Ch 02. Pesta Jebakan

35 6 1
                                    

Berjalan perlahan menuju kamarnya, Ken memperhatikan semua ruangan yang dia lewati sebelum sampai kekamarnya.

Semua ruangan tampak sama kondisinya dengan ruang tamunya, berantakan.

Menghela napas, Ken segera masuk kedalam kamarnya dan mencari benda yang merupakan tujuannya segera kekamarnya.

"Semoga tidak dicuri....... kumohon...hanya benda itu satu-satunya kenanganku tentang keluarga ku..."

Ken mendorong lemari bajunya dan memperlihatkan sebuah lubang di dinding dengan diameter 1 meter. Di dalam lubang itu, terdapat sebuah kotak lusuh yang dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba.

Tak mau berlama-lama, Ken segera mengambil kotak itu dan membukanya.

Di dalam kotak itu, terdapat sebuah benda yany terbuat dari giok berwarana merah terang. Benda ini berbentuk menyerupai sebuah piramida di Mesir.

Di setiap sisinya terdapat gambar atau pun pola yang berbeda yang berwarna keemasan.

"Syukurlah tidak dicuri." Ken mengehla napas panjang.

Benda ini merupakan warisan turun temurun milik keluarganya. Jika benda ini sampai di curi atau pun hilang,   dia pasti tidak akan memiliki muka saat bertemu ayahnya lagi di alam sana.

Tok..tok..tok....

Di pintu kamar Ken, pria berotot sebelumnya bersama beberapa warga lainnya sedang berdiri melihat Ken yang sedang memeluk sebuah kotak.

"Maafkan kami Ken, orang itu berhasil kabur. Sepertinya dia bersembunyi di suatu tempat dan kami tidak bisa menemukannya," kata pria berotot itu sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa Tosa-san, tidak ada barang-barangku yang dicuri. Sepertinya dia salah mengincar rumah, hahahahaa...." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menutup kembali kotak di tangannya.

Sayangnya orang-orang di situ tidak bisa ikut tertawa seperti yang Ken lakukan. Mereka sudah melihat kondisi rumah Ken saat ini, dan bisa dikatakan benar-benar buruk.

"Ken, kami akan membantumu membereskan barang-barang milikmu," ucap seorang pria tua di belakang orang yang di panggil Tosa oelh Ken.

"Iya benar Ken. Karena kami tidak berhasil menangkap orang yang melakukan ini semua, setidaknya kami harus membantumu," kata seorang yang lain.

"Ti-tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri-"

"Tidak Ken, kami harus membantumu," kata Tosa dengan wajah serius.

Mau tidak mau Ken menerima permintaan mereka, dan akhirnya mereka semua bersama-sama membantu Ken untuk membereskan kembali barang-barangnya yang berantakan di seluruh rumah.

Butuh hampir setengah jam untuk membersihkan rumah Ken dengan bantuan lebih dari 10 orang, jika dalam kondisi seorang diri pasti akan memakan waktu yang jauh lebih lama.

"Semuanya, aku ucapkan terima kasib banyak. Lagi-lagi aku menyusahkan kalian semua." Ken memberi hormat kepada semua orang disitu.

Entah sudah berapa kali Ken menerima bantuan dari orang-orang ini, semenjak dirinya hidup seorang diri, mereka semualah yang sudah merawat dirinya.

Semua orang disitu tersenyum dan tertawa pelan melihat Ken.

"Apa yang kau bicarakan Ken? Bahkan bantuan kami selama ini tidak bisa dibandingkan dengan bantuan yang kedua orang tua mu lakukan kepada kami.

Orang tuamu telah banyak membantu kami semua, bahkan sebelum mereka berdua menikah dan melahirkanmu. Sayangnya, kami hanya bisa membantumu sedikut selama ini." Tosa menepuk pundak Ken yang sedang menunduk.

The King of God'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang