■ 3 ■

1.6K 188 6
                                    

"Selamat pagi, Doyoung-ssi."

Doyoung berdeham sebagai jawaban. Anak itu lagi. Bocah manis yang tidak pernah berhenti mengganggu waktu santainya.

"Kau harus menjawab sapaanku. Tidak sopan mengabaikan sapaan orang lain seperti itu."

"Selamat pagi, Haechan," sahutnya. Terburu-buru dan agak dipaksa.

"Hari ini aku membawa catur. Kau pintar bermain catur, Doyoung-ssi?"

"Tidak."

Doyoung memperhatikan selagi Haechan menutup mulutnya dramatis. Meledek Doyoung dengan sorot matanya yang jahil.

"Kalau begitu kita tidak usah bermain catur. Nanti kau kalah dariku."

"Apa maksudmu? Kemarikan!"

Satu kali, dua kali,

Tiga kali mereka bermain.

Dan Haechan kalah di ketiga-tiganya.

Tawa Doyoung mengudara. Meletakkan pionnya dengan bangga di atas papan.

"Kau kalah lagi!"

Haechan mendesah, "Sepertinya hari ini aku kurang beruntung."

"Kau payah!"

Si manis tidak tersinggung. Ikut tertawa sembari merapikan bekas permainan mereka.

Lalu berdiri di belakang Doyoung. Mendorong kursi rodanya tanpa suara.

"Besok ayo kita mainkan permainan yang lain, Doyoung-ssi."

"Kau takut kalah, kan?"

"Tidak."

"Baiklah. Ayo bermain lagi besok," Doyoung mengukir senyum di sela kalimatnya, "Ternyata kau tidak seburuk yang kukira."

Tidak ada jawaban dari Haechan. Pundak Doyoung diusap lembut bersama kekehan manis yang berasal dari balik punggungnya.

"OH!"

"Ada apa, Haechan-ah?"

"Jadi aku boleh memanggilmu Doyoung Hyung sekarang?"

"Hei, jangan melewati batas!"

Before You Go [Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang