Ch 04. Dunia Baru

30 2 0
                                    

"3...2...1...0."

"Teleportasi Dimulai."

WHHHOOOUUUSSHHH.........

Mendadak angin berhembus kencang dan membuat semua yang ada di sekitar Ken beterbangan kemana-mana.

Angin itu berhembus memutari Ken dan tanpa Ken sadari, tubuhnya perlahan terangkat ke udara dengan gelang yang ia pakai bercahaya terang.

"Wwooaaa!!! A-apa-apaan ini!?! Turunkan aku sialan! Hei aku bilang turunkan aku!!"

Tubuh Ken semakin naik ke udara hingga setinggi atap rumahnya. Dia mencoba bertariak meminta tolomg akan tetapi sepertinya suaranya tidak bisa keluar dari amgin yang memutarinya.

Dari atas udara Ken bisa melihat orang-orang yang sebelumnya berdatangan ke rumahnya sedang berbincang-bincang.

"Ke-kenapa mereka tidak melihatku sama sekali?" tanya Ken dengan kebingunan.

Seharunya banyak orang yang melihat dirinya melayang di atas udara saat ini bahkan jika gelap sekalipun.

Tetapi saat ini, sama sekali tidak ada suara terkejut atau apapun yang menjadi tanda ada seseorang yang melihatnya sedang melayang di udara.

Perlahan namun pasti, angin yang berada di sekitar Ken semakin mengencang dan mulai mengecil dan mengenai tubuhnya.

Angin kencang itu terus memutarinya hingga Ken tidak bisa melihat keluar sama sekali.

Ken bisa merasakan sakit dari angin yang menyentuh kulitnya.

"Apa aku akan mati seperti ini?" batin Ken.

Namun pemikiran itu segera lenyap saat angin kencang itu mukai melebar kembali.

BAM!!!!

Benturan keras terdengar keras dan dapat Ken rasakan mengenai angin kencang yang menutupi dirinya. Namun untungnya efek dari benturan itu sama sekali tidak membuat Ken terluka sedikit pun, dia hanya merasakan sedikit guncangan dari benturan barusan.

Tak lama setelah benturan itu, angin kemcang yang menutupinya perlahan menghilang dan membuat Ken bisa melihat sekitarnya lagi.

Namun Ken dibuat kembali terkejut.

Karena saat ini dia sedang berada di suatu hutan yang sangat asing baginya.

"Teleportasi berhasil, selamat datang di Dunia Paras."

Terdengar suara yang sebelumnya dari gelang yang dipakai oleh Ken.

Ken menatap gelang yang ia pakai dalam diam, dan mencoba untuk tenang.

Dia menarik napas dalam dan menepuk-nepuk dadanya pelan.

"Aku pasti sedang bermimpi seperti kemarin malam. Ya, ini pasti mimpi," ucap Ken yang terus berusaha untuk tetap tenang dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah mimpi.

"Tidak tuan, anda tidak bermimpi," ucap gelang yang dipakai oleh Ken lagi.

Gerakan tangan Ken berhenti dan dia menelan ludahnya.

Dia dengan buru-buru menggelengkan kepalanya dan menatap gelang itu lagi.

Ken tak akan percaya begitu saja akan hal ini. Dia segera mencubit pinggangnya sendiri dan bisa merasakan sakit dari itu.

"I-ini sakit," kata Ken sambil menggosok pinggangnya yang terasa sakit karena cubitannya sendiri.

"Ini bukanlah mimpi. Tetapi aku tidak ingat ada hutan lebat seperti ini di Tokyo atau pun Kyoto."

The King of God'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang