Gita menegang ketika Bara memajukan wajahnya, berjarak sejengkal dari depan mata. Sekujur tubuhnya meremang saat dada bidang Bara menghimpit, membuat Gita merapatkan tubuh ke dinding, tangannya terkepal erat menahan gejolak dalam dada atas reaksi tak terduga saat embusan napas Bara menyapu wajahnya.
Dunia Gita seakan gelap, pandangannya mengabur. Seluruh saraf otaknya tak lagi berfungsi, mengabaikan alarm peringatan yang terus berbunyi. Gita masih terpaku saat Bara mempersempit pandangan. Pria itu memiringkan kepala lalu berbisik di telinga Gita. "Kau itu mainanku Gita, kau tak akan bisa kabur lagi kali ini."
Gita terenyak mendengar perkataan Bara, matanya mengerjap untuk persekian detik, berusaha mengumpulkan kesadaran. Namun terlambat, belum sepenuhnya pulih Bara lebih dulu mengambil alih separuh pasokan udaranya. Pria itu membungkam bibir Gita, membuatnya kesulitan bernapas akibat ciuman yang memburu dan sialnya Gita hanya bisa terdiam kaku seperti wanita bodoh.
Lagi, dan lagi. Gita jatuh ke lembah permainan laknat seorang Bara Bramantyo. Permainan gila yang diperankan oleh Bara sebagai sang penguasa dan Gita selaku budak. Permainan terkutuk yang seharusnya Gita hindari, permainan yang membuat otak dan hatinya mati rasa atas segala perlakuan Bara terhadapnya.
Gita kembali, memasuki masa-masa kelamnya bersama sang pemeran utama, Bara.
Gita terkesiap, ketika merasakan tangan Bara memaksa melepaskan kancing kemejanya. Lantas dengan cepat Gita mendorong Bara, pria itu terdorong mundur tampak terkejut mendapat penolakan secara terang-terangan. Matanya menggelap, menatap tajam Gita. Masih terdengar deru napas memburu dari pria itu.
"Kau gila Bar!" Bulir air mata menerobos keluar, membasahi pipi Gita. Emosinya tak lagi terbendung, air mata yang menumpuk di pelupuk mata berjatuhan dengan cepat, tanpa bisa dia tahan. "Apa kau belum puas menghancurkan hidupku!" Suara lantang Gita memenuhi ruang kerja Bara yang kedap suara.
"Cukup Bar." Intonasi suara Gita melemah, wajah lelah dan frustrasi tampak jelas dari ekspresi Gita saat memandang sayu Bara. "Cukup kau sakiti aku Bar, jangan lagi." Nada bicaranya seolah memohon, namun seakan air mata Gita tak berarti apa-apa di mata Bara. Pria itu justru tersenyum sinis, tatapan mencemooh yang menjatuhkan harga diri Gita sejatuh-jatuhnya.
"Kau pikir aku akan melupakan semuanya?" Bara menarik kerah kemeja Gita, mendekatkan wajahnya di depan bibir wanita itu. Tampak bergetar menahan isakan yang mencoba menerobos dinding pertahanannya.
"Tidak." Bara menyeringai, wajah tampannya terlihat mengerikan di mata Gita. Membuatnya bergidik, mengatupkan bibir rapat-rapat. "Aku tidak akan pernah lupa bagaimana kau menolakku dulu Gita," bisiknya.
Gita membeku, ucapan Bara seolah mematikan jantungnya sesaat, sebelum akhirnya berpacu cepat di luar batas normal ketika tubuhnya terdorong mundur membentur dinding. Bara kembali agresif, matanya berkilat memancarkan amarah yang menggebu-gebu.
Kali ini, Gita tak mampu mengelak serangan Bara. Pria itu berhasil merenggut kembali bibirnya, tangan kekar itu bergerak bebas melepaskan satu persatu kancing kemeja Gita. Harapannya pupus bersamaan dengan tangan Bara yang menyelinap ke belakang punggung. Memberikan sensasi menjijikan di sekujur tubuh.
Di ujung rasa putus asa, Gita masih berharap secercah harapan yang akan menyelamatkannya. Ketika kemungkinan tak lagi berpihak padanya, masih ada asa yang tersisa membuat Gita kembali memohon sebuah kesempatan pada sang pemilik semesta.
Sepertinya doa Gita pada Sang Maha Kuasa terkabul, ketika Bara berniat membuka seluruh baju Gita. Seseorang di luar ruangan mengetuk pintu berulang kali, suara ketukan tak berjeda menghentikan atraksi gila Bara. Dia tampak geram, menyugarkan rambutnya yang acak-acakan.
"Bara." Terdengar suara lembut wanita.
Bara memutar bola matanya, mendengkus kasar saat tahu siapa wanita yang ada di luar ruangan. Wanita yang sama sekali tidak diharapkan kehadirannya dan justru mengganggu momen kesenangan Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ceo Crazy Game (Versi Lengkap Hanya Ada Di Dreame ButiranRinso)
RomanceSemua berawal saat Regita Safira menghadiri sebuah acara reuni untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun menghilang. Siapa sangka jika hal itu menjadi awal mimpi buruknya, ketika Gita bertemu lagi dengan empat pria tampan dari masa lalunya. Merek...