2 ; REVENGE

1.2K 196 20
                                    

Eilaria POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eilaria POV

"Tadi itu bodoh." Hermione berujar ketika kami sudah sampai di Aula Besar, duduk di meja panjang bersama anak-anak Gryffindor lain. Aku bersebelahan dengan Miley, sementara Harry, Ron, dan Hermione di seberang kami. "Kau bisa terlibat masalah, Eil. Dia itu Malfoy! Kau akan diganggu habis-habisan oleh dia dan teman-temannya kalau kau macam-macam."

Aku memutar mata. "Kau berlebihan, Mione. Dia tidak akan berani menggangguku. Kalaupun nanti dia mengganggu, aku masih punya cara untuk membalasnya," jawabku santai.

"Hermione benar," tegas Harry. "Kau harusnya tidak macam-macam dengan Malfoy. Anak itu tidak akan membiarkanmu begitu saja." Laki-laki itu menatapku kemudian tersenyum kecil. "Tapi terima kasih. Aku puas melihatnya diam tidak berkutik."

Aku menyeringai, bangga karena sudah membuat anak Slytherin sombong bernama Draco Malfoy itu terdiam. Biar saja laki-laki berambut perak itu merasakan bagaimana rasanya dipermalukan. Ia pantas menerimanya.

"Eh, dia melihat ke arah sini," bisik Ron dengan mulut penuh makanan. Miley yang duduk di sampingku sontak menoleh ke belakang, melihat ke arah meja Slytherin. Aku langsung menoyor kepalanya. "Jangan menoleh! Nanti dia tahu kalau kita sedang membicarakannya," desisku.

Miley menyengir sembari terkekeh pelan. "Kau harus menoleh. Lihat wajah mereka. Malfoy tampak kesal."

Mendesah pelan, kutengokkan kepalaku ke belakang. Bisa kulihat Malfoy menatap ke arahku dengan wajah kesal. Sementara itu, Crabbe dan Goyle tampak berusaha menahan tawa. Aku menyeringai. Ingin sekali aku berteriak, 'Hey, Malfoy, kau kenapa? Telingamu panas, ya?', tapi aku tidak segila itu. Kutarik sebelah bibirku ke atas dan kubalas tatapan Malfoy itu dengan seringai.

"Aku tidak pernah melihatnya sekesal itu," komentar Ron. "Kenapa dia sangat kesal?"

Harry menyeringai. "Belum pernah ada orang yang membalikkan omongannya seperti itu. Kau tidak lihat bagaimana dia tidak bisa membalas perkataan Eil?"

"Tetap saja tindakan Eilaria tadi itu bodoh," pungkas Hermione tegas. "Aku selalu berusaha agar tidak terlibat dengan si ferret itu. Tapi, kau yang sebelumnya tidak punya masalah apa-apa dengannya, malah memancing perkara."

"Ayolah, Hermione. Kau sudah lihat, 'kan, apa yang bisa dilakukan Eil? Dia pasti bisa melakukannya lagi nanti," kata Miley yang disambut anggukan olehku.

Memang, Malfoy dan teman-temannya suka sekali mencari masalah, apalagi dengan anak Gryffindor. Meskipun begitu, aku sama sekali belum pernah berhadapan dengan laki-laki berambut perak itu. Sebelum semester ini, aku cenderung menarik diri dari orang-orang. Bukan karena aku tidak suka bersosialisasi--aku tetap mengobrol dan bahkan ikut tim quidditch--tapi aku tidak mau terlibat masalah. Aku juga tidak suka diperhatikan. Memang banyak yang mengenalku, tapi banyak juga yang tidak mengenalku.

Bagaimanapun, sejak kematian Cedric, aku jadi lebih dikenal di sekolah. Aku adiknya, akulah yang malam itu menangis paling kencang. Tentu setelahnya aku menjadi pusat perhatian. Orang-orang mulai banyak mengajakku berbicara. Aku awalnya merasa tidak nyaman karena tiba-tiba menerima begitu banyak perhatian, tapi akhirnya, aku menyerah juga untuk menjauh. Toh tidak ada ruginya aku berteman dengan lebih banyak orang.

Path || D. MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang