Dering alarm berbunyi nyaring memekakkan telinga, memenuhi ruangan gelap. Tapi tak sedikit pun mengusik seseorang yang tengah tertidur pulas di atas ranjang empuk berukuran king.
Tak lama seseorang masuk, berjalan cepat menuju nakas mematikan alarm. Kemudian melangkah ke jendela, menyingkap horden. Posisi kamar yang menghadap timur otomatis membuat cahaya matahari menembus masuk ke ruangan yang gelap dan besar, sinarnya tepat mengenai wajah sang pemilik kamar.
Dia melenguh, merasa terusik akan sinar matahari yang menyilaukan mata. Sementara orang yang berdiri di depan jendela menggeleng miris, melihat tubuh yang hanya berbalut boxer ketat terdampar di atas ranjang.
"Bara bangun!" Suara lantangnya bergema di ruang kamar yang begitu luas dan mewah.
Ya, pria yang tengah tertidur memang Bara. Bukannya bangun, Bara malah semakin erat mendekap bantal guling dalam pelukannya. Kembali ke alam mimpi.
Orang itu menghela napas kasar melihat kelakuan Bara yang memancing emosinya setiap pagi. "Sabar, sabar, ngurusin bayi singa emang harus sabar," gumamnya, berusaha menyugesti diri sendiri.
"Bara! Bangun!"
Orang itu berjalan mendekat, menggoyang-goyangkan lengan kekar Bara yang berotot. Beruntung dia pria normal, jika tidak maka Bara sudah dia terjang. Bagaimana tidak, tubuh Bara yang nyaris telanjang benar-benar sangat menggoda iman. Punggung tegap, dada bidang, lengan kekar berotot dan perut sixpack, kombinasi sempurna. Tubuh atletis Bara, idaman bagi pria-pria di luaran sana dan juga dambaan para wanita.
"BARA BRAMANTYO!!"
Lelah membangungkan Bara yang tak kunjung bangun juga, dia akhirnya menarik guling yang Bara dekap dengan kasar. Kemudian melemparnya ke wajah Bara.
"BRIKOM!!!"
Bara seketika terbangun, matanya terbuka lebar, menatap garang pria yang berdiri di samping ranjang.
"WHY? WHY? WHY?" balas pria itu tak kalah lantang, tak gentar sedikit pun. Dia malah berkacak pinggang, seolah menantang Bara.
Bara berdecak, kesal. "Masih ngantuk Bri." Bara kembali menelungkupkan wajahnya ke atas bantal. Rasa kantuk menguasai matanya yang kembali terpejam.
Tapi pria itu tak membiarkan Bara kembali tidur, dia menarik lengan Bara. Memaksa Bara bangun. "Kamu mabuk?" tanyanya saat mengendus Bara yang berbau alkohol, lalu berdecak. "Sudah aku bilang jangan parti, susah sekali dikasih tahunya. Jangan bilang kamu juga lupa soal meeting pagi ini sama perwakilan MC Group?"
Bara memaksakan kesadarannya, menoleh ke pria bernama Brian, sepupu sekaligus asisten pribadinya. "Bukannya besok?"
Brian mengembuskan napas kasar, sudah dia duga kalau Bara melupakan meeting penting pagi ini. "Bar, aku heran. Sebenernya kepala kamu ada isinya gak si?" Ini bukan pertama kalinya Bara melupakan meeting penting. Dan Brian harus ekstra sabar mengingatkan Bara setiap detiknya.
Bara terdiam, otaknya berpikir keras mengingat-ingat. Bara mengerjap saat mengingat ucapan Brian semalam di pesta perayaan perusahaannya.
"Bar, besok pihak MC group bakal kirim perwakilannya buat meninjau project kerjasama yang kita ajuin. Jadi jangan sampai bangun kesiangan, pihak MC group gak akan mentolerir keterlambatan dan bisa saja mereka membatalkan kerjasama."
"ASTAGA BRIKOM MEJIKOM!!" Bara menepuk jidatnya. "Jam berapa sekarang?" menoleh ke Brian.
"Jam setengah tujuh, kamu punya tiga puluh menit untuk sampai di kantor," kata Brian, menunjukkan arlogi yang melingkar di pergelangan tangannya ke depan Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ceo Crazy Game (Versi Lengkap Hanya Ada Di Dreame ButiranRinso)
عاطفيةSemua berawal saat Regita Safira menghadiri sebuah acara reuni untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun menghilang. Siapa sangka jika hal itu menjadi awal mimpi buruknya, ketika Gita bertemu lagi dengan empat pria tampan dari masa lalunya. Merek...