O4 ; saneness

171 26 16
                                    


Sudah 2 minggu sejak kejadian memalukan di cafe. Selama 2 minggu belakangan pula pekerjaan Hendery di kantornya semakin menumpuk tiap harinya, itu membuatnya semakin sibuk.

Malam ini ia lembur lagi. Kantung matanya terlihat semakin menggelap juga rambutnya yang sedikit acak-acakan itu tidak mengurangi sedikitpun ketampannya.

Pandangannya fokus menatap PC di hadapannya, mengurus banyak berkas penting. Di sisi kanan mejanya terdapat dua gelas kopi, yang satu kosong dan satu lagi tersisa seperempat bagian.

Setelah berkutik dengan pekerjaannya, akhirnya ia selesai juga. Ia segera mematikan PC dan bersiap untuk pulang.

Ini sudah sangat larut, tetapi keadaan kota masih terlihat sibuk dengan kerlip dari lampu gedung-gedung tinggi. Walau begitu, kendaraan umum tak banyak yang lewat.

Hendery memang sudah berencana untuk mengunjungi sebuah toko kue terlebih dahulu, ingin mengambil pesanan kue sebagai kejutan untuk Mama-nya. Tidak, Mama tidak ulang tahun. Ia hanya ingin menyenangkan hati Mama-nya.

Tring!

Terdengar bunyi khas dari bel di atas pintu toko. "Selamat datang!" Sambut seorang petugas toko yang sedang menata nampan dan capitan khusus roti kembali pada tempatnya, juga ada yang sedang membersihkan meja.

Ia berjalan menuju bagian kasir untuk mengambil pesanannya, "permisi, saya mau ambil pesanan kue atas nama Huang Guanheng." Sapanya dengan nada ramah.

Disambut dengan petugas kasir tersebut, "oh, iya Tuan Guanheng. Tunggu sebentar, saya ambilkan kuenya." Petugas kasir itu pergi dari tempatnya.

Selagi menunggu, ia memperhatikan detail dari setiap sudut toko ini. Ya, sepertinya memang sudah kebiasaan Hendery memperhatikan keadaan juga interior suatu tempat.

Petugas kasir tadi kembali dengan kotak kue yang sudah dibungkus paperbag di tangannya. Tak lupa Hendery berterima kasih dan membungkuk, lalu pergi dari toko kue itu.

Di jalan, ia tak sengaja tertabrak oleh seseorang dengan hoodie kuning dan blazer abu muda. Orang itu sepertinya sedang tidak fokus berjalan sehingga menabrak Hendery yang juga fokus menatap ponselnya.

Orang tersebut jatuh terduduk, Hendery yang menyadarinya langsung panik dan berjongkok sambil menaruh bungkusan kuenya, "Hey, nak? Kau tak apa-apa?"

Orang tersebut mengangguk pelan, lalu mendongak. Tudung hoodie yang tadinya menutupi kepala perlahan terjatuh, memperlihatkan wajah manisnya.

"Xiao.... Dejun." Gumam Hendery kaget saat melihat wajah itu, jarak antara mereka sangat dekat.

Jantung Hendery berdegup sangat kencang! Ia... Bertemu kembali dengan seseorang yang ia kagumi hanya saat melihatnya pertama kali.

Hendery memundurkan badannya lalu berdiri, mengulurkan tangan pada Dejun untuk membantunya berdiri juga. Dejun menyambutnya sambil mencoba berdiri.

"Maafkan aku, apakah ada yang sakit?" Hendery membuka suaranya sambil menatap Dejun cemas. Dibalasnya dengan gelengan dan tatapan bertanya-tanya dari Dejun.

"Aku benar-benar minta maaf, kau sampai terjatuh. Ah, omong-omong aku mengetahuimu dari suatu aplikasi. Entah bagaimana akunmu bisa lewat di timeline ku." Ucap Hendery lagi.

Mulut Dejun membentuk huruf O diikuti dengan anggukan paham, "Aku yang minta maaf, aku sedang tidak fokus berjalan." Dejun akhirnya membuka suara, ditatapnya Hendery. Tatapannya tiba-tiba berubah menjadi sendu kembali.

"Kau... Ada apa denganmu? Apakah terjadi sesuatu? Kamu terlihat sangat murung." Tanya Hendery sedikit tak sopan. Jujur saja, dalam pikiran Hendery ia bingung kenapa ia sudah se- sok akrab ini dengan Dejun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞, HENXIAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang