1. Hancur

6.9K 368 19
                                    

Velly bangun dari tidurnya dan merasakan sekujur tubuhnya begitu sakit. Apalagi di bagian bawah perutnya yang terasa begitu nyeri. Di sebelahnya, Alvaro masih tertidur pulas dengan dengkuran halus. Tangan Velly terulur untuk mengelus rambut lelaki itu yang banyak itu.

"Alva.."

"Hm?"

"Antar aku pulang ya?"

"Aku capek." Alvaro membalikkan tubuhnya. "Pulang sendiri aja."

Velly menghela nafas kemudian memunguti pakaiannya. Sebelumnya, dia menatap pantulan dirinya yang terlihat begitu berantakan. Dia segera merapikan penampilannya dan langsung pergi dari rumah Alvaro.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Pasti dia akan di marahi oleh kedua orang tuanya. Dia tidak pernah pulang malam. Entah kenapa, Velly merasa takut pulang. Bukan takut karena di marahi. Dia takut karena dia sudah membohongi kedua orang tuanya. Ah Velly..

***

Velly masuk ke dalam rumah. Seperti dugaannya, Ayahnya—Adam, sudah menunggunya di sana. Perempuan itu jadi merasa takut karena pasti Ayahnya itu akan marah besar.

"Ayah.."

"Dari mana saja kamu?" Tanya Adam, suaranya meninggi. "Sudah jam berapa ini, hah?"

Velly menunduk. "Maaf yah.."

"MASUK!"

Velly mengangguk kemudian masuk ke dalam kamarnya. Di dalam, dia merasa lega karena Adam tidak terlalu marah besar. Dan..Kemana Mamanya? Kenapa dia tidak ada di rumah? Seharusnya dia ikut menunggunya dan juga ikut memarahinya. Tapi, ini tidak. Jadi, kemana perempuan bernama Vina itu pergi?

Velly mengeluarkan handphonenya, berniat menghubungi Alvaro. Tapi, handphone Alvaro itu mati. Ah, mungkin masih tidur. Perempuan itu memutuskan untuk merebahkan dirinya dan memejamkan matanya. Sekujur tubuhnya masih terasa sakit.

***

"Alva.."

Velly langsung memegang lengan Alvaro. Alvaro tersenyum ke arah Velly. "Kemarin, aku masih capek jadi aku tidur."

Velly menganggukkan kepalanya paham. "Iya."

Alvaro kemudian mengajak Velly untuk berjalan ke kantin, berjalan ke arah meja yang berisi tiga cowok. Lelaki itu merangkul pinggang Velly dengan posesif dan mengajaknya untuk duduk di sampingnya, hal itu membuat Velly mati setengah mati.

Ketiga teman Alvaro saling bersiul-siulan. Semantara Alvaro tersenyum misterius karena ingin melancarkan rencananya. Velly menggenggam erat tangan Alvaro karena saat ini dia merasa malu.

"Ekhem." Alvaro berdehem.

"Jadi bagaimana kemarin?" Tanya Bisma seraya menaik turunkan alisnya.

"Sukses bro," jawab Alvaro.

Sementara Velly, dia hanya menyaksikan pembicaraan Alvaro dengan ketiga teman-temannya. Velly yakin arah pembicaraan Alvaro adalah ke arah sana.

"Its time, Al."

"Okey."

Alvaro menatap Velly dengan dalam, sementara Velly juga ikut menatapnya. Lelaki itu menarik nafas dalam kemudian tersenyum kepada Velly. Sementara Velly masih bingung ada apa dengan Alvaro? Kenapa muka Alvaro terlihat begitu serius?

Arjuna : My Cold Husband [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang