CLOSER || Diurut

4.5K 98 7
                                    


Setelah beberapa waktu lamanya Lia menunggu orang yang katanya mau jemput kini berakhirlah dia di bonceng oleh seorang cowok ganteng. Berkaos putih dengan hoodie hitam kesayanganya. Menambah kesan tampan dan cool secara bersamaan,Dia Saga. Lia sendiri juga bingung kenapa kalau cowok pakai outfit hitam itu bawaanya ganteng parah no debat. 

Lia sendiri agak terkejut kala ia tahu jika yang menjemput itu Saga. Bukanya apa, tapi bagaimana bisa si adek kelas kembarnya itu menyuruh Saga untuk menjemputnya?

Masa bodohlah dengan itu, mungkin saja si adek kelas kembar itu salah satu anak buah Saga. Jadi wajar kalau mereka kenal, eh tapi kalau si kembar anak buah kok mereka berani sekali menyuruh ketua gengnya?

Lia kan jadi pusing, otaknya pening. Apalagi kakinya juga ikut-ikutan pening nyut-nyutan nyeri sekali.

Sesampainya dirumah Lia, Saga langsung turun dahulu. "Sini aku bantu,"

Karena posisi Lia yang duduk menyamping membuat Saga dengan mudah langsung saja menggendong Lia bak karung beras.

"Astaga bang...gak gini juga!"

"Gapapa,nanti kelamaan kalo bantu kamu jalan. Mending digendong, langsung nyampek kamunya juga enak, gausah kesakitan,"

Lia hanya bergeleng-geleng, ada-ada saja mas Sagarion ini!

Saga menunduk perlahan menurunkan Lia disofa depan TV.

Semenit mungkin berlalu, tapi Saga masih tetap memposisikan diri diatas tubuh Lia yang sudah terduduk disofa. Tanganya ia taruh dipinggiran sofa untuk menopang tubuh.

"Bang, gak mau minggir nih? Engap banget," Tanya Lia saat ia menyadari jika Saga terus menatapnya dengan posisi sedekat ini.

Saga terus memandangi wajah Lia yang amat sangat dekat dengan wajahnya. Lebih tepatnya memandangi bibir merah chery itu. Sialan! Saga rasa ia ingin menggigitnya.

"Li.."

"Kenapa bang?"

"Aku pengen," Ucapnya seraya membasahi bibir dengan lidah.

"Pengen gimana?"

Saga berguman "Pengen cium.." Jelas saja, gumaman Saga pasti akan terdengar oleh Lia.

Sontak Lia langsung berpikiran yang macam-macam. Ya gimana gak kepikiran yang macam-macam kalau Saga saja terus menatap lekat bibir Lia.

"Cium apa?" Tanya Lia beranggapan mungkin pemikiranya saja yang kotor. Huh, sekarang kenapa Lia yang jadi mesum sih!

"Bibir kamu, boleh nggak?" Jawab Saga tanpa menyaring kata-katanya. Saga ini memang sosok yang apa adanya. baik ucapan maupun tindakan. 

Mendengar itu Lia sontak saja berteriak "Abang ih! Gak boleh gitu!"

Saga terlonjak kala Lia berteriak. Emang ya kalau cewek udah berteriak tuh bawaanya kayak toa masjid.

"Ih dasar mesum!pulang sana!pulang!"

Saga membekap mulut Lia "Dek diem...kenapa jadi histeris gini?Biasanya aku gituin biasa aja,"

"Yabsgsbhssjnshsnssvhsjs," Jawab Lia dengan suara tak jelas karena mulutnya dibekap oleh Saga.

"Kamu ngomong apa sih?"

Lia memegang tangan Saga yang membekap mulutnya. Memukul-mukulnya ringan memberi tanda untuk melepas bekapan itu.

Saga yang menyadarinya pun melepas bekapannya seraya menyengir.

"Abang mesum banget,main nyosor aja,"

"Ya maaf,bibir kamu kelihatan enak banget soalnya,"

"Emang bibir aku sate apa dikata enak?" Sewot Lia.

"Menurutku sih malah lebih enak dari sate,"

"Ih...jangan gitu ah!malu.." Jawab Lia yang kini wajahnya sudah memerah malu.

Lia malu karena ia memahami ucapan Saga tadi. Ah sialan!Lia jadi ikutan mesum karena si mas Saga ini!

"Ciee yang mukanya merah,"

"Plis bang...aku gamau diginiin. Gatau ah!kesel aku," Ucap Lia seraya memeluk Saga, menyembunyikan wajahnya didada Saga yang sudah duduk disampingnya.

"Eh..main peluk aja. Iya aku tahu tubuhku emang pelukable, tapi jangan main nyelonong aja,"

"Pliss....aku malu...bang...."

Saga tak menjawab celotehan Lia,ia malah tertawa ngakak sampai bengek sembari mengelus lembut surai Lia.

"Yaudah...yaudahh, eh itu kaki kamu keseleo ya?sini biar aku pijitin,"

"Ha?" Beo Lia seraya menjauhkan diri dari dada pelukable Saga.

"Sini aku urut,"

"Emang bisa?"

"bisa dong ,udah biasa kayak gini. udah sering,"

"Kenapa gitu?"

"Ya pokoknya bisa. Udah ah, kamu sandaran dipinggiran sofa biar kakimu aku urutin."

"Kaki kok diurutin sih, emang angka?" Astaga masih aja ngelawak nih anak babi.

Saga tak membalas ucapan Lia ia hanya tertawa sembari meraih kaki Lia yang keseleo untuk ia pangku dipahanya. Saga menyingkap celana olahraga Lia keatas. Menampilkan kaki bagian bawahnya yang mulus.

Ah sial! Saga jadi tidak fokus mengurut kan? Nanti kalau gak fokus bisa gak urut lagi nomernya. Hmm hmm hmm.

Tangan Saga mulai memijit pelan pergelangan kaki Lia. "Aw!" Jerit Lia saat tangan Saga tepat memijit bagian yang keseleo.

"Huss," Beo Saga seraya memberi isyarat dengan meletakan telunjuknya dibibir.

"Aww! Ah!Sakit bangett," Rintih Lia bak orang yang lagi diapa-apain.

Kenapa acara memijat seperti ini malah menjadi acara ambigu bagi Saga? Saga sebenarnya mengumpat dalam hatinya.

Melihat kaki Lia yang mulus itu. Apalagi saat Saga menyentuh kulit kaki Lia, halus sekali.

Dan semakin dibuat ambigu saat Lia berteriak mendesah. Sialnya teriakan Lia saat kesakitan itu malah terdengar merdu dipendengaran Saga.

Kenapa Saga semesum ini?jujur saja Saga itu cowok yang walaupun berotak mesum setidaknya ia bisa mengontrol pikiran-pikiran kotornya.

Tapi kenapa jika dengan Lia selalu saja begini? Tak terkontrol, lepas kendali dan semakin liar menjadi-jadi.

"Plis jangan teriak kayak gitu lagi dek,"

"Itu refleks bang, ini beneran sakit,"

"Kamu tahan bentar aja ya,"

"Namanya juga refleks, jadi gabisa ditahan," Kata Lia dengan muka polosnya.

"Teriakanya disimpan buat nanti pas malam pertama aja ya,"

Lia terdiam mencerna perlahan ucapan Saga.

Malam pertama itu seperti apa?

Terus apa hubunganya malam pertama dengan teriakan?

Lia bingung, otaknya mendadak tak seencer tadi. Plis siapa saja yang faham ucapan mas Saga tolong bantu Lia ya?

Tbc

Tuberculosis

Eh nggak deng!

To Be Continue maksutnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Closer [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang