24. SHE IS NAYA

180 7 0
                                    

   
***

       "Aarghh Wulan!". Teriaknya kaget. Andin baru menyadari bahwa ia barusan bermimpi soal Wulan. Nafas gadis itu terengah seperti habis lari marathnon.

     "Gue nggak bisa begini aja,gue harus melakukan sesuatu. Biar ini takdir pun,gue mau melawannya! Gue nggak bisa!". Gumam Andin pada diri sendiri. Sehabis bermimpi soal Wulan,Andin merasa sudah benar benar di ambang batas kesabarannya. Ia tak bisa menjalani hidup seperti ini terus menerus,bisa bisa ia beneran gila permanen.

     Kalau indigo sejak kecil,mungkin masih bisa Andin maklumi karena akan terbiasa sejak lama,tapi Andin baru menjadi indigo di saat ia menginjak usia remaja,sangat tidak mungkin jika ia menerima semua ini dengan lapang dada.

      Baru saja memikirkan bagaimana cara ia bisa lepas dari 'keindigoannya' mahluk mahluk yang ada di sekitar rumah Andin sudah muncul kembali dengan berbagai macam bentuk. Gadis itu langsung menutupi telinganya,bukan matanya. Karena suara dengungan dari mahluk mahluk halus itu begitu memekakan telinganya.

     "Stop! Tolong gue capek! Gue nggak mau begini hiks". Rintihnya pelan.

      Padahal baru beberapa hari kemarin ia keluar dari rumah sakit jiwa dan berusaha menerima keadaanya. Tapi kenyataanya ia tak bisa,ini bukan diri Andin,ini bukan kehidupannya. Andin telah keluar terlalu jauh dari zona nyamannya.

     "Ma,Pa". Panggilnya pelan sembari menangis. Dengan langkah tertatih masih sembari menutupi kedua telinganya,Andin berjalan keluar kamar dan mencari kedua orang tuanya. Namun setelah sampai di ruang tamu,dirinya baru ingat bahwa Papa dan Mama sedang tugas keluar kota.

      Andin memeluk dirinya sendiri,menangis sejadi jadinya saat kini ia di landa kesepian dan  kesendirian. Seharusnya,kesembuhannya di sambut baik oleh orang orang terdekatnya,namun kenyataanya? Dirinya tetap sendiri sekarang.

     "Apa mereka udah capek ngadepin gue? Apa mereka udah nggak sayang gue? Apa mereka udah nggak pengen di sisi gue buat suport gue lagi? Hiks!".

     Wulan tiba tiba datang,merengkuh tubuh Andin dalam bayang bayangnya saja. Mahluk tak kasat mata itu mengusap rambut Andin dengan kedua tangan pucatnya. Meski hanya mampu mendekap tidak secara nyata,tapi Wulan merasa bahwa Andin sedang di masa masa terpuruknya kini.

      "Saya mengerti perasaan kamu Andin".  Gumamnya pelan,hingga membuat Andin tersentak kaget dan berhenti menangis.

      "Wulan?". 

      "Kamu tadi malam jalan jalan ke masa lalu saya ya?".

      "Bukan gue yang mau".

      "Iya saya tahu. Saya tahu kamu lelah,tapi ini takdir kamu untuk bisa melihat bangsa kami".

       Andin tersentak lalu menjauh dari sisi Wulan,gadis itu kemudian berdiri. "Gue nggak mau lihat bangsa lo lagi Lan! Nggak mau! Hiks!".

      Andin berlari keluar rumah,kemanapun asal tak bisa melihat siapa siapa lagi. Kalaupun harus mengakhiri hidup,ia rela ia ikhlas karena ia tak sanggup untuk hidup seperti ini. Ia rindu kehidupannya yang kemarin kemarin,ia rindu kehidupan normalnya.

      "Ini salah Kakek! Kenapa Kakek pakai ngadain perjanjian sama Setan! Kenapa!". Rutuknya kesal sembari terus menangis sepanjang jalan. Bahkan Andin masih memakai piyama tidur dengan rambut acak acakan. Gadis itu tak perduli dengan penampilannya sekarang,sudah tak ada yang perduli dengan dirinya. Buat apa ia hidup?

       "Andin..."

      "Andin..."

      "Andin..."

IKUT AKU ANDIN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang