9 tahun kemudian.
"Hoamm!" Aku terbangun di tempat tidur.
Sambil mengusap perlahan lalu membuka mata dengan perlahan.
"Siall... kenapa udah sekolah aja padahal kayaknya baru kemaren liburnya".
'Hmm.... Kemaren gw disuruh bawa apa aja yaa buat MPLS hari ini?'
[Peraturan MPLS]
1. Memakai seragam asal sekolah menengah
2. Memakai sepatu hitam dan kaos kaki putih
3. Di wajib kan memakai Name tag yang sudah dibuat dan ditentukan[Ketentuan Name tag]
1. Trapesium atas 10 cm bawah 15 cm
2. Persegi 10x10cm
3. Terbuat dari kardus
4. Berwarna merah muda
5. Nama, Alamat, Asal sekolah, Motto hidup, Lambang sekolah baru, Lambang OSIS. Ditulis dan ditempel sesuai yang ditentukan[List yang harus dibawa pada hari pertama]
1. Air desa
2. Pulpen cita-cita
3. Buka yang terang
4. Permen serigala
5. Buah putri salju
6. Pasir rakyat jelata + 3T'Seragam udah.... kaos kaki udah... sepatu juga udah.. Name tag kemaren udah bikin juga'
"Air desa, Pulpen cita-cita, Buku terang, Permen serigala, Buah putri salju udah ada. Sisanya brarti tinggal Pasir rakyat jelata + 3T"
Aku mencari di gugel ternyata pasir rakyat jelata + 3T merupakan nasi, tahu, tempe , dan telur.
Setelah itu aku bergegas untuk mandi. Sebelum mandi aku meminta orang tuaku untuk membuat kan nasi, tahu, tempe, telur untuk bekal makan siang pada MPLS hari pertama.
Habis selesai mandi aku mulai memakai seragam asal sekolah yang sudah disiapkan ibuku.
Melihat pantulan tubuhku dicermin. Aku mulai memandangi wajah dan tubuhku.
Tubuh kurus setinggi 175cm dengan wajah yang tidak terlalu tampan menggunakan kacamata bulat dengan rambut Comma hair.
Dari penampilanku mungkin cukup memikat para gadis disekolah baruku.
Walaupun sebenarnya aku tidak pernah pacaran. Tapi aku pernah sesekali berbicara dengan para gadis.
'Hmm... Masih ganteng kok kek biasa'
Sambil memakai Dasi dan ikat pinggang.
"Arta! Cepat! sudah jam setengah tujuh. Nanti bisa telat masuk sekolahnya!" Teriak ibuku
"Iya mahh..."
Sebelum berangkat aku sarapan terlebih dahulu dan tidak lupa juga membawa perlengkapan untuk MPLS hari ini.
Untuk hari pertama sekolah ibuku mengantarku sendiri menggunakan mobilnya.
"Pokoknya... hari pertama sekolah. Mamah sendiri yang harus nganterin!"
".... Iyaa mah...."
Banyak yang bilang masa-masa SMA adalah masa-masa sekolah yang paling indah.
SMA Negri yang aku masuki tidak jauh dari rumahku. Yaa itu juga karena sistem baru dari pemerintah.
Sistem ini baru digunakan tahun ini. Itu adalah sistem zonasi, sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Sistem tersebut diatur dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 dan ditujukan agar tak ada sekolah-sekolah yang dianggap sekolah favorit dan non-favorit.
Jadi bisa dianggap teman-teman sekolahku nanti rumahnya akan berdekatan denganku.
"Kita sudah sampai..."
"Ooh..okee makasih mah!"
Sebelum keluar, aku tidak lupa salim ke ibuku dan mulai berjalan menuju gerbang sekolah baru ku.
Selagi melewati gerbang. Di sana ada sekitar 30 orang kakak-kakak kelas yang berdiri dan berteriak di depan gerbang.
Mereka adalah Tim Disiplin Sekolah(TDS).
"UDAH JAM BERAPA INI DEK? BARU JUGA HARI PERTAMA UDAH PADA TELAT!"
"CEPETANN! JALANNYA GAPAKE LAMA!"
"SAPA DONG.. KAKAK-KAKAK NYA!"
"SENYUMNYA MANA? MASIH PAGI DEK MASA UDAH CEMBERUT AJA!"
"SELAMAT PAGINYA MANA? EMANG KAKAK-KAKAK NYA CUMAN PATUNG?"
"Selamat Pagi kak! Sahutku dengan kaget sambil melewati mereka dengan tersenyum pahit.
Ini pengalaman pertama ku mangikuti MPLS.
Di sampingku ada seorang gadis yang sama seperti ku. Dia juga merupakan murid baru dan sepertinya dia sedang kesusahan membawa barang-barangnya.
"Mau gw bantu ga?"
"Ehh... Engga gausah gapapa!"
Walaupu dia bilang gausah tapi tanpa pikir panjang aku langsung bantuin dia.
"Sans... gapapa gw bantu yaaa.."
"Ehh... iy..iyaa makasih..."
"Btw... Halo! Nama gw Arta! Nama lo apa?"
"Hai! Nama gw......."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Arta Untuk Bahagia
Подростковая литератураSebagian manusia berkata "hidup itu mudah" sebagian lainnya berkata "hidup itu sulit". Cerita ini adalah cerita tentang kehidupan yang unik dari seorang pria bernama "Arta" yang bertemu banyak macam perempuan tetapi pada akhirnya tidak bisa bersama...