Kehilangan Senyuman

500 46 0
                                    

"Hiks---lalu aku bagaimana? Soobin hyung !!! Aku bagaimana?" Pemuda yang tidak jauh berbeda tingginya dengan pemuda bernama Soobin itu terus menangis terisak menuntut jawaban.

"M-maafkan aku Huening-ah..a-aku, maksudnya kita, harus mematuhi apa yang pd-nim bilang, sungguh maafkan aku"

Pemuda bernama Soobin tersebut memeluk erat pemuda di depannya. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Semua benar-benar di luar prasangkanya sendiri.

Saat ini mereka berdua sedang beradu argumen dikamar angota termuda di tim mereka. Anggota lain tampaknya sedang keluar mengurus keperluan mereka masing-masing.

"Hatiku sakit..sungguh, ini sangatlah sakit..hiks kumohon, hyung tahu kalau aku sangatlah mencintai hyung kan? Hiks..jangan lakukan ini padaku..hiks"

Sungguh, Soobin merasa sangat bersalah sekarang. Ia sangat mencintai pemuda yang menangis tersedu-sedu di dekapannya tersebut. Ini semua adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Dia dengan beraninya melakukan sesuatu yang notabenenya hanya dilakukan oleh sepasang kekasih dengan teman satu grupnya sendiri, yang tidak lain adalah Hueningkai, anggota termuda dari grup itu sendiri, dan itu semua dia lakukan pada saat vlive sedang berlangsung. PD-nim yang melihat hal tersebut tentu saja langsung meminta mereka untuk dapat menjaga jarak bahkan lebih parahnya lagi, ada yang meminta mereka untuk memutuskan hubungan terlarang yang telah mereka jalin selama 2 tahun terakhir ini.

"Huening-ah, kumohon.. hyung juga sangatlah sakit, hyung minta maaf, ini semua terjadi karena ulah hyung sendiri.. namun untuk masa depan grup, kita harus mengalah. Hyung tidak ingin semuanya hancur, karir kita baru saja menanjak naik. Aku tidak mau kamu juga terkena imbasnya nanti. Sudah banyak haters yang menjelek-jelekkan namamu, dan hyung tidak mau menambah hal tersebut. Sudah cukup semua ini terjadi. Sekali lagi mohon maafkan hyung, dan mari menjadi teman seperti dulu hm? Kamu akan tetap menjadi anggota grup yang paling hyung sayangi. Kamu mau kan?"

Mata Soobin juga sudah bersiap menumpahkan semuanya, dia bersikeras untuk terlihat tegar didepan Hueningkai, orang yang sangat dia cintai namun harus tersakiti oleh dirinya sendiri. Ia merasa bersalah, sungguh.

"Kau jahat. Kau sungguh jahat, hiks. Aku hiks.. tidak apa-apa dengan para haters itu hiks.. namun kau tetap pada keputusanmu hiks"

Sungguh, Hueningkai terlihat sangat menyedihkan sekarang ini. Ia yang nyatanya sangat jarang menangis di depan anggota grup dan fans, selalu terlihat tegar demi anggota lain, dan tidak ingin mempersulit mereka dengan segala keluh kesah yang dimilikinya, kini menangis tersedu-sedu dan memohon untuk tidak ditinggalkan oleh Soobin, leader grup mereka sekaligus kekasih yang sudah dianggapnya sebagai pusat dari dunianya sendiri.

Hueningkai memukul-mukul kecil dada bidang kekasihnya tersebut atau sekarang sudah bisa disebut sebagai mantan kekasihnya? demi melampiaskan amarah, kecewa, dan rasa sakit yang ada di dalam dirinya saat ini.

Waktu terus berjalan, dan Hueningkai hanya bisa terus-menerus terisak di dalam pelukan kekasihnya tersebut tanpa memikirkan apapun lagi. Ia tidak ingin memikirkan apapun lagi, parahnya, ia memutuskan untuk tidak akan pernah tersenyum lagi, baik untuk penggemarnya maupun untuk anggota grup dan keluarganya. Rasanya alasan ia untuk tersenyum tersebut sudah sirna. Tak ada lagi cahaya baginya, cahaya tersebut memilih meninggalkannya. Dunianya yang sekarang hanya diselubungi oleh kegelapan.

Hueningkai memang egois, ia lebih mengedepankan permasalahan cintanya ketimbang masa depan grup-nya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Ini hidupnya, ia juga ingin bahagia, dan bahagianya itu terletak pada Soobin. Namun kini, kebahagiaannya tersebut lebih memilih meninggalkannya dengan alasan mengedepankan masa depan grup dan anggota lain. Haha, lucu sekali. Lalu, ia bagaimana?

Setelah beberapa saat, Hueningkai tiba-tiba memutus pelukan mereka. Ia beranjak berdiri, dengan wajah datar dan mata merah sembab setelah menangis. Soobin yang memperhatikan gerak-gerik mantan kekasihnya itu hanya diam.

"Baiklah. Aku menerimanya, kita sudah tidak ada hubungan yang lebih dari sekedar teman lagi. Aku akan memperlakukanmu selayaknya adik memperlakukan kakak kandungnya sendiri"

Hueningkai berucap dengan wajahnya yang datar, sungguh tidak ada ekspresi di dalamnya. Seolah-olah tangisannya yang penuh isakan beberapa saat yang lalu hanyalah sekedar bualan belaka. Hueningkai yang ini sangat berbeda dan Soobin yang tadinya diam, agaknya tidak menyukai hal tersebut.

"A-ah, okay. Mari berteman layaknya kita dua tahun yang lalu Huening-ah" Soobin berusaha tersenyum menatap wajah mantan kekasihnya itu. Ia ikut berdiri dan meraih tangan sang mantan kekasih.

"Hm" hanya dehaman singkat yang Hueningkai ucapkan. Ia ingin segera pergi dari hadapan Soobin. Entahlah, rasanya hati Hueningkai sudah terlanjur kosong, hanya tersisa kedinginan di sana.

Hueningkai melepas genggaman tangan Soobin dari tangannya sendiri. Ia berlalu dari kamar tersebut dengan alasan ingin ke kamar mandi. Tentu saja itu hanyalah alasan belaka. Sedari tadi dia sudah tak tahan untuk kembali menumpahkan air matanya. Walaupun ia sudah memantapkan hati, tidak akan memikirkan apapun lagi, juga tidak akan tersenyum lagi, ia rasanya tidak kuasa untuk menahan tangisnya sendiri. Perasaanya hancur. Biarlah apa pandangan anggota lain terhadap dirinya nanti. Sekali lagi, ia tidak akan memikirkan apapun, baik dirinya sendiri, anggota lain, keluarga, fans, maupun Soobin, seseorang yang masihlah sangat dicintainya, juga seseorang yang telah meninggalkan luka yang teramat dalam di kehidupannya.

Please, Smile Again [Sookai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang