Kalian pernah merasa cultural shock ? Gimana sih mengatasinya?
Disini, aku mau cerita pengalaman aja ya. Aku dilahirkan dan dibesarkan di sebuah desa di Lampung. Walaupun aku tinggal di Lampung, tapi aku suku jawa dan tinggal di daerah yang mayoritasnya sesuku denganku.
Dari lahir sampai SD, aku tinggal disini. Menggunakan culture di daerahku ini.
Lalu, saat aku SMP, aku disuruh masuk ke pesantren yang dapat ditempuh sekitar satu jam dari rumahku. Di Pesantren, segalanya berbeda dengan latar belakangku. Di sana semua diwajibkan menggunakan bahasa arab dan inggris. Memanggil kakak kelas dengan sebutan "Akhy" untuk kakak laki-laki dan "Ukhty" untuk kakak perempuan. Apakah aku mengalami cultural shock? Jawabannya tentu. Dari pelajarannya yang sangat berbeda, karena mayoritas pelajaran agama dan menggunakan bahasa arab, dan kegiatannya pun lumayan padat. Keinginan untuk keluar pasti ada. Namun, lambat laun aku mulai bisa beradaptasi dengan segala kegiatan dan kebiasaan disana. Menggunakan bahasa arab dalam berbicara -tapi kalo inggris masih kurang aku-, memahami pelajaran dengan tulisan arab, berpidato, menghafal Al-Quran, dll. Seperti itulah kira-kira kegiatan di pesantren.Lalu, aku pindah saat SMA. Aku keluar dari pesantren itu dan pindah ke sekolah islam swasta yang "katanya" menjadi favorit di provinsiku. Saat pertama kali sekolah di SMA, aku cukup kaget. Karena culturenya sangat berbeda dengan latar belakangku sebelumnya yang dari pesantren. Hampir semuanya berbicara dengan "Lo-Gue". Aku yang tidak terbiasa dengan sebutan itu awalnya merasa aneh. Jadi, aku masih menggunakan kata "aku-kamu". Dan jujur saja, awalnya aku tidak terbiasa memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan "Kakak", kata itu masih sangat asing untuk diucapkan. Namun, lambat laun juga semuanya berlalu. Aku mulai bisa beradaptasi, aku sudah terbiasa dengan sebutan "lo-gue" walaupun aku masih menggunakan "aku-kamu".
Lalu, sekarang. Saat sudah kuliah, yang Alhamdulillah bisa kuliah di Pulau Jawa. Dan aku kaget disini, ternyata orang-orangnya super baik,ramah,dan lembut. Dulu di SMA, aku di asrama dan itu sering terjadi evaluasi yang dimarah-marah dan dibentak-bentak. Namun, aku belum pernah menemui orang yang seperti itu sekarang. Atau mungkin belum ya? Ah semoga jangan sampai. Karena di Pulau Jawa, budayanya tidak beda jauh dengan budaya di tempat tinggalku, jadi tidak terlalu kaget. Kalau dulu SMA mayoritas menggunakan "Lo-gue" tetapi sekarang mayoritas "aku-kamu" malah jarang sekali ada yang bicara "lo-gue", kemarin baru nemu satu sih wkwk.
Waktu ospek yang katanya ada marah-marah, disini BIG NO. GAADA. Asik asik malahan ospeknya. Kalau wawancara organisasi atau kepanitiaan, kalau ada yang jawabannya salah itu bukan disalahin, tidak dimarahin juga, tetapi diluruskan dibenarkan dengan cara yang halus, lembut, dan berwibawa. Hmm kapan ya aku bisa kayak gitu??Udahlah intinya cultural shock itu hal yang wajar jika masih pertama kali di lingkungan baru. Yang enggak wajar itu kalo keterusan dan berlarut larut sehingga mengganggu aktivitasmu. Jadi, kita harus bisa beradaptasi secara baik dengan lingkungan baru.
Udahlah itu aja yang mau aku tulis. Terima kasih sudah membaca^_^
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Putri
عشوائيCurahan hati seorang putri. Ini bisa disebut diari atau buku harianku.