BAGIAN 8

205 15 0
                                    

Sementara itu, melihat seorang pemuda tampan berpakaian rapi dan membawa-bawa sebuah suling. Bidadari Tangan Api cepat mengenalinya. "Kakang Kamajaya...," gumam Dewi Tanjung Putih pelan.
Orang yang muncul itu tidak lain memang Kamajaya alias si Pendekar Suling Emas, dan seorang tua berkulit legam memakai rompi kuning. Celananya pendek sebatas paha. Kuku-kuku tangan dan kakinya panjang lagi runcing. Siapa lagi kalau bukan Jingga Kalamanda.
"Paman, kenalkanlah. Ini kekasihku. Namanya, Dewi Tanjung Putih. Dia cantik, bukan?" ujar Kamajaya seraya tersenyum-senyum.
Pendekar Suling Emas seolah tidak mempedulikan orang lain yang berada disini. Bibirnya tersenyum mengenalkan gadis itu pada pamannya. Sementara Jingga Kalamanda tidak begitu mempedulikannya. Matanya hanya melirik sekilas, lalu menatap tajam pada dua orang tua yang tadi mengeroyok Bidadari Tangan Api.
"Huh, Pengecut-pengecut Busuk! Tak punya malu mengeroyok seorang wanita...!" dengus Jingga Kalamanda alias Serigala Muka Hitam mencibir sinis.
"Kisanak! Kau tidak usah ikut campur, jika tidak tahu urusan orang lain!" sahut Ki Teja Rukmana garang.
"Tidak seorang pun boleh bicara begitu padaku, kecuali sudah bosan hidup!" dengus Serigala Muka Hitam seraya menatap tajam kepada Ki Teja Rukmana.
"Huh! Tidak usah banyak bicara! Enyahlah dari sini. Atau, kalian boleh mampus bersama wanita iblis itu!" Sikap Ki Teja Rukmana semakin garang mendengar ocehan orang tua berkulit legam itu.
"Kurang ajar!" Jingga Kalamanda menggeram. Dan bersamaan dengan itu, Serigala Muka Hitam langsung melompat menerjang.
Ki Teja Rukmana terkesiap. Gerakan laki-laki hitam ini cepat bukan main. Namun begitu dia masih sempat menangkis.
"Hih!"
Plak!
"Uhhh...!"
Ki Teja Rukmana alias Pendekar Bukit Rebung mengeluh tertahan. Tangannya terasa linu ketika beradu dengan tangan Serigala Muka Hitam. Belum lagi sempat membalas serangan, Jingga Kalamanda telah berkelebat melakukan tendangan ke arah kepala. Dan saat Ki Teja Rukmana menepisnya dengan ayunan senjata. Serigala.Muka Hitam sama sekali tidak berusaha menarik pulang kakinya.
Krak!
Sungguh luar biasa! Senjata Ki Teja Rukmana kontan patah begitu menghantam kaki Jingga Kalamanda. Bahkan lutut Serigala Muka Hitam terus berkelebat dengan tendangan terus meluncur menghajar dada. Akibatnya....
Diegkh!
"Aaakh...!"
"Ki Teja...!" teriak Ki Dewa Subrata kaget. Langsung dia menghambur ke arah jatuhnya Ki Teja Rukmana yang memuntahkan darah segar.
"Heaaat...!"
Sementara, Jingga Kalamanda tidak diam sampai di situ. Tubuhnya langsung berkelebat menerjang lawannya yang belum siap bangkit. Melihat keadaan itu, mau tidak mau Ki Dewa Subrata terpaksa turun tangan. Segera pedangnya dikibaskan untuk menghalau serangan.
"Hiiih!"
"Uts!"
Serigala Muka Hitam melejit cepat, menghindari tebasan senjata. Tahu-tahu dia telah berada di samping kiri Ki Dewa Subrata sambil berusaha menyikut dada.
Ki Dewa Subrata cepat melompat ke kanan dengan sambaran pedang ke leher Jingga Kalamanda. Namun Serigala Muka Hitam itu telah melompat mengikuti gerakannya, sambil melakukan tendangan ke punggung.
"Uhhh...!"
Ki Dewa Subrata terkesiap. Meski berhasil bergulingan menghindari, namun tak urung angin serangan lawan yang kencang sempat dirasakannya. Dan baru saja hendak bangkit, kepalan Serigala Muka Hitam telah meluncur cepat kearah Ketua Padepokan Ulat Sutera ini.
Begkh!
"Aaakh...!" Ki Dewa Subrata kontan terjungkal ke belakang disertai muntahan darah segar begitu pukulan Jingga Kalamanda yang keras bukan main menghantam telak dadanya.
Serigala Muka Hitam mendengus sinis dan siap menerjang kembali. Namun sebelum Serigala Muka Hitam melakukannya....
"Alangkah pengecutnya bila seseorang menghabisi lawan yang tengah tak berdaya...!"
Tiba-tiba terdengar suara yang disusul berkelebatnya sosok berbaju rompi putih. Dan sosok itu mendarat lalu tegak berdiri di depan Ki Dewa Subrata.
Melihat siapa yang muncul, Kamajaya mendengus sinis. Sementara Bidadari Tangan Api ikut tersenyum sinis, sambil melangkah mendekati Kamajaya.
"Paman, pemuda itulah yang berjuluk Pendekar Rajawali Sakti...," tunjuk Kamajaya.
Serigala Muka Hitam mendelik tajam. Namun sebelum berkata sesuatu, Dewi Tanjung Putih telah lebih dulu memberi isyarat pada Kamajaya.
"Kakang Kamajaya! Jangan campuri urusanku. Pemuda ini adalah bagianku. Dia punya hutang yang harus dibayar!" ujar Bidadari Tangan Api seraya memberi isyarat pada Darmo Angkor yang masih asyik membantai lawan-lawannya.
"Ada apa. Kak?" tanya pemuda tolol itu dengan napas sedikit terengah-engah, setelah menghampiri.
"Ingatkah kau dengan orang jahat yang kukatakan? Nah! Itulah orangnya!" tunjuk Dewi Tanjung Putih pada pemuda yang bam muncul, dan tak lain dari Pendekar Rajawali Sakti.
Darmo Angkor memandang pemuda itu. Wajahnya berkerut menahan geram. Lalu kakinya melangkah lebar, mendatangi Pendekar Rajawali Sakti. Namun sebelum berjalan dua langkah, sebelah tangan Jingga Kalamanda yang direntangkan menghalangi jalannya.
"Jangan campuri urusanku, Buto Ijo!" dengus Serigala Muka Hitam dingin.
Darmo Angkor menggeram. Dan kalau saja Bidadari Tangan Api tidak melarangnya, sudah pasti pemuda raksasa itu akan menyerang Serigala Muka Hitam. Dewi Tanjung Putih tahu siapa orang tua itu. Dan dia tidak mau Darmo Angkor celaka begitu saja. Padahal mereka di pihak yang sama.
"Kalau tidak salah, kau pasti Serigala Muka Hitam, Paman Kamajaya yang merupakan kawan baikku. Dan karena aku punya sedikit urusan dengan pemuda itu, harap jangan menghalanginya...," ujar Dewi Tanjung Putih dengan wajah manis.
Jingga Kalamanda melirik sekilas, namun sorot matanya tajam menusuk.
"Hei! Aku tak peduli apa yang kau bicarakan! Aku akan berurusan dengannya. Bila ikut campur, maka kau yang akan berurusan denganku lebih dulu!" dengus Serigala Muka Hitam.
Dewi Tanjung Putih tersedak mendengar kata-kata Jingga Kalamanda. Dia tak berani menyahut. Bahkan sampai orang tua itu meninggalkannya untuk menghampiri pemuda tampan berambut panjang yang baru saja muncul.
"Kenapa Kakak takut dengannya? Biar kuhajar orang tua hitam itu?!" dengus Darmo Angkor gusar.
"Ssst! Sudahlah, dia masih kawan kita...," sahut Bidadari Tangan Api memberi isyarat agar pemuda raksasa itu tidak lagi banyak bicara.
"Maafkan aku, Dewi. Paman memang berwatak keras. Tidak seorang pun bisa menghalanginya. Tapi ngomong-ngomong, punya urusan apa kau dengan Pendekar Rajawali Sakti?" tanya Kamajaya seraya mendekati gadis itu.
"Itu urusanku, bukan urusanmu!" sahut Bidadari Tangan Api mendengus sinis.
"Kau masih marah padaku...?" tanya Kamajaya sambil tersenyum kecil.
Tanjung Putih tidak menjawab. Malah perhatiannya dipalingkan ke depan. Jingga Kalamanda telah tegak berdiri pada jarak lima langkah dengan pemuda berbaju rompi putih yang membawa sebilah pedang bergagang kepala burung di punggungnya.
"Hm.... Kaukah Pendekar Rajawali Sakti?" tanya Serigala Muka Hitam sinis.
"Begitukah orang menjuluki aku...!"
"Telah lama kunantikan saat seperti ini. Dan siapa nyana kau datang sendiri menemuiku. Hahaha...! Kudengar tentang kehebatanmu. Dan kudengar pula tentang sepak terjangmu belakangan ini. Itu membuatku tersinggung. Dan kau mewujudkannya saat mengganggu keponakanku. Bocah! Tak seorang pun berani berbuat begitu terhadap Serigala Muka Hitam!"
"Serigala Muka Hitam! Sedikit pun aku tak menyinggung perasaanmu. Dan soal keponakanmu, adalah kesalahannya sendiri. Barangkali sebagai pamannya, kau bisa memberi pelajaran padanya," sahut Rangga.
"Tutup mulutmu! Kunyuk buduk! Siapa suruh menasihatiku?! Bedebah! Phuih!" maki Jingga Kalamanda sambil meludah tak karuan. Kemarahan orang tua berkulit hitam itu seketika berlanjut, saat melompat menyerang Pendekar Rajawali Sakti.
"Mulutmu harus dirobek agar kau bisa belajar sopan sedikit!" desis Serigala Muka Hitam geram.
Rangga memberanikan diri, berusaha memapak pukulan Serigala Muka Hitam untuk menjajaki kemampuannya.
Plak!
"Uhhh...!"
Namun wajah Rangga jadi berkerut. Pemuda itu mengeluh pelan, ketika telapak tangannya terasa perih saat menangkis kepalan Jingga Kalamanda yang berjuluk Serigala Muka Hitam.
"Yeaaat..!"
Serigala Muka Hitam melanjutkan serangan. Dia yakin mampu mengatasi pemuda itu dalam waktu singkat. Dalam gebrakan pertama saja, dia agaknya berada di atas angin. Apalagi ketika pemuda itu belum juga memberi serangan balasan, selain terus menghindar dari serangannya. Dalam perkiraannya, pasti pemuda itu agak keteter. Dan sebentar lagi, tentu dengan mudah dijatuhkannya.
Apa yang diperkirakan Serigala Muka Hitam setengahnya mungkin saja benar. Rangga yang saat itu mengerahkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' memang merasakan serangan-serangan dahsyat yang berisi tenaga dalam kuat. Dan sejauh ini, dia memang terus mengelak sambil menjajaki kemampuan lawannya. Namun melewati tiga jurus pertama, Pendekar Rajawali Sakti mulai balas menyerang.
"Heaaat!" Rangga melompat ke belakang. Namun Jingga Kalamanda tidak mau memberi kesempatan. Kedua cakar tangan serta kakinya bergerak cepat, menyambar Pendekar Rajawali Sakti.
Saat itu juga Rangga melenting ke atas. Setelah berputaran tubuhnya menukik laksana kilat membuka jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Begitu cepat gerakannya, sehingga Serigala Muka Hitam hanya mampu terkesiap. Dan....
Duk!
"Uhhh...! Kurang ajar!" Jingga Kalamanda memaki ketika kecolongan. Kedua tangan pemuda itu telak sekali menghantam ke batok kepala. Tubuhnya sempat terhuyung-huyung, namun cepat menjaga keseimbangan.
Jingga Kalamanda menggeram. Seketika dikeluarkannya raungan laksana serigala mengamuk. Sinar matanya tajam menusuk. Wajahnya berkerut menggiriskan. Dan seketika itu pula Serigala Muka Hitam melompat menerkam dengan amarah meluap-luap dalam dada.
Rangga yang baru saja menjejak tanah memandangnya dengan kening berkerut. Namun dia tak bisa terpaku lebih lama lagi, karena serangan Serigala Muka Hitam telah meluncur cepat. Maka dengan nekat ditangkisnya tangan laki-laki berkulit hitam itu.
Plak!
Bahkan Serigala Muka Hitam melanjutkan serangan berupa tendangan ke perut.
"Hup!" Rangga cepat melompat ke belakang untuk menghindarinya. Dan pada saat yang sama pula. Serigala Muka Hitam mengikuti gerakannya dengan mencelat ke atas sambil jungkir balik. Lalu disambarnya punggung Pendekar Rajawali Sakti.
Bret!
"Aaakh...!" Rangga mengeluh tertahan, ketika punggungnya tersambar tangan Serigala Muka Hitam. Tampak darah mengalir dari punggungnya yang terluka.
"Yeaaa!" Serigala Muka Hitam tidak berhenti sampai di situ. Belum sempat Pendekar Rajawali Sakti menyiapkan serangan, Jingga Kalamanda telah menghentakkan tangan kanannya begitu mendarat di tanah.
"Hih...!"
"Uts!" Cepat bagai kilat, Pendekar Rajawali Sakti bergulingan menghindarkan diri, begitu merasakan angin sambaran yang keluar dari telapak tangan Serigala Muka Hitam.
Jder...!
Apa yang diperbuat Serigala Muka Hitam sungguh hebat. Beberapa orang yang berada di sekitar tempat itu terpental, terkena angin serangannya. Pepohonan serta kerikil-kerikil sebesar kepalan tangan lebih, terbang dan melayang. Sementara itu, setelah bergulingan beberapa kali. Pendekar Rajawali Sakti mencelat keatas. Langsung dicabutnya Pedang Pusaka Rajawali Sakti.
Sring!
Melihat itu, Jingga Kalamanda terkekeh nyaring sambil mengejarnya dari belakang. "Hehehe...! Kenapa tidak sejak tadi menggunakan senjata bututmu itu. Bocah? Kau mulai gelisah? Mulai ketakutan? Hehehe...!" ejek Serigala Muka Hitam.
Pendekar Rajawali Sakti tidak menyahut. Dia hanya menatap dingin. Wajahnya kini menyiratkan perbawa kuat. Bahkan sebenarnya mampu meruntuhkan nyali Serigala Muka Hitam. Jingga Kalamanda sebenarnya sudah jatuh nyalinya. Namun karena malu dia berusaha menutupi dengan berkata-kata seperti itu.
Pedang Pusaka Rajawali Sakti yang bersinar biru berkilauan itu kini jadi amat luar biasa di tangan Rangga. Bahkan ketika Pendekar Rajawali Sakti melesat sambil mengebutkan pedang. Serigala Muka Hitam harus mengerahkan segenap kemampuan ilmu meringankan tubuhnya.
Wung...!
"Uhhh...!" Kembali Serigala Muka Hitam terkesiap. Suara berdengung dan hawa panas seketika menyengat sekujur tubuhnya. Bahkan sampai menusuk-nusuk pendengarannya, ketika pedang Pendekar Rajawali Sakti nyaris menyambar lehernya.
Jingga Kalamanda mendengus geram. Dia memiliki pukulan 'Topan Siluman'. Dan selama ini, telah terbukti kehebatannya. Lebih dari itu, dia pun memiliki ajian yang membuat tubuhnya kebal segala jenis senjata tajam. Meskipun melihat pedang pemuda itu, dia tidak begitu yakin kalau aji kebalnya mampu menahannya. Berpikir begitu kembali. Serigala Muka Hitam mengerahkan pukulan mautnya. Seketika tangan kanannya menghentak ke depan.
"Heaaat..!"
Rangga sengaja tidak meladeni. Dan dia lebih memilih untuk menghindarinya. Apa yang terjadi kini terulang kembali. Mereka yang telah mengetahui kehebatan pukulan 'Topan Siluman', buru-buru menyingkir dari tempat itu. Dan mereka hanya melihat pertarungan dari jarak yang cukup jauh.
Melihat serangannya kembali luput dari sasaran, Jingga Kalamanda mendengus geram. Seketika dilepaskannya pukulan andalan kembali sebelum pemuda itu menjejakkan kakinya di tanah.
"Yeaaat..!"
Namun agaknya Rangga tidak mau terpedaya. Sejak berada di udara tadi, dia memang telah mengusap batang pedangnya. Sehingga sinar warna biru kini berkumpul di tangan kanannya. Lalu cepat sekali Rangga memasukkan pedangnya kedalam warangka. Tepat begitu pukulan Serigala Muka Hitam meluncur datang, kedua tangannya segera dihentakkan ke depan.
"Aji 'Cakra Buana Sukma'...!" bentak Pendekar Rajawali Sakti. Saat itu juga, meluncur sinar biru dari telapak tangan Rangga, memapak pukulan Serigala Muka Hitam.
Siut...!
Jder!
"Aaa...!"
Jingga Kalamanda kontan memekik setinggi langit. Tubuhnya tampak terpental beberapa tombak kebelakang, dan diam tidak berkutik. Dari mulut, hidung, mata, serta seluruh pori-porinya keluar cairan darah. Serigala Muka Hitam tewas dengan tubuh makin menghitam. Tercium bau hangus terbakar yang berasal dari tubuhnya.
Srak!
Rangga menyarungkan pedang. Kakinya melangkah, mendekati Serigala Muka Hitam untuk meyakinkan kematiannya.
"Maaf, Sobat. Aku tidak bermaksud begini. Tapi kau terlalu memaksa...," ucap Pendekar Rajawali Sakti lirih.
Rangga menarik napas panjang, lalu menoleh ke belakang. Tampak Ki Dewa Subrata serta yang lainnya telah berada di situ.
"Pendekar Rajawali Sakti, kami amat berterima kasih atas bantuanmu...," ucap Ki Dewa Subrata seraya menjura hormat, diikuti yang lainnya.
"Kisanak, tidak usah begitu. Sudah kewajiban kita selaku manusia untuk saling tolong-menolong...," sahut Pendekar Rajawali Sakti merendah.
"Hm.... Kau rendah hati sekali. Tidak salah bila banyak orang yang memujamu...."
"Jangan keterlaluan memuji orang, Kisanak. Aku tidak beda dengan yang lain. Seperti kalian juga...," sahut Rangga lagi-lagi merendah.
Kemudian pandangan Rangga beredar ke sekeliling mencari-cari si Bidadari Tangan Api, Kamajaya, dan pemuda bertubuh raksasa tadi. Namun mereka tidak terlihat lagi di tempat itu.
"Sebentar tadi kami pun mencari-cari. Mungkin mereka kabur setelah mengetahui kematian Serigala Muka Hitam...," jelas Ki Dewa Subrata.
"Oh, ya. Sekali lagi kami berterima kasih karena kau telah memberi pelajaran pada Bidadari Tangan Api. Wanita itu telah membunuh murid kami, Jaka Laksa...."
"Ah, Jaka Laksa.... Ya! Aku pernah mendengarnya. Maafkan, Kisanak. Sebab aku terlambat menolong muridmu...."
"Sudahlah. Segalanya telah berlalu. Mungkin telah ditakdirkan kalau hari itu adalah naas bagi Jaka Laksa...."
Mereka terdiam sejenak, sampai Pendekar Rajawali Sakti bersuit nyaring. Tampak seekor kuda hitam menghampirinya. Begitu dekat, pemuda itu langsung melompat kepunggungnya. Kemudian dia segera berlalu dari tempat itu.
"Kisanak! Tidak ada lagi urusanku disini. Aku mohon pamit!" Setelah itu, Dewa Bayu berlari kencang meninggalkan kepulan debu yang sesaat menghalangi pandangan.

***

TAMAT

🎉 Kamu telah selesai membaca 157. Pendekar Rajawali Sakti : Dendam Pendekar-Pendekar Gila 🎉
157. Pendekar Rajawali Sakti : Dendam Pendekar-Pendekar GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang