"Gaah!!!"
Aku terbangun, dengan sambil terengah-engah kulihat sekelilingku. Haaaah, mimpi ya?
Mimpi itu, mimpi tentang hari itu, hari di mana ibuku meninggal. Sudah 3 tahun sepertinya sejak hari itu. Ngomong-ngomong aku akan berumur 16 tahun ini, sepertinya. Aku tidak tahu, tetapi akhir-akhir ini aku mengalami mimpi tersebut. Berusaha tak terlalu memusingkannya, aku pun bangkit. Keluar dari tempat tidurku, salah satu dari sekian tempat tidur di ruangan ini.
Akupun berjalan menuju pintu, kubuka dan melangkah ke luar. Sinar matahari menyilaukanku. Kuangkat tanganku 'tuk menghalangi cahaya matahari yang menusuk pandanganku. Kulihat sekitar selagi menghirup udara yang cukup segarーyaa, aku tidak tahu udara yang segar seperti apa, soalnya kau tahu, ini bawah tanah. Tak masalah sih, pokoknya udara tetap udara, benar tidak?
"Yo Stella, pagi!" sebuah suara menyapaku. Kutatap arah suara tersebut dan kubalas.
"Ah, Noroc, pagi," balasku. Dia adalah Noroc, salah satu dari pasukan unit Ultor, sebuah unit yang dibentuk militer Federasi untuk merebut kembali ke 9 distrik yang telah direbut oleh segerombolan makhluk yang disebut Khulgaich.
Makhluk yang seperti monster yang telah menyerang Fundamentum 3 tahun lalu. Ya, tahun di mana aku kehilangan ibuku. Makhluk tersebut berjumlah sangatlah banyak dan terbilang cukup kuat. Banyak sekali korban ketika mereka menyerang dan menaklukkan ke 9 distrik dari total 16 distrik di Fundamentum. Fundamentum kehilangan 1/4 dari total penduduknya dan lebih dari setengah wilayahnya. Sebagian dari mereka yang selamat bermigrasi ke 7 distrik yang tersisa.
Bicara tentang ke 9 distrik tersebut, distrik Himmelstadt, kampung halamanku, adalah salah satunya. Mereka telah merenggut rumahku. Oleh karena itu, aku bergabung dengan militer dan menjadi salah satu dari pasukan unit Ultor untuk merebutnya kembali serta salah satu cara untuk mencapai mimpiku, melihat langit.
ーSiang hari, aku berjalan-jalan di sekitar kamp pelatihan unit Ultor. Kulihat ada keramaian di salah satu lapangan tempat para pasukan biasa berkumpul.
"Tarik! Ayo, cepat! Jangan biarkan dia sampai terlepas," teriak salah seorang di antara kerumunan tersebut.
Aku berusaha mendekat untuk melihat lebih jelas. Setelah dekat dengan sumber suara tersebut dan mendapat penglihatan yang lebih jelas, kulihat ada sekumpulan pasukan unit Ultor yang menarik seekor, eh, seekor Khulgaich?
Itu benar-benar seekor Khulgaich, yang bertipe Fragmenta, yang sesuai namanya merupakan sebuah tipe yang dapat membelah untuk mengganda dirinya. Tipe yang cukup merepotkan. Walaupun begitu, ketika Khulgaich tipe Fragmenta tersebut membelah diri, ukurannya akan mengecil hingga setengah dari ukuran sebelumnya, begitu pula kekuatannya yang juga melemah. Jadi tidak terlalu berbahaya, bisa dibilang.
Meskipun begitu, Khulgaich tetaplah Khulgaich. Hebat juga mereka bisa menangkap satu hidup-hidup. Akupun mendekat untuk melihat lebih jelasー
"Graaaaaaaahhhhh!!!" teriakan keras yang memekakkan telinga terdengar.
"Ahhhhh!!! Lolos! Makhluk itu lolos! Cepat tangkap kembali!!!" salah seorang dari unit pasukan Ultor berteriak sambil menunjuk ke arah Khulgaich tersebut.
Kuarahkan pandanganku ke Khulgaich itu. Kulihat sepertinya makhluk itu membelah diri. Ya, sesuai tipenya Fragmenta, tipe pembelah diri. Salah satu nya pergi menuju ke arahー ke arahku? Apa kau bercanda?!
"Ga- gawat!"
Dengan reflek kututup mataku, dan ketika aku membukanya, kulihat salah satu dari Khulgaich yang menuju ke arahku terbelah dan mulai terbakar menjadi abu.
Ngomong-ngomong, begitulah mereka jika tertebas maupun tertusuk oleh Fonias, sebuah senjata yang dipakai oleh unit Ultor. Bentuknya beragam, mulai dari pedang, panah, tombak, dsb.
Beberapa saat lagi, aku akan mendapat satu dari Fonias tersebut. Oya, bicara tentang Khulgaich tadi, kalau tidak salah masih ada satu laー
"Eh?!"
Ah, kurasa tidak ada lagi. Jika kau bertanya apa yang terjadi, sepertinya Khulgaich itu barusan terkena panah Fonias atau semacamnya. Dan, wow, tepat di kepala. Orang macam apa yang bisa mengenainya setepat itu, dan di mana dia?
Aku melihat ke sekeliling untuk mencari arah panah Fonias tersebut, namun tak menemukannya. Aneh, di mana dia? Sepertinya bukan hanya aku saja yang kebingungan mencari arah panah tersebut. Kerumunan lain pun ribut bertanya-tanya arah panah tersebut.
Ketika aku mulai putus asa 'tuk mencarinya, kulihat sebuah kilauan dari kejauhan. Letaknya di bukit di balik bangunan yang terletak kira-kira 300 meter dari sini. Bukit tersebut berada di luar kamp dan merupakan salah satu dari barisan perbukitan yang mengelilingi kamp.
Aku pun konsentrasi menatap kilauan di bukit tersebut, dan kilauan tersebut menghilang. Namun, aku melihat semacam pergerakan di tempat kilauan tersebut menghilang. Seperti pergerakan dari seseorang yang berlari atau semacamnya.
Tunggu, apa itu dia? Dan, apa dia baru saja menembak dari sana? Dari jarak sejauh itu?! Pertanyaan tersebut bermunculan di benakku, tetapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya terlalu dalam. Ya, setidaknya masalah Khulgaich tersebut terselesaikan, bukan begitu?
Namun, kerumunan tersebut tetap tidak kunjung sepi. Seperti ada sesuatu yang baru menarik perhatian mereka. Aku pun mendekat dan kulihat bahwa ada seorang prajurit, unit Ultor sepertinya dilihat dari seragamnya, menunggang kuda tergesa-gesa. Ia pun berteriak:
"Pengumuman kepada semuanya! Saya Apostoleas, pengirim pesan dari regu pengintai unit Ultor. Saya membawa pesan yang sangat penting! Ada sekawanan Khulgaich yang berjumlah sekitar 100-an bertipe Fragmenta dan Oorchlogch dari arah selatan!!!" kata prajurit tersebut dengan terengah-engah.
"Apa?! Apa yang kau katakan itu benar?" tanya Komandan Unit Ultor.
"Ya, it-itu benar. Dan kita dalam bahaya besar!"
"Baiklah, terima kasih atas informasimu prajurit Apostoleas, bantuanmu sangat dihargai. Baiklah... PERHATIAN SEMUA PRAJURIT!!! Seperti yang sudah kalian dengar, ada sekawanan Khulgaich dari arah selatan. Oleh karena itu, semua prajurit diharapkan bersiap. Dan kepada para kadet, harap untuk berkumpul di lapangan Beta, kalian akan resmi menjadi prajurit unit Ultor dan akan mendapatkan Fonias kalian sendiri! Mengerti?!" teriak Komandan memberi perintah.
"IYA, KAMI MENGERTI KOMANDAN UNIT!!!" jawab kami serempak.
ーYa... begitulah intinya. Sepertinya waktuku akan segera tiba. Kutatap langit, matahari sudah condong ke arah barat. Kuangkat tanganku ke arah matahari seperti aku berusaha 'tuk menggenggamnya. Senyum pun terukir di wajahku, entah mengapa, tapi sepertinya aku merasa bersemangat dan optimis akan sesuatu hal baik yang akan terjadi di masa depan, mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I want to see the sky
Aventura100 tahun di masa depan, permukaan bumi tidak dapat ditinggali lagi disebabkan oleh Bencana Besar yang terjadi di masa lampau. Manusia akhirnya dipaksa pindah ke bawah tanah untuk mencari tempat berlindung. Di sebuah distrik Himmelstadt, salah satu...