5. Hello, Dori

7.5K 1.3K 204
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dalam hidup cobalah percaya bahwa matahari yang terik menyengat pada siang hari akan digantikan oleh malam bertabur bintang di kala malam, dalam kasus ini, cobalah percaya bahwa semua yang menyakitkan pasti memiliki masa, dan digantikan oleh sesuatu yang indah.

Tuhan yang menjamin!

Belajarlah dari kegagalan, bukan kegagalan kita. Kita tidak harus gagal dulu baru belajar. Lihatlah sekitar, belajarlah dari beberapa kisah yang terjadi.

"Jeje... Makasih" Jeno menoleh pada Jaemin disebelahnya, anak tersebut tersenyum dengan manisnya, tak lupa dengan tangan yang terkait pada jemari besar Jeno yang selalu terayun, bersamaan dengan langkah kaki yang kian menjauh dari restoran.

Jeno sedikit tak mengerti, atau malah penasaran. Apakah Jaemina hanya pura-pura tak sedih atas tindakan kakaknya, atau malah memang Jaemina tak terpikir ke sana?

"Mam... Mau ketemu temen Nana?" Tawarnya, berlagak sekali seperti orang dewasa.

"Nana nggak laper? Nggak mau makan dulu?"tanyanya.

"Eum?" Jaemina menelengkan kepalanya sedikit berfikir.

"Jeje uang ada?" Tanyanya kemudian, mengundang Jeno untuk tertawa, mengingatkannya pada seseorang.



Lucunya... Pikir Jeno.

"Nana mau beli apa? Aku punya banyak uang loh"

"Boleh beli Nana sama teman nggak?" Tanya yang lebih muda, beberapa detik Jeno baru paham.

"Beli makanan buat Nana sama temen Nana?" Tanyanya memastikan.

"Eum" Ia menagngguk dengan semangat.

"Temanya ada berapa?"

Jaemina mengangkat jarinya, mencomba menghitung jumlah teman miliknya.
"Satu... Terus nam.. nambah Jeje. Jadi tiga hehe" kekehnya.

"Dua dong Nana" Jeno gemas lalu mengusap puncak kepala Jaemina yang terkekeh.







**

Tebak apa hal pertama yang Jeno pelajari dari Jaemina?





Ketulusannya.

Saat mereka tengah duduk di sebuah bangku taman dekat lampu merah, Jeno melihatnya sendiri, Jaemina dengan tangan terbuka menyambut laki-laki tua yang diketahui bernama pak Raden. Meski langkahnya kadang terseok, Jaemina dengan semangat membantu pak Raden menjajakan kiranya lembar demi lembar.

"Sini... Sini..." Saat lampu sudah kembali hijau Jaemina menarik lengan ringkih pak Raden.

"Pak! Teman Nana ini" Ujarnya semangat sambil menunjuk-nunjuk Jeno yang tengah tersenyum kikuk.

Lullaby _ SUDAH DITERBITKAN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang