■ 6 ■

1.6K 165 13
                                    

Ruangan yang penuh namun rasanya kosong. Tak ada satupun yang tergerak untuk membuka suara.

Semuanya terlalu larut dalam pemikiran masing-masing.

Menyayangkan sesuatu yang tidak bisa diputar kembali.

Mereka hancur.

"Ayo," Mark menjadi yang pertama, "Kita harus menemuinya. Dia menunggu."

Mark meraih pundak Jisung. Menarik anak itu ke sisinya dan membiarkan Jisung menumpahkan tangis di sana.

Melangkah keluar ruangan diikuti Chenle yang masih menunduk dalam sambil mendorong kursi roda Doyoung.

Xiaojun menyusul setelahnya. Menggenggam buket bunganya erat-erat.

"Jisung, kau lebih dulu."

Jisung mengangguk. Berlutut di hadapan deretan bunga matahari yang ditanam kakaknya di depan rumah.

Dengan hati-hati mengulurkan tangan. Menyentuh pelan figura foto di sana.

"Hyung, berbahagialah di sana. Aku akan tetap menjadi adikmu yang hebat."

Suaranya bergetar bersama seluruh tubuhnya sampai Mark harus ikut berlutut untuk menopangnya.

"Mengapa tidak bercerita padaku? Mengapa harus dengan cara ini? Kau jahat, Hyung."

Doyoung menutupi wajahnya dengan tangan. Meminta Chenle untuk mendorongnya agak menjauh dari sana.

Nafasnya sudah terlalu sesak.

Mark berdiri bersama Jisung. Membawa anak itu ke dalam rumah dan menenangkannya.

Menyisakan Xiaojun di sana.

Mengukir senyum tipis sembari meletakkan sebuket mawar putih.

"Lee Haechan, kau anak yang baik. Jaga Hendery untukku, ya? Aku akan menjaga Jisung untukmu seperti kau menjagaku dulu."






















Hari ini, Lee Haechan kembali ke pangkuan Tuhan.

Meninggalkan duka di hati mereka.




























nggak, ini bukunya belum end di sini kok.....pantengin terus ya^^

Before You Go [Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang