Happy Reading
.
.
.
____________________
-Nafisha tidak salah. Jika iya, siapa yang harus di salahkan?-
____________________
Rani tidak jahat. Tidak, Rani baik. Dialah yang jahat, atau mungkin Kasih. Semua ini kasih yang ciptakan. Jika saja Kasih bisa menerima Rani. Dia dan Rani tidak akan menyakiti Nafisha.
Rey tidak mungkin menyalahkan Kasih. Kasih adalah ibunya, wanita yang melahirkan dan membesarkan nya. Lalu, siapa yang harus Rey salah kan disini? Takdir? Rey terkekeh pelan. Yang harus di salahkan hanya dirinya. Dia tidak tegas pada ibunya. Dia terlalu takut menyakiti ibunya.
Perkataan Ari tadi mengguncang pikirannya. Nafisha tidak salah, dia di paksa dan terpaksa. Seharusnya Rey memperlakukan Nafisha dengan baik karen, dialah korbannya.
Disinilah Rey sekarang. Berdiri kaku di depan pintu berwarna coklat. Sudah hampir dua menit Rey berdiri tanpa mengetuk pintu.
Hatinya ragu untuk mengetuk. Dia sudah terlalu jahat semalam, bagaimana bisa dia menampilkan wajah setelah menyakitinya.
Rey berbalik hendak pergi. Baru dua langkah terdengar suara decitan pintu yang membuat langkah Rey terhenti.
Nafisha yang baru saja membuka pintu kaget kala bola matanya menangkap punggung tegap Rey, tangan kirinya memegang plastik sampah yang menandakan perempuan itu hendak buang sampah.
"Mas Rey," panggil Nafisha pelan takut-takut salah orang.
Rey berbalik. Laki-laki berkemeja putih dengan lengan di gulung sampai siku itu menelan ludah saat netra hitam pekatnya ber sitatap dengan bola mata coklat milik Nafisha.
Sepertinya Nafisha enggan kembali membuka suara. Perempuan itu hanya berdiri, wajahnya dia palingan saat mata mereka bertemu. Melihat kantong plastik yang di pegang oleh Nafisha membuat Rey berinisiatif untuk membantu.
Rey mengambil alih kantong tersebut kemudian membuangnya di tempat sampah. Selesai membuang Rey kembali berbalik pada Nafisha yang sejak tadi berdiri di ambang pintu.
"Boleh saya masuk?" Pertanyaan Rey membuat Nafisha tersadar.
Perempuan berjilbab Sage senada dengan gamis yang di pakainya pun mengangguk pelan. Tak lupa menyalami Rey, karena dia sadar bahwa Rey suaminya saat ini.
Setelah menyalami punggung tangan suaminya Nafisha pun mempersilahkan Rey untuk masuk.
Rey duduk di sofa. Netra nya mengelilingi sekitaran rumah Nafisha. Sepi, kata itu yang terucap pertama kali. Dia baru sadar kalau disini sepi. Maklum, Rey hanya datang kesini sewaktu tadi malam saja. Karena saat mereka menikah acara di adakan di rumah Kasih dan Afif. Rumah orang tuanya.
"Mas mau minum apa?" Tanya Nafisha pada Rey. Mendengar pertanyaan itu Rey pun menarik lengan Nafisha yang hendak berjalan ke dapur.
"Saya bukan tamu, Nafisha," tegas Rey lalu menarik Nafisha agar duduk di sebelahnya.
Nafisha terduduk akibat tarikan dari Rey, "saya ingin bicara," ucap Rey menatap dalam manik coklat milik Nafisha.
![](https://img.wattpad.com/cover/246989602-288-k790536.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sayap
Poetry"mencintaimu adalah anugrah, memilikimu adalah kebahagiaan untuk ku namun penderitaan untuk mu" -Zeina Nafisa- "kata mereka memiliki dua istri adalah kesenangan, menurutku mereka keliru. sebab yang ku rasa hanyalah beban...