O2 ; remembrance

150 20 8
                                    


Enam tahun yang lalu....

"Gege, kau jadi berangkat ke pernikahan Minghao gege? Aku boleh ikut? Aku ingin bertemu Minghao gege. Aku sangat merindukannya!" Ucap Renjun dengan mata berbinar.

Hendery yang melihat adiknya memohon dengan gemas itu tentu tidak dapat menolaknya. Siapa yang bisa menolak pesona manis dan imut adikku satu ini?

"Ya, tentu saja kau boleh! Siapa yang melarang? Ayo cepat bersiap. Pukul 6 kita berangkat ke pestanya." Renjun mengangguk diikuti senyuman riangnya. Ia berbicara tanpa suara, mengisyaratkan kata terima kasih.

Setelah bersiap dan melalui perjalanan sekitar 30 menit, mereka tiba di gedung pernikahan Junhui dan Minghao.

"Injun, dengar gege." Renjun menatap kakaknya antusias, "yaa?"

"Kamu boleh ke bagian mana saja di dalam ruangan pesta. Tapi, tetap aktifkan ponselmu ya? Agar aku mudah menghubungimu. Oh, atau perlu aku minta Jaemin bersamamu? Aku dengar ia menghadiri pesta ini juga." Hendery tertawa geli dengan tatapan jahilnya pada sang adik.

Renjun menggerutu kesal, ia malu sebenarnya. "Gege ih! Aku bisa sendiri. Jangan khawatirkan aku."

"Hei, tidak apa jika kamu ingin bersama Jaemin. Aku tidak akan mengikuti kalian, kok." Ucap Hendery sambil mengusak rambut adiknya gemas, "Itu Jaemin, sana temui dia."

Hendery mendorong pelan tubuh adiknya ke arah Jaemin. Jaemin yang tak sengaja melihatnya pun langsung paham. Ia mengangguk samar ketika Hendery mengerlingkan sebelah matanya, bermaksud mengajak bekerjasama.

Ia melambaikan tangannya pada Renjun, dibalas dengan tatapan jengkel dari sang adik. Buru-buru ia masuk ke dalam gedung itu untuk menemui Minghao.

Huft, tidak terlambat. Gumamnya dalam hati.

Ia berjalan menuju kursi-kursi undangan yang kosong, duduk lalu menatap kedua mempelai yang baru saja datang. Tepuk tangan riuh memenuhi seisi ruangan.

Junhui dengan gayanya yang selalu terkesan tampan, dan Minghao yang terlihat sangat indah. Wah, mereka begitu serasi!

Hendery tersenyum bangga melihat teman sekampusnya dulu, kini sudah menjadi istri seseorang.

Pesta berjalan dengan sangat lancar, kini sudah memasuki sesi tangkap bunga. Tetapi, Hendery tidak tertarik. Ia lebih memilih untuk berada di sekitar stand makanan sambil memperhatikan betapa serunya para wanita maupun pria yang ingin mendapat bunga.

Mitosnya kalau seseorang berhasil mendapat bunga pengantin, ia akan segera mendapat pasangan dan menikah. Pantas saja.

Hendery terkekeh lalu menggeleng pelan melihat kegiatan itu, konyol pikirnya.

Ia menyuap sesendok es krim ke dalam mulutnya. Takjub dengan rasanya, ekspresinya pun tak terkontrol. Rasanya ia ingin memberikan tepuk tangan ricuh untuk pencetus es krim ini.

Kelamaan, ia menyadari ada sepasang mata melihatnya. Ia menengok ke arah kanan sambil terus menyuap es krimnya. Ditemuinya, sepasang mata kecoklatan dengan binar yang indah.

Hendery sampai tidak berkedip! Rasa es krim yang menakjubkan, ditambah mata indah yang ditatapnya. Woah.

Mata indah itu adalah milik seorang laki-laki dengan perawakan mungil, seperti Renjun. Berdiri sekitar 2 meter dari tempatnya berdiri.

Laki-laki manis itu memamerkan senyumannya sambil sedikit membungkuk, terlihat tulus. Hendery gelagapan, ia menoleh ke kanan dan kirinya. Tidak ada orang yang sedang menatap laki-laki itu juga.

Hendery salah tingkah, ia mengusap tengkuknya dan langsung pergi dari tempatnya berdiri.

Senyumannya, astaga! Jantungku... Selamatkan jantungku. Wajah Hendery memperlihatkan tampang panik, memelas, senang, semua tercampur.

TBC.

Hai! Buat yang ngga paham di part ini tuh flashback. Jadi menceritakan awal pertemuan Dejun sama Dery. Part selanjutnya juga kelanjutan dari part ini ya!
🤍🤍🤍

 Part selanjutnya juga kelanjutan dari part ini ya!🤍🤍🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANYWAY, liaaat deh gemes banget! 😭

𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞, HENXIAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang