Chapter 5 : Awal Terkenal
Siang berubah menjadi sore, burung-burung bernyanyi,dan matahari juga sudah tidak lagi bersemangat mengeluarkan cahayanya. Sore ini ada perkumpulan antar anggota baru Eskul OSIS, aku membereskan semua barangku dan memasukkannya dalam tas.
"Tinggal ke sana deh ... Aaaahhh." Memegangi bahuku kananku.
"Kok bahu kananku sakit banget, padahal sebelumnya ga ngerasain sakit seperti ini."
"Apa karena tadi main basket yah," ucapku memegangi bahu kananku.
Tiba-tiba datang kak Sonya ke dalam kelas yang berisi aku saja, "Cepetan, semua udah pada ngumpul."
"Iya kak."
"Kenapa kamu pegang bahumu terus menerus?" tanya kak Sonya memperhatikanku.
"Ini cuman cape gara-gara main tadi kak," ucapku mengelak.
Lalu kak Sonya menghampiriku dan memegang bahu kananku, "Arghh!!!."
"Tuh kan, kamu bohong," lalu tas ku di ambilnya.
"Ya sudah, biar kakak yang bawain tas kamu tapi kok berat juga ya," ungkapnya.
"Eh jangan kak," ucapku menahannya untuk membuka tasku.
"Kakak mau liat aja, perasaan belum belajar tapi kok tas kamu seberat itu."
Dibuka lah tasku dan dia terkejut melihat isi dalam tasku, "Eh ini kan buku ...."
"Jangan dibuka kak ih," dia membongkar semua tasku.
Kak Sonya lalu membereskan buku ku kembali dan menundukan kepala namun sekilas ku lihat wajahnya sedikit merona dan dia membawa tasku keluar dari kelas.
"Lah tasku kenapa di bawa, ya sudah lah aku juga udah telat."
Lantas akupun beranjak dari kelas dan berjalan ke ruang OSIS namun saat melewati lapangan, sebuah bola basket meluncur ke arahku dan aku lupa bahu kananku lagi dalam keadaan sakit, tidak sengaja ku tangkap bolanya dan ku lempar ke seseorang yang ada di lapangan.
"Sial ... aku lupa bahu kananku lagi sakit," lantas aku memegangi bahuku namun hanya sekejap.
Sampailah aku di tempat kumpulnya calon anggota OSIS yang akan masuk ke dalam organisasi OSIS dan di sana sudah ada kak Sonya yang masih memegangi tasku.
"Ah sudahlah ku tahan sebentar dulu rasa linu di bahuku," ucapku duduk paling belakang.
"Hei."
Seseorang menyapaku dari belakang lalu ku putar tubuhku dan melihat kak Yolla sedang duduk di kursi lainnya, "Eh halo kak."
Dia tersenyum ke padaku yang membuatku sedikit salah tingkah, "Biasa aja kali sama kakak."
"Bintang tolong berikan aku satu senyuman terindah
Aku yang sekarang sedang lemah
Aku butuh sebuah senyuman"
"Senyuman terindah itu tercipta ketika,
Kamu dapat melihatnya bahagia
Semua orang dapat tersenyum
Tapi apakah kamu dapat merasakan
Jika senyumanku, senyuman yang kamu inginkan?
Buatlah dia bahagia dengan caramu sendiri
Maka senyuman tersebut dapat terlihat indah
Seperti yang engkau inginkan,"
"Kamu sedang nulis apaan sih?" tanya kak Yolla.
"Ini buat kakak," ucapku memberikan secarik kertas.
Dia membacanya dan seketika tersenyum diikuti pipi yang ku lihat sedikit memerah, "Kamu itu buat kakak tersipu aja."
Seketika mataku melihat ke arah seorang wanita berjalan keluar ruangan dan aku keluar dengan beralasan untuk pergi ke WC. Aku mencari sesosok tersebut hingga bertemu di antara ruang perpus dan ruang komputer.
"Kak," ucapku melihatnya yang habis menangis.
"Kakak kenapa nangis?" tanyaku.
"Kamu bodoh, kamu ga peka," ucapnya mengelap air matanya.
"Memangnya kenapa?" tanyaku kembali.
"Kamu ga tau perasaan kakak ke kamu itu gimana," jawabnya.
Lalu aku duduk di sebelahnya, "Kakak, aku ga ngerti maksud kakak."
"Kakak itu memiliki perasaan suka ke kamu, tapi ntah kenapa kalau kamu dekat wanita lain kakak menjadi sedih dan cemburu."
"Sebenarnya juga aku itu memiliki butuh tentang apa itu cinta karena aku ingin mengenal aoa itu Cinta, aku masih kurang ngerti kak dan sama hal dengan kakak, aku pun memiliki perasaan yang asing dihatiku, jika aku dekat kakak dan kakak peduli sama aku ya aku juga merasakan apa ini cinta tapi aku ga berani ungkapin kak karena kita masih awal bertemu dan ga mungkin untuk mengungkapkannya," ungkapku.
Lalu tanpa pikir lagi aku langsung mengatakan sesuatu yang seharusnya ga ku katakan, "Ya sudah kak, kakak dan aku memiliki perasaan sama sebagai gantinya kakak mau menjadi pacar aku?."
"Tanpa kakak sebut lagi hati kakak udah berteriak iya," ucapnya tersenyum.
"Jadi mulai sekarang ..."
"Iya Rama, makasih ya sudah mengerti perasaan kakak," ucapnya.
"Kakak ga perlu bilang makasih, karena perasaan seseorang tidak salah kak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Hidup
RomanceKisah nyata seorang remaja lelaki selama hidupnya. Rama adalah pemuda yang dbilang masih polos saat kecil namun seiring waktu dia jenuh dan melakukan hal yang belum pernah dilakukannya sampai tiba saatnya kehidupannya berubah drastis.