Chapter 1

25 5 3
                                    


"Jadi kapan kita nikah Gian?"

Pertanya'an yang berulang kali diutarakan Geni pada boyfriendnya yang sudah sangat setia menemaninya dari jaman cinta monyet, hingga Jaman Cinta Romeo, sekarang mereka tlah menginjak jenjang kelas 3 SMA, entah apa yang membuat Gian bisa bertahan dengan gadis tomboy arogan egois dan juga kasar itu, mungkin karna malas ngambil resiko sebab Geni sering ngajak gelut kalau-kalau Gian berani macem-macem sama hubungan mereka. Pria jangkung berkulit putih dengan dua bola mata coklat dan dagu yang belah, tampak memijit-mijit kepalanya pusing dengan pertanya'an yang sama yang selalu terlontar oleh Geni.

"Kamu bisa gak sih, Gak usah ucapkan kalimat itu sekali saja dalam sehari!" gerutu Giant mengusap wajahnya, Geni mengibas Bahu Giant membawa wajah pria itu dalam pandanganya.

"Ya, kali. Bisa aja Kamu bakal berubah pikiran! Mengingat waktu sekolah kita tinggal 3 bulan lagi" jelasnya, bicara serius pada wajah Giant, Nafas Pemuda tampan itu tampak tersengal dan coba melirik kelain arah. Dengan geram Gian coba meremas bahu pacarnya itu.

"Aku gak akan berubah pikiran, kecuali kalo sudah gila!" desisnya, Geni tampak tersenyum simpul sembari bicara dengan tawa pelan.

"Kok gitu ngomongnya"

"Ya, emang siapa yang mau ngambil resiko nolak dan ninggalin kamu, bisa-bisa digorok aku ama si Geni ya 'kan?" tutur, Gian dengan nada meledek, Geni terkekeh menepuk-nepuk bahu Gian lembut.

"Bagus lah, setidaknya kamu tidak akan ingkar janji karna takut padaku!" ucapnya,Gian tampak menarik ujung bibirnya tersenyum lega, Geni sudah bisa menerima jawaban, Giant memdegup dan coba berembus nafas mengemasi bukunya diatas meja taman. Dua siswa berseragam SMA itu tampak masih meramaikan taman sekolah.

"Kamu harus menikahiku, jika kamu ingkar janji. Aku tidak akan membunuhmu malah akan membunuh diriku sendiri!" ucapnya membuntuti langkah Giant beranjak, Gian menoleh dengan senyum hangat menggapai kepalan jemarinya.

"Tidak akan ada yang mati, kita akan menikah, menua, dan berpisah hingga benar-benar mati" ujar Giant memainkan pergelangan tangan Geni  tak lupa pula mengkecup punggung tangan gadis manis itu.

***

Rumah kontrakan yang begitu sempit dan bau karna jarang di bersihkan itu, Geni tampak melingkar rebah diatas ranjang yang sangat berantakan karna tumpukan kain kotor dan sampah jajanannya, Jam menunjukan pukul 15:58, wanita muda yang hidup mandiri bersama seorang pacar yang sekaligus mencukupi hidupnya itu tampak membuka mata dari tidur siangnya, Bibirnya berdecih saat lehernya ternengadah melihat jarum jam.

"Ini sudah sore"desisnya, reflek badannya membalik mencari ponsel. Perut yang sangat keroncongan membuat Geni ingat Gian selain rindu Geni ingin merengek minta makan.

Tuuuuut

Ponsel tersambung beberapa kali Geni coba menelfon namun pria itu tak mengangkat panggilan itu, hingga bunyi ketukan pintu membuyarkan gundahnya Geni.

" Gian?"teriaknya menghambur lari kearah pintu, dengan perasa'an menggebu-gebu Geni membuka pintu berharap Giant yang datang.

"Gian ka-" ucapnya terhenti, saat melihat seseorang yang berdiri dihadapanya sekarang bukan Giant, melainkan Kurir pengantar makanan.

"Sore dek, ini pesanan Pizzanya" ucapnya dengan senyum merekah, Geni tampak menyambar Pizza itu dengan manyun dan membanting pintu kontrakan itu dengan keras.

Nafas Geni tampak tak beraturan mencoba menghubungi Giant berkali-kali.
"Kamu kemana sih, akhir-akhir ini kamu gak antar sendiri makanan padaku"bisiknya sembari tetap mengotak atik ponselnya

Tuuuuut

Tersambung tapi tak ada jawaban, reflek Geni membanting  ponselnya kekasur dan mengusap air matanya yang merintik dengan gusar, sembari tetap melahap sopotong penuh Pizza kemulutnya.

Ping..

Notif pesan berdering,

"Sayang, kamu makan yang banyak ya? Maaf gak bisa antar sendiri, aku tau kamu marah. Makan aja dulu ya Pizzanya peluk dan ciumnya nyusul, aku harus kerumah sakit sayang mamaku minta temenin kontrol" ketiknya, dengan pesan manis yang lumayan panjang itu, Geni tampak mengatur Makanan yang memenuhi mulutnya itu dan berusaha tersenyum, pesan singkat dari Gian membuat Geni serasa melayang-layang.

Bersambung

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang