BAGIAN 5

194 11 0
                                    

Kamajaya terkesiap. Tahu-tahu saja di tempat ini muncul seorang pemuda tampan berbaju rompi putih. Entah dari mana datangnya. Tampak sebilah pedang bergagang kepala burung bertengger di punggungnya. Di belakangnya, terlihat seekor kuda berbulu hitam mengkilat.
"Kisanak! Lepaskan gadis itu. Dan jangan berbuat macam-macam kepadanya!" ulang pemuda yang baru muncul ini.
"Huh! Apa urusanmu? Hei, lebih baik menyingkir! Kalau tidak, aku betul-betul akan memecahkan batok kepala gadis ini!" ancam Kamajaya alias Pendekar Suling Emas.
Mendengar itu, orang tua gadis ini semakin ketakutan saja. Dia mencoba memohon agar pemuda yang berbaju rompi putih itu tidak ikut campur dalam urusan ini.
"Tenanglah, Ki. Dia tidak akan berani melakukannya...," ujar pemuda yang tidak lain Rangga alias Pendekar Rajawali Sakti.
"Dia akan melakukannya. Anak Muda! Kau lihat mayat-mayat itu? Mereka adalah korban kekejamannya!" sahut orang tua ini masih dengan wajah khawatir.
"Percayalah padaku. Dia tidak akan berani melakukannya...," bujuk Pendekar Rajawali Sakti.
"Tutup mulutmu! Barangkali kau ingin melihat kepala gadis ini remuk, he?!" ancam Kamajaya berang.
Rangga senyum-senyum mendengar ancaman Pendekar Suling Emas.
"Sempat kudengar kalau kau ternyata Pendekar Suling Emas. Hm.... Seorang tokoh yang kukenal amat mengagumkan. Hebat, dan jarang tandingannya. Tapi hari ini orang-orang akan menertawakanmu karena menyandera seorang gadis. Bahkan berani mengancamnya. Padahal, gadis itu sama sekali tak memiliki kepandaian. Itu dilakukannya karena takut menghadapi seorang gembel sepertiku...!"
"Kurang ajar! Apa katamu, he?!"
"Bukankah kau takut padaku, sehingga perlu berlindung di belakang seorang gadis tidak berdaya dengan menyanderanya?" ejek Pendekar Rajawali Sakti.
"Keparat! Kau kira aku takut denganmu? Phuih! Seribu orang sepertimu akan kuhabisi dalam sekejap mata!" bentak Kamajaya dengan wajah berkerut geram.
"Kalau begitu lepaskan dia. Dan hadapi aku," sahut Rangga tenang.
"Phuih! Kau coba mengakaliku, he?!"
"Nama Pendekar Suling Emas begitu menjulang. Tapi sejauh ini, belum kubuktikan kehebatannya. Kalau ternyata nama itu tidak sepadan keadaan sebenarnya, sudah tentu amat memalukan."
"Kalau begitu, kau boleh menunggu kematianmu, sementara aku bersenang-senang dengan gadis ini!" ujar Kamajaya terkekeh kecil.
"Sayang sekali, aku tidak bisa menunggu...," sahut Rangga. Pendekar Rajawali Sakti kemudian memungut sebilah pedang yang mungkin milik salah seorang mayat yang tergeletak di dekatnya.
"Aku tidak peduli, kau akan menyandera gadis itu atau tidak. Dan aku juga tidak peduli, kau menjadikannya tameng bagi seranganku. Yang jelas, kau hanyalah seorang pengecut!" lanjut Rangga, langsung melompat menyerang.
"Kurang ajar!" Mendengar kata-kata pedas itu, panas juga telinga Kamajaya. Apalagi ketika Rangga langsung melompat menyerang. Mungkin apa yang dikatakannya benar. Dia sama sekali tidak peduli bila gadis ini celaka. Dan bila menjadikannya perisai, hanya akan merepotkannya saja. Tapi yang terpenting, tentu saja, dia tidak ingin disebut pengecut.
"Huh! Akan kulihat, sampai di mana kebenaran bacotmu itu, Setan!" desis Pendekar Suling Emas seraya mendorong gadis itu.
Gadis manis ini jatuh terjerembab. Namun hatinya lega. Maka buru-buru dia bangkit menghampiri orang tuanya.
"Oh! Kau tidak apa-apa. Nak...?" tanya laki-laki tua itu khawatir.
"Tidak, Ayah. Aku..., aku hanya takut..."
"Maafkan Ayahmu yang tidak berguna ini. Nak. Aku tidak mampu melindungimu dengan baik...," ucap orang tua itu.
"Ayah, apakah tidak sebaiknya kita segera pergi selagi mereka berkelahi....?" usul gadis itu.
"Ya! Memang sebaiknya begitu!" sahut laki-laki tua ini. Orang tua itu sempat melirik ke arah pertarungan, sebelum akhirnya buru-buru kabur bersama putrinya.
Sementara itu, pertarungan berlangsung seru dan cepat. Pendekar Suling Emas berkali-kali mendengus geram. Hatinya kesal bukan main. Betapa tidak? Sampai saat ini dia belum juga mampu mendesak Pendekar Rajawali Sakti. Padahal perlahan-lahan serangannya ditingkatkan. Bahkan akhirnya telah mengerahkan jurus-jurus andalannya.
Sementara Pendekar Rajawali Sakti yang tidak bergeming sedikit pun, masih mampu mengimbangi serangan dengan mantap.
"Heaaat...!"
Sekali lagi, Pendekar Suling Emas berusaha mendesak. Dan kali ini suling yang dijadikannya senjata berusaha menerobos pertahanan Pendekar Rajawali Sakti, mengincar ke jantung. Namun hal itu tidak mudah dilakukannya. Pedang ditangan pemuda berbaju rompi putih ini mampu bergerak cepat, menangkis semua serangannya. Bahkan balas menyerang dengan hebat.
Sambil mengerahkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' untuk menjajaki kepandaian lawannya. Rangga meliuk-liukkan tubuhnya dengan indah. Dan tiba-tiba pedangnya terhunus menyambar batok kepala Kamajaya. Namun Pendekar Suling Emas cepat menangkis dengan sulingnya. Pada saat yang bersamaan, satu tendangan keras menghantam dada. Kamajaya masih mampu berkelit. Namun Pendekar Rajawali Sakti cepat memberi serangan susulan yang begitu cepat lewat kakinya yang satu lagi. Dan...
Duk!
"Hugkh...!"
Pendekar Suling Emas menjerit kesakitan, begitu pinggangnya terhantam tendangan Pendekar Rajawali Sakti. Tubuhnya terjungkal beberapa langkah. Dengan cepat dia bangkit Wajahnya tampak memerah menahan malu, sekaligus amarah.
"Kurang ajar! Kau akan rasakan balasanku, Keparat!" dengus Kamajaya.
"Tidak usah banyak bicara. Seandainya kau memang menjual, aku siap membeli," sahut Rangga, tenang.
Kamajaya menggeram. Lalu dia melompat menerjang sambil membentak nyaring.
"Yeaaa...!"
Trang! Bet!
Suling di tangan Pendekar Suling Emas meluncur, mengancam batok kepala Pendekar Rajawali Sakti. Tanpa mengalami kesulitan. Rangga menangkisnya dengan mantap. Dan ketika Kamajaya menyodok perutnya lewat satu tendangan keras, tubuhnya berkelit kesamping dan balas menyikut muka.
"Uhhh...!" Kamajaya mengeluh kaget. Nyaris wajahnya jadi sasaran hantaman Pendekar Rajawali Sakti kalau tidak membungkuk dan bergeser ke samping. Hebat! Bersamaan dengan itu Kamajaya masih sempat mengebutkan ujung senjata ke dada Rangga. Tapi secepat kilat, tangan kiri Rangga menangkapnya.
Tap!
"Hiiih!"
Saat itu juga Rangga menarik suling. Dan bersamaan dengan itu, pedangnya berkelebat menyambar leher Pendekar Suling Emas. Bukan main kagetnya Kamajaya melihat keadaan itu.
"Yaaap!"
Terpaksa Pendekar Suling Emas melepaskan sulingnya kalau mau selamat Dan seketika itu pula dia melompat ke belakang. Tapi begitu serangannya gagal, maka secepat itu pula Rangga jungkir balik mengejar seraya melakukan tendangan kilat Dan...
Begkh!
"Aaargkh...!"
Dan untuk kedua kalinya serangan itu tak dapat dielakkan. Kamajaya jatuh tersungkur disertai jerit kesakitan. Dia berusaha bangun dengan wajah berkerut menahan sakit. Namun tahu-tahu sesuatu menahan gerakannya, ternyata ujung pedang Pendekar Rajawali Sakti telah menyentuh lehernya! Sekali lagi Kamajaya dibuat kagum. Betapa tidak? Ternyata Pendekar Rajawali Sakti begitu cepat bergerak. Bahkan sebelum dia sempat menyadari!
"Tetap di tempatmu kalau ingin hidup lebih lama...!"
"Eh, oh...."
"Tidak usah takut. Aku bukan pembunuh kejam. Kecuali kalau kau memaksa...," ujar Rangga ketika melihat wajah Kamajaya pucat ketakutan.
Bahkan suaranya nyaris tidak keluar dari kerongkongan.
"Apa... maumu?" tanya Kamajaya.
"Bukankah kau sudah tahu?"
"Eh! Tapi..., tapi aku tidak pernah mengenalmu sebelumnya. Apa kau datang untuk membalas dendam...?"
"Boleh juga dibilang begitu. Berapa banyak wanita yang telah menjadi korban lelaki hidung belang sepertimu?" tanya Rangga dingin.
"Eh! Aku..., aku...."
"Lima, tujuh, atau barangkali dua puluh...?!"
"Eh! Ng..., aku...."
"Mungkin lebih dua puluh. Tapi masih ada kesempatan bagimu untuk bertobat," sahut Rangga. Pendekar Rajawali Sakti kemudian berbalik membelakangi Kamajaya. Lalu dilemparkannya suling di tangannya.
"Pergilah! Dan jangan ulangi perbuatan bejadmu itu. Kalau tidak, aku akan datang menagih nyawamu!"
Pendekar Suling Emas cepat memungut suling, lalu bangkit perlahan-lahan. Dalam keadaan begitu saja, dia bisa membokong Pendekar Rajawali Sakti. Namun itu tidak dilakukannya. Memang sebagai seorang tokoh silat yang sedikit banyak telah berpengalaman, dia tahu betul kalau pemuda di depannya ini pasti bukan tokoh sembarangan.
Sementara itu, Pendekar Rajawali Sakti melangkah tenang menghampiri kudanya. Namun tangannya masih menggenggam pedang, tetap menjaga kewaspadaannya.
"Hup!" Rangga melompat ke punggung Dewa Bayu. Lalu dihampirinya Pendekar Suling Emas setelah melihat bapak dan anak yang ditolongnya telah pergi dari tempat ini.
"Ingat baik-baik pesanku tadi...," ulang Pendekar Rajawali Sakti.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Kamajaya, tidak mempedulikan kata-kata pemuda itu.
"Untuk apa? Kau masih penasaran?"
"Hari ini aku kalah. Tapi lain waktu, aku akan mencarimu untuk menebus kekalahan hari ini!" tandas Pendekar Suling Emas.
"Hm.... Terlalu banyak manusia keras kepala sepertimu di dunia ini. Seharusnya kubunuh saja sekarang juga."
"Kalau memang kau pengecut, bisa saja melakukannya sekarang juga. Aku memang kalah dan tak bakal menang. Tapi dengan begitu, aku tahu kalau kau memang penakut. Takut oleh pembalasan yang kulakukan kelak terhadapmu!" dengus Kamajaya.
Rangga tertawa kecil mendengar ocehan pemuda itu. Sama sekali amarahnya tidak terpancing oleh pemuda itu. Namun begitu dia tetap mengangguk dan mengabulkan keinginan Pendekar Suling Emas.
"Kisanak, dengan senang hati tantanganmu kuterima. Tapi bila sekali lagi kau berhadapan denganku, maka saat itu hanya ada dua kemungkinan bagi kita. Kau atau aku yang bakal mampus! Nah! Kau boleh mencari Pendekar Rajawali Sakti nantinya...!"
Setelah berkata begitu. Rangga menggebah kudanya. Hewan berbulu hitam itu berlari kencang, meninggalkan suara derap yang keras serta debu mengepul di udara.
"Pendekar Rajawali Sakti...? Pantas saja...!" desis Kamajaya termangu.
Pendekar Suling Emas memandang Pendekar Rajawali Sakti sampai hilang di tikungan jalan. Lalu dia menarik napas panjang. Wajahnya tampak tegang dan bibirnya menyungging senyum sinis.
"Huh! Peduli kau iblis dari perut bumi sekalipun, Kamajaya akan membalas dendam! Tunggu saja! Kau akan merasakan akibatnya berani mengusik-usikku!" dengus Pendekar Suling Emas menggeram.

157. Pendekar Rajawali Sakti : Dendam Pendekar-Pendekar GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang