Pukul 1 pagi.
Pintu rumah dibuka perlahan dengan asumsi bahwa seisinya sudah terlelap.
Namun ia salah, sosok sang kakak sudah berdiri di dapur. Memegang secangkir minuman hangat.
Cokelat. Tertebak dari aroma pekat yang berkeliaran bebas menyongsong indra penciuman.
"H-haechan Hyung..." ucapnya nyaris tanpa suara.
"Kemarilah, Jisung-ah."
"T-tapi..."
"Kau tau aku tidak akan pernah meninggikan nada bicaraku padamu, kan?"
Jisung patuh. Mendaratkan diri di kursi meja makan. Tatapannya jatuh pada sang kakak yang masih diam.
"Minumlah," cangkir cokelat panas itu disodorkan, "Kau harus menghangatkan diri. Di luar dingin sekali, ya?"
Jisung mengangguk singkat. Sedikit demi sedikit menyeruput minumannya sementara Haechan mengeluarkan sebutir telur dan beberapa potong sosis dari kulkas.
Jemari lentik bergerak tanpa suara. Hanya senandung pelan Haechan yang terdengar.
Membawa nyaman pada Jisung.
"Kau berkelahi lagi?"
"Tidak."
"Lalu apa yang terjadi dengan wajahmu?" sarkasme terselip di sana, "Menabrak loker lagi?"
Jisung tahu. Ia tidak akan pernah bisa berbohong pada kakaknya.
Ia berdeham pelan, "Aku berkelahi. Dia mengataiku macam-macam, Hyung. Apa aku memang seburuk itu?"
Pergerakan Haechan di sana berhenti. Berbalik bersama sepiring nasi goreng hangat yang menggoda selera.
Grep
Tubuh Jisung ditarik ke dalam rengkuh hangat.
"Kau adik terhebat yang bisa dimiliki seseorang, Jisung-ah."
"Benarkah, Hyung?"
"Tentu saja. Sekarang habiskan nasi gorengmu lalu tidur. Aku tidak ingin kau lemas seperti zombie saat berangkat sekolah nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Go [Haechan]
Hayran Kurgu𝙺𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝚖𝚊𝚝𝚊𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚎𝚗𝚊𝚖. ■bxb■ ■very short chapters■ ■angst■