Chapter 3

11 4 1
                                    


==================

"Hay..."sapa Jessi, menepuk pundak Geni yang begitu fokus menyelesaikan PR disekolah, tanpa melirik Jesi, Geni berdesis pelan sembari tetap menyalin contekan buku di buku tugasnya Gian.
" Hmmm apah"gumamnya. Jessi menghenyakkan pantatnya kekursi disamping Geni sembari menyambar bukunya Gian.

"Lu nyontek PRnya Gian?" ujarnya, Geni menggertakkan rahangnya kesal kembali menyomot buku ditangan sahabatnya itu.

"Suka-suka gua! Pacarkan pacar gua!" ujarnya kembali fokus menyalin, Jessi tampak tersenyum simpul sembari terkekeh pelan.

"Iya juga sih terserah.., oh Iya Gian mana?" tanyanya, Geni mengangkat lehernya sedikit melirik Toilet di luar Gorden, Jessi tampak melihat keluar sedangkan Geni kembali fokus diburu waktu menyelesaikan tugasnya, Mata Jessi membulat saat melihat Gian di hampiri gadis cantik wajahnya sangat asing sepertinya dia murid baru. Terlihat mereka begitu akrab bercengkrama hingga ke lapangan basket.

"Ni?" desis Jessi, menepuk pundak sahabatnya sembari tetap melihat keakraban dua orang diluar sana. "Apa sih lu, sana! Aku harus siapkan ini secepatnya. Jessi terus saja memantau gerak mereka hingga wanita itu berjalan kelain arah sedangkan Gian tampak pasti menuju kelas.

"Lima menit lagi lonceng Gen, gimana udah siap?" ucapnya saat sudah di pintu, Geni melirik sedikit dan kembali fokus menyalin. Jessi tampak nyengir, sembari tetao ekor matanya mengkuti langkah kaki Gian, tau Di perhatikan seperti itu Gian reflek bertanya pada teman sebangkunya Geni itu.

"Kenapa lo, apa ada yang aneh sama gua?"tanyanya, dengan mimik wajah heran melihat wajah teman perempuannya itu.
"Itu tadi siapa di luar, cantik bat" ujarnya melirik Geni sedikit, Gian tampak kikuk mencoba menjawab pertanya'an Jessi, Jessi senyum hangat nungguin jawaban  darinya.
"Siapa? Gak ada kok" singkatnya, Jessi mencibirkan bibirnya.

"Apa sih lo Gian, udah jelas-jelas tadi gua liat lu ngomong dan barengan ama cewek sampai lapangan basket" jelasnya, Geni yang tadinya fokus sontak menghentikan gerak pulpennya dan menoleh pada mereka berdua yang sedang membicarakan sesuatu.

"B-bbukan siapa-siapa kok sayang" sambar Gian melihat Geni menohokkan pandangan padanya.

"Bukan siapa-siapa kok tadi bilang gak ada!" Teriak Geni sedikit tinggi, Gian mengusap wajahnya dan coba bertutur. "Itu tadi cuman sesorang yang nanya ruangan perpus dimana"ucapnya lagi.

" Ya kan kamu bisa bilang, orang nanya atau apa, gak harus bilang gak ada!"tekan Geni lagi dengan kesal, Giant menghela nafas berat dan coba bertutur.

"Sayang, apa sih kenapa harus dibesar-besarkan!" geram Gian mengusap wajahnya, Geni tampak menghempas pulpen sedikit kasar. Dan berkata lagi

"Kamu sengaja nutupin dari aku, karna barusan kamu ngomong ama cewek cantik gitu?" dumel Geni, Jessi tampak terbolongo melihat perdebatan itu plus heran pada Geni yang sukses memperbesarkan hal kecil itu.

"Bukan itu sayang, aku tau kamu bakal cemburu! Makanya aku bohong! Lagian aku gak kenal sepertinya dia murid baru, kasian dia benar-benar gak tau perpus dimana" jelas Gian tampak meyakinkan.

"Terserah lah, kasian sama murid baru itu gak kasian bohongi pacar!" lirihnya berbisik kesal.
"Secantik apa sih, sampai kamu takut aku bakal cemburuan sama dia" Dumelnya lagi, menghenyakan punggungnya ke kursi. Gian mendegup memlilih bungkam, Jessi yang menyaksikan itu tampak terdiam canggung. Hingga kebekuan itu dicairkan bunyi lonceng.

Teng teng teng

Semua murid tampak memasuki ruangan kelas, Gian melirik Geni dengan muka cemburutnya, bahkan dia tak peduli tugas yang ada di depannya.

"Pagi semuanya, ketua kelas tolong kumpulkan tugasnya ya, dan perkenalkan hari ini kita kedatangan murid baru" ujar wali kelas mereka, Elena yang tengah berdiri dipintu tampak ragu melangkah masuk, mata Jessi membulat melirik pada Geni.

"Apa ini orangnya?" bisik Geni pada Jessi, Sahabatnya itu tampak menggangguk pelan. Reflek Geni menghela nafas dan berucap.

"Ayok nak, perkenalkan dirimu" titah wali kelas pada Elena yang tengah berdiri di depan kelas.
"Perkenalkan nama saya Elena, saya pindahan dari SMA bina aksara karna papa di pindah tugas kesini saya juga harus pindah sekolah" ujarnya dengan lantang dan tegas.

"Selamat datang Elena" sahut beberapa murid. Wali kelas tampak melirik bangku kosong.
"Baiklah, karena seminggu yang lalu Aldo pindah, kamu bisa duduk disamping Gian Elena, silahkan duduk kita akan memulai pelajaran" jelas Rosna, Geni menoleh pada Gian dengan tak habis pikir. Pria itu hanya menggaruk dahinya
"What?" desisnya, Ekor mata Geni tampak mengikuti langkah kaki anak baru yang begitu cantik itu menuju bangku Gian.
"Hay.. Senang bertemu lagi denganmu" ucap Elena, Gian hanya bisa tersenyum canggung melirik Geni yang memasang wajah termasamnya.

"Makasih ya, aku dah nemu buku baca'anku di perpusnya" ucapnya lagi, Gian tampak mengangguk mencoba menarik ujung bibirnya untuk tersenyum paksa. Sedangkan di bangkunya Geni tampak gemetar mengepal jemarinya jiwa posesiv yang dimilikinya untuk Gian membuat Geni kacau seharian tak bisa terima Elena menjadi teman sebangkunya Gian terlebih Elena sangat cantik dan menarik, siapa saja pasti suka dengan paras wajah dan postur tubuhnya.

"Udah.. Gen! Kamu tenang aja, Gian gak bakalan kecantol Elena kok, yakin deh ma aku" ujar Jessi mengelus pundak Geni, wanita itu tampak mengatur nafas dan coba tak hiraukan anak baru itu lagi

Bersambung

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang