Es Teh#9

41 16 12
                                    

Kopi panas dan juga es teh manis, terdiam dalam satu lamunan. Kekecewaan yg hadir datang, dan melepaskan adalah jalan keluar.

"Udah ya?" Lirih Naya

Naya menggenggam tangan Kiky kuat kuat, air matanya ikut mengalir diiringi dengan lagu 'biar aku yang pergi'

"Kenapa sih? Kenapa gak jelasin dari awal?" Kiky menghempaskan tangan Naya

Naya berkedip tak percaya, haahhh

"Karna tetep bakal percuma"

"Apapun yg bakal aku omongin percuma kalo di mata kamu" bisik kecil Naya

"Sekarang mau apa" ucap sinis Kiky

Naya tersenyum miris

"Udahan yuk, aku bukan bosen. Aku capek sama sikap kamu"

KREEEKKK....

Suara kursi berdecit, Kiky berdiri lalu pergi begitu saja.

Naya tersenyum kecil, "emang dasar nya gak tanggung jawab"

Naya memandang kosong es teh nya, embun air yg terus mengalir dari atas.

"Gak usah nangis" seseorang menepuk kepala Naya lalu mengelusnya pelan

Naya mendongak lalu tertawa, "ish ngapain kesini?" Arel menarik kursi mendekati Naya lalu duduk disana.

"Ibu negara sedang bersedih" ucap nya tersenyum manis

Anjim baper bangke!

"Jangan bersedih lagi ya ibu negara, kalau sedih siapa nanti yang akan menemani Baginda raja?"

Arel mengusap pelan tangan Naya, sambil menatap lekat kedua bola mata yg telah basah.

"Rel" panggil Naya

"Iya kenapa ibu negara?"

"GUE BAPER ANJIM!" Pekik Naya















-fak!

ES TEH (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang