***
Keesokan paginya, Langkah Elena tampak pasti menuju kelas sedangkan Geni dan Gian baru memasuki gerbang dengan motornya. Langkah kaki wanita itu terhenti saat motor Gian memasuki lapangan basket menuju parkiran tak peduli ada Geni yang di boncengnya Elena datang menghampiri, Geni tampak berdecih pelan turun dari motor melirik wajah Elana yang merekahkan senyum dengan mendekap buku dan tabletnya didada.
"Gian, kamu udah dapet Kisi-kisi buat UN belom?" tanyanya, Gian coba menggetarkan bibirnya untuk bicara namun gagal di sambar oleh Geni.
"Udah..! Kami dah punya"
Elena tampak tersenyum pada Geni.
"Oh, udah ya?" sahutnya, Giant tampak menaiki alisnya dan coba beranjak kekelas, Geni dan Elena mengikuti. Tau di buntuti Geni menoleh pada anak baru itu."Lo gak usah ngekor juga! Gian itu pacar gua, please deh gak usah tebar pesona disini!" geramnya menohokkan pandangan pada Elena, Sontak saja Elena tersenyum simpul.
"Lah, siapa yang buntuti lo maemuneh! Ya emang ini jalan menuju kelas bukan sih?" jawabnya, Mata Geni sedikit terbuka, kayaknya Elena tidak sepolos wajahnya yang keliatan kalem, Geni mendegup dan menghela nafas kembali beranjak ke kelas. Gian yang mendengar percakapan singkat itu hanya bisa geleng-geleng kepala sembari tersenyum simpul.
"Gua duduk disini!, lo duduk disamping Jessi sana!" ucap Geni saat menghenyak duduk sebangku dengan Gian, Elena mematung sejenak melihat senyum hambar yang disunggingkan Geni. Tau wanita itu bengong Geni kembali menaiki alisnya dan bicara.
"Kenapa? Mau protes?" desisnya, Elena tampak menghela nafas melirik Gian, pemuda itu juga tampak senyum canggung.
"Sayang... Kamu mau aku atau Elena disini?"rengek Geni, sembari mengenggam jemarinya, Gian tampak tersenyum manis sembari bertutur.
"Ya kamu lah sayang..." desisnya, Elena mengangkat alis sembari mendegup malas melihat dua tingkah pasangan bucin itu, secepat kilat ia membalikk mencari bangku Jessi menyembunyikan mualnya.
Elena menghenyakkan pantatnya manyun melirik Jessi sedangkan Jessi hanya bisa nyengir menyambut kedatangan Elena.
Selang beberapa jam lonceng istirahat berbunyi, Geni dan yang lain tampak menikmati makanan yang mereka pesan di kantin. " Sayang hari ini kamu jadikan ajak aku kerumah aku kangen tante Ajeng soalnya"Gian tersenyum hangat sembari mengangguk.
"Tentu lah sayang, lagian mama dah kangen kamu juga"Jessi yang tampak curi-curi pandang dengan Andi itupun mencoba menyelip pembicara'an.
"Aku boleh ikut gak?" ucapnya, Geni dan Gian menoleh."silahkan..."sahutnya, menoleh pada Andi.
"Lo ikut gak bro?"
Andi tercekat yang tengah asyik menyantap makanan dan melirik mereka semua, pria tampan dengan dua mata elang itu kini mengerenyutkan dahinya
"Emang ada acara apa?"
Jessi yang tengah merekahkan senyum harap itu menyuguhkan binar mata dalamnya terhadadap Andi, ia melirik Jessi sedikit dan coba melahap makanan lagi.
"Aku sibuk" singkatnya sembari tetap menggumam makanannya."Kenapa sih lo Ndi.. Gak asik banget orangnya gak peka, tengok Gian gua tu, dia peka amat ngerti perasa'an gua" ujar Geni, sontak saja Jessi tertunduk kikuk dan pipinya memerah, lagi Andi melirik Jessi sedikit dan kembali mengunyah makanan seperti bodo amat sama suasana itu. Jessi sudah sangat lama menunjukan rasa sukanya pada Andi, tapi cowok dingin dengan sikap cuek yang luar biasa itu kadang membuat Jessi Done dengan segala penolakannya.
"Ah, apa sih. Aku mau ikut sendiri gak usah bawa-bawa Andi" ngelesnya, saat melihat Andi sudah mulai gerah dan ingin segera hengkang dari sana, Geni tampak memanyunkan bibirnya dan menoleh pada Gian, kekasih geni itu hanya bisa menaiki bahunya.
"Dah ya, aku cabut harus balik ke kelas" ujarnya, Jessi sedikit melirik Andin dan tak menghiraukan ucapannya, pria itu beranjak menjauh reflek Jessi mencubit pinggang Geni kasar.
"Awwwh.." teriak Geni
"Sayang kamu kenapa?" spontan Gian cemas mendengar teriakan Kekasihnya yang menarik perhatian seisi kantin."Apa sih Jessi sakit tau!" Jessi geram melepaskan tangannya dari pinggang sahabatnya itu. "Kamu bikin malu tau gak sih, emang Andi itu siapanya aku, kamu harus bilang dia gak peka segala!" gerutunya, Gian tampak mengusap wajahnya melihat kelakuan dua wanita itu.
"Ya habis, aku greget sama kamu, katanya suka sama Andi tapi gak berjuang apa-apa. Lo cinta apa pasrah ha?" dumel Geni, Jessi mengusap wajahnya gusar sembari berkata dibalik telapak tangannya.
"Emang harusnya gua ngapain...!" lirihnya, kesal membungkuk di meja, Giant terkekeh sembari menepuk pundak Geni.
"Lo bisa Teladani Geni.. Nembak Gua duluan!" ucapnya melebarkan senyum sembari menaiki alisnya pada Geni giliran Geni mencubit pinggang Gian.
"Apasih yank.." bisiknya, Gian terkekeh merangkul pundak Geni, Jessi melirik kemesra'an mereka berdua dan membuang nafas berat.
"Ya kali, Andi sama kek Gian. Kalo gua di tolak gimana" rengeknya, merebah di meja menyembunyikan wajahnya.
"Iya juga sih, Mana ada lelaki di dunia inu seperpect kamu embebkuh" guyon Geni meremas pipi Giant.
=============================
Sepulang sekolah Gian, Geni dan Jessi tampak melajukan motor mereka ke kediamannya Giant."Sore tante..." sapa Geni, Ajeng tampak merekah kan tangannya menyambut Anak Drista mantan tetangganya itu mengingat mereka sangat akrab sebelumnya bahkan ketika anak mereka lahir dihari yang sama mereka bikin nama Couple Geni dan Gian, semua tlah banyak berubah, Papa Geni meninggal Mama Geni menghilang bahkan Geni sudah tak punya apa-apa. Yang tersisa hanya kehangatan keluarga Ajeng pada Geni, yang Geni rasa itu sudah lebih dari cukup.
"Ayok masuk Gen, Didalam ada tamu tante kangen ama kamu buat collab masak lagi" ujar Ajeng, Geni tampak menganggauk senyum sembari menyeret Jessi."Eh ada Jessi juga masuk nak, senengnya jadi rame gini" Tutur Ajeng beranjak ke ruang tamu.
Sesampai diruang tamu Gian dan yang lain tampak terpaku melihat Elena beserta keluarganya tengah bercengkrama dengan papanya Gian.
Bersambung