Gita mengusap kasar air mata yang berderai membasahi pipi. Dia menatap pantulan diri di depan cermin, tangannya mencengkram erat wastafel, kemarahan terlihat jelas dari sorot mata Gita.
Seandainya saja dia punya keberanian untuk melawan, maka Gita tak akan mengalami pembulian. Gita tersenyum miris, memandang seragamnya yang kotor terkena noda kuning dari jus yang sengaja ditumpahkan Rehan tadi. Meski sudah dibersihkan, nyatanya noda itu tidak bisa hilang.
Bel masuk berbunyi, Gita bergegas keluar. Namun saat dia melangkah keluar, seseorang dengan cepat menarik tangannya. Orang itu mendorong Gita dengan kasar ke dinding, membuat punggungnya kesakitan akibat benturan yang sangat keras. Bukan hanya itu, dia juga menghimpit Gita, membatasi ruang gerak Gita. Kedua tangannya mengungkung Gita, mata gelapnya menatap tajam Gita.
"Ba-Bara!" pekik Gita, ketika mata mereka saling beradu.
Tubuh Gita menegang, entah apalagi yang akan cowok itu lakukan padanya. Apa kurang cukup dia membuli Gita? Lalu mau apalagi dia?
Gita mengerjap, belum pulih dari rasa terkejut. Kini dia justru mendapat serbuan dari bibir Bara yang tiba-tiba mencium paksa dirinya.
"Ba---"
Gita berusaha memberontak, tapi apa daya ketika kedua tangannya justru dicengkram erat oleh Bara. Gita tak bisa bergerak, tak mampu mengelak saat Bara memburu bibirnya.
Bara mencium Gita begitu kasar, seolah melampiaskan kekesalannya. Tapi apa salah Gita, kenapa Bara harus melampiaskannya pada Gita. Tak cukup dengan perlakuan kasar, tangan Bara juga dengan liar bergerilya ke daerah teritorial terlarang milik Gita.
Merasa daerah teritorialnya terancam, lantas Gita mengerahkan seluruh tenaga yang masih tersisa. Dengan kesadaran penuh, Gita menarik tangannya dari cengkraman Bara. Lalu tanpa aba-aba tangan Gita melayang ke pipi mulus Bara, memberikan tanda merah yang tercetak jelas di pipi Bara.
Napas Gita terengah, matanya masih melotot melihat tanda merah di pipi Bara. Seakan tidak percaya, jika dirinya seberani itu. Namun hal itu justru jadi mimpi buruk bagi Gita, karena dia memancing singa yang sedang marah.
Bibir Gita kelu ketika mata gelap Bara menyorot tajam dirinya. Tubuh Gita menegang, embusan napas Bara membuat seluruh saraf pada tubuhnya mati, otaknya tiba-tiba tumpul. Tatapan Bara seolah menyihir Gita sampai tak bisa berkutik.
"Bar!"
Terdengar deru napas Bara yang memburu, embusan napasnya menerpa leher Gita. "Lo bakal nyesel Gita." Bisikan Bara bagaikan mantra kutukan.
Gita menjerit saat Bara menyeretnya ke dalam toilet. Tapi sayangnya, tak seorang pun datang menyelamatkannya.
"Tolong!!"
"Bara jangan!"
"Tidak!!"
Teriakan-teriakan di masa lalu menyentak Gita, mengembalikan kesadarannya. Disaat ciuman Bara masih terasa memburu, ketika tangan Bara mulai merayap menyentuh dada. Hal itu membuat Gita refleks mendorong Bara sampai terlonjak mundur, menciptakan jarak di antara keduanya. Mata Gita berkedut, bayangan-bayangan masa lalu berputar di otaknya. Itu sangat menyakitkan dan hari ini Bara kembali mengulanginya, setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu.
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Bara. Dia terkejut, tak menyangka Gita akan melakukannya. Berani-beraninya, Bara seketika menatap tajam Gita. Mata gelapnya menunjukkan kilatan emosi yang menggebu-gebu. Bara merasa harga dirinya kembali dijatuhkan atas penolakan yang dilakukan Gita, apalagi wanita itu sampai berani menamparnya. Mengingatkan Bara akan kejadian di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ceo Crazy Game (Versi Lengkap Hanya Ada Di Dreame ButiranRinso)
RomanceSemua berawal saat Regita Safira menghadiri sebuah acara reuni untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun menghilang. Siapa sangka jika hal itu menjadi awal mimpi buruknya, ketika Gita bertemu lagi dengan empat pria tampan dari masa lalunya. Merek...