Havana [Minyoon]

2.

"Min Yoongi kau disuruh sajangnim bikin kopi." 

Si manis menghentikan acara mengelap meja dan menganggukkan kepala patuh. Pagi ini moodnya lagi baik secerah mentari. "Baiklah sebentar lagi aku bikinin kopi." Katanya pada temannya itu.

"Cepat jangan lama nanti sajangnim badmood dan kau akan dimakan olehnya." Pemuda bermarga Lee itu menakut nakuti Yoongi sambil senyum senyum mesum. Makan maksudnya itu bukan makan didapur tapi; dalam kamar.

"Kalau begitu kenapa tidak minta kopi dengan hyesung saja hari ini kan jadwalnya bertugas. " Si manis cemberut dan berjalan cepat menuju ke pantry kantor di ekori oleh pemuda Lee itu.

"Aku tidak tahu sejak kapan Sajangnim cerewet soal siapa pembuat kopi dipagi hari. Padahal dulu siapa pun yang bikin kopi untuknya tidak jadi masalah. Sekarang Sajangnim berulah karena kopinya harus kamu yang bikin. Sajangnim tidak mau orang lain. " Ucap si Lee itu. 

"Ini sangat menyebalkan." Gerutu si manis.

"Kau marah dengan Sajangnim?" Pemuda Lee itu menatap kearah Yoongi. " Mungkin kopi yang kau bikin cocok dengan selera Sajangnim. Sudah dulu... ketemu nanti aku mau lanjut merapi berkas diruang meeting. Be careful sepertinya Sajangnim mulai menyukaimu." Bisik pemuda Lee itu dan menepuk pundak Yoongi pelan.

Si manis terkekeh tidak percaya mana ada anak sultan suka dengan cindrella(?). Maksudnya ia hanya hidup sederhana disebuah rumah biasa tidak mewah, berbeda jauh dengan Park Jimin.

Setelah siap pemuda cantik itu membawa secangkir kopi khusus untuk Jimin. Sepanjang jalan ia tidak capek menyapa para pengawai yang begitu ramah dan ceria pagi itu hingga didepan pintu ruangan atasannya itu si manis sedikit gugup entah kenapa ia akan selalu merasa berdebar hangat ketika bertemu dengan atasannya itu.

Tok!

Tok!

"Masuk."