BAB 1 Menikah

434 24 1
                                    

-tidak semua wanita kuat di duakan-


________________________


Aku memang sudah lama memiliki perasaan lebih padanya, tapi untuk menikah dengan nya bukanlah impian ku.

Aku cukup tahu diri, dia suami sahabat ku. aku tidak mungkin menyakiti sahabat ku sendiri.

Jika saja sahabat ku tidak memaksa dan mengungkit masalah hutang budi, aku tidak akan pernah mengatakan "ya"

Saat itu, aku tidak bisa berkutik. saat sahabat dan calon mertua ku memaksa ku untuk menikah dengan mas Rey.

Laki-laki yang selama ini aku sebut namanya dalam setiap doa ku, laki-laki yang lima bulan lalu sah menjadi suami sahabat ku sendiri, Rania Zeera.

Tapi tepat hari ini. Hari yang seharusnya menjadi kebahagiaan ku namun menjadi pilu bagiku.

Aku menatap pantulan diriku dari cermin, aku sudah siap dengan kebaya berwarna putih dan hijab berwarna putih, juga polesan make up yang natural pada wajah ku.

Rasa bersalah menyelimuti, air mata mengucur tak terbendung saat aku mendengar mas Rey mengucap kan ijab dengan tegas dan lantang.

Antara harus bahagia atau bersedih, bahkan aku tidak tahu harus apa.

"Nafisha."

Aku tersadar saat Rani menghampiri ku lalu memeluk ku dengan erat.

Aku tahu betul ini juga sulit bagi nya, tidak ada wanita yang baik-baik saja saat suami nya menikah lagi.

"Aku percaya padamu Nafisha," ucap nya dalam pelukan ku dengan nada yang bergetar.

Aku menutup mataku erat, kemudian melepaskan pelukan nya.

"Selamat ya, sekarang kita menjadi madu," katanya sembari tersenyum, aku menatap nya lirih.

Aku menunduk begitu dalam, aku tahu ada luka dalam senyum nya, "maaf.," hanya itu yang mampu aku ucapkan.

Rani menggeleng, "aku yang seharusnya meminta maaf, aku membawa kamu kedalam masalah ku."

"Sudah lah, ayok. lebih baik kita temui mas Rey," ajak nya menggiring ku keluar dari kamar.

Aku pasrah saja, tiba-tiba jantungku berdetak begitu kencang kala melihat mas Rey.

Dia begitu tampan dengan balutan jas, meski tak ada senyum di bibir nya itu tidak melunturkan ketampanan nya.

Astagfirullah aku menggeleng keras, Rani menyenggol lengan ku memberi kode agar aku mendekat pada mas Rey.

Dengan gemetar aku menghampiri mas Rey, duduk di samping nya kemudian meraih tangan nya.

Saat aku mencium punggung tangan nya aku melirik sekilas pada Rani.

Rani mengusap air matanya lalu memalingkan wajah nya, aku tahu dia begitu terluka melihat ini.

"Maaf kan aku Rani."

Akad nikah di gelar secara sederhana, tidak banyak mengundang tamu terlebih Nafisha yang tidak memiliki keluarga. Teman? Hanya sedikit pertemanan nya.

Dua SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang