1. hidup yang sulit

70 6 1
                                    

Perceraian kadang tak bisa dihindari beberapa keluarga didunia. Kasus perceraian memang sering terjadi. Dampaknya sendiri sangat besar terutama untuk anak-anak.

Ibuku pernah berpesan

"jangan membantah orang tua dan jangan menyakiti perasaannya"

Karena ibu ku sendiri pernah melakukan itu saat ia memaksa menikahi ayahku. Walaupun kakek nenek ku tidak mengizinkannya, ia tetap memaksakan kehendaknya.

Kehidupan rumah tangganya bahkan mulai hancur saat ibu ku sedang hamil anak pertamanya, yaitu saudari perempuanku.

Saat hamil sampai masa persalinan. Ia bahkan tidak bisa melihat sisi tanggung jawab dari ayahku. Ia bahkan sangat menyesalinya.

Ibuku mempertahankan pernikahannya selama kurang lebih 17 tahun. Semua itu demi anak-anaknya. Pada akhirnya mereka bercerai saat aku dibangku kelas 6 SD.

ibuku selalu berpesan untuk mematuhi kata orang tua karena pada akhirnya itu semua untuk kebaikan kita sendiri. Dengan pemikiran agar kami anak-anaknya tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang ia perbuat di masalalu.

Dari umurku 5 tahun. Aku selalu dimarahi dan dinasehati oleh kakek nenek ku atas perbuatan yang bukan salahku.

"Gara-gara papah kamu_____"

semua kata-kata itu masih terngiang-ngiang di otak ku.

Karena tekanan yang selalu aku terima sejak masih kecil. Aku tumbuh menjadi orang yang pendiam bahkan tidak dapat terbuka kepada keluarga dan selalu berusaha menyembunyikan diriku yang sebenarnya.

Walaupun aku menjadi pribadi yang pendiam diluar, tetapi aku juga orang yang emosional sehingga hal kecil dapat mempengaruhi keadaan emosi ku. Ya, bisa dibilang aku menjadi baperan.

"Kenapa aku selalu dimarahi oleh kakek ku?" Tanyaku dalam hati saat itu.

"Lalu mengapa kakak perempuanku tidak pernah dimarahi oleh kakek ku?" Lanjutku dalam hati.

Denga demikian aku berpikir bahwa kakak ku adalah sesosok kakak perempuan yang sempurna.

aku pun menarik sebuah kesimpulan

"sepertinya aku harus meniru apa yang dilakukan oleh kakak perempuanku agar keluargaku tidak sering memarahiku"

Ya, aku hanya seorang anak kecil pada saat itu yang selalu ingin diperhatikan, dan disayang. Mungkin bukan hanya aku, semua anak kecil didunia pasti butuh kasih sayang dari orang tua dan kerabatnya.

Aku mulai meniru kakak perempuanku dari sifat, tingkah laku, bahkan sesuatu hal yang kecil pun mulai ku tiru dengan harapan tidak dimarahi oleh kakek ku.

Ternyata keputusanku salah. Karena aku mendengar suatu hal yang paling tidak ingin kudengar.

"Gara-gara papah kamu_____" bunyi suara itu.

Disana aku melihat kakak ku sedang di tegur oleh kakek ku dan aku pun mengerti. Orang yang bahkan menurutku sempurna. Tetap saja dapat terkena teguran dan kritikan dari orang lain.

"Tak ada yang sempurna"

sungguh menakjubkan kalimat itu keluar dari bocah yang pada saat itu hanya berumur 5 tahun dan masih pada pendidikan sekolah taman kanak-kanak(TK).

Tapi walaupun keluarga kecilku sering mendapat kritikan dari keluarga besarku dan orang disekitar kami. Kami tak bisa berbuat apa-apa.

Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga yang bahkan mengurusi 3 orang anak. Itu sulit baginya untuk membesarkan ketiga anaknya dengan baik. Sangat berbeda dengan ayahku yang cuek, bodoh, dan tidak punya rasa tanggung jawab.

Setiap ia bekerja dengan tanggung jawab yang ia pegang, selalu saja hal itu tidak akan berhasil baik atau tidak berhasil.

"Papah kamu itu bodoh, tidak bisa dipercaya, pemalas, penipu" semua itu keluar dari mulut kakek ku.

'Sebenarnya apa yang ayahku lakukan hingga diperlakukan seperti itu' Pikirku dalam hati

Pada saat itu aku hanya anak yang tidak tahu apa-apa, tidak mengerti, dan semua itu menjadi misteri hidupku.







Harapan Arta Untuk BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang