikir aku mengharap bayaran?" tanya Wang Yibo.

"Sebenarnya bukan itu intinya," celetuk Xiao Zhan. Tiba-tiba tangannya merayap ke bahu Wang Yibo dan meremasnya. Wang Yibo nyaris megap-megap kesulitan bernafas.

𝐖𝐡𝐞𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐈 𝐑𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧 𝐓𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐨𝐫 𝐍𝐨𝐭 [𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang