11 • Dijodohin

30.2K 2.7K 65
                                    

Mendengar penuturan Largas yang kelewat santai, mereka semua tiba-tiba langsung terkekeh tak percaya. Apalagi Lauren yang langsung tertawa terbahak, memegang perutnya.

"Aduh, bercanda lo nggak lucu. Siapa juga yang mau sama co-"

"Gue nggak bercanda!" potong Largas langsung. Mahen menatap anaknya bangga. Sedangkan Rani dan Suci hanya diam.

"Emang anak gue nih Dan!" bangga Mahen menepuk pundak Largas.

"Emang punya apa kamu? Mau nikahin anak saya segala!" tegas Pradan menatap remeh Largas yang langsung tersenyum sinis.

"Heh! Enak banget ngeduluin gue. Lauren nggak boleh nikah sebelum gue duluan pokoknya!" tambah Levin yang juga terlihat kesal.

"Emang udah ada pasangannya," kekeh Levan menatap remeh Levin.

"Eh, iya juga ya, pokoknya gue duluan baru Lauren!" tegasnya tak mau kalah.

"Om nanya saya punya apa?" tanya Largas santai

Pradan mengangguk. Semua orang menunggu jawaban Largas. Termasuk Lauren yang juga penasaran.

"Cih, modal tampang doang!" ejek Lauren.

"Sst ..., diam Dek." Levan menyuruh adiknya agar diam.

Lauren menurut, menunggu jawaban Largas. Dengan wajah cemberut.

"Organ saya masih lengkap om, kalo dijual laku lah buat ngasih makan Lauren. Tapi saya nggak semiskin itu buat jual organ saya. Ada lima perusahaan cabang atas nama saya. Saham di mana-mana, kalo diitung-itung kekayaan saya melebihi Om. Bukan mau sombong, cuma ngasih tau aja.

Saya juga udah ngerasain gimana bibir anak Om. Kayaknya saya jadi candu. Kan kata Om harus sah dulu. Ya sudah, saya minta izin buat nikahin anak Om. Biar kalo khilaf lagi nggak papa," terang Largas panjang lebar berhasil membuat mereka semua menganga tak percaya. Apalagi dengan tampang tengilnya.

"Mantap, anak gue nih. Lagi, sebutin lagi yang kita punya," perintah Mahen dengan bangganya menyuruh sang anak untuk menyebutkan semua apa saja yang mereka miliki.

"Itu udah cukup kayaknya, Yah. Nanti mereka jantungan lagi kalo dengar semuanya," jawab Largas.

"Heh, gue nggak mau pokoknya! Yang ada kalo gue nikah sama lo bukannya bahagia. Malah jadi boneka lo doang!" teriak Lauren.

Melihat reaksi perempuan tersebut, Largas justru terkekeh sedangkan mereka semua terdiam.

"Ren, dia kayaknya nggak waras," bisik Levan yang masih dapat di dengar Largas.

"Yakin nggak mau?" ledek Largas sambil menyentuh bibirnya menatap ke arah Lauren yang bergidik ngeri.

"Maaf ya Ci, anakku suka ngelantur," kekeh Rani.

Suci hanya mengangguk memaklumi. "Iya, nggak papa."

"Ya, sudah saya setuju, lebih baik Lauren kamu nikahi daripada berbuat yang lebih jauh dari kemarin. Kalau kalian sudah menikah, bebas mau melakukan apa saja. Asal jangan pernah kamu nyakitin anak saya," jelas Pradan setelah berpikir tak lupa memperingati Largas.

"Yah, masa cuman gara-gara di cium, Lauren dinikahin sih! Bunda, Lauren nggak mau pokoknya!" rengeknya pada sang Bunda.

"Iya Yah, lagian Lauren masih SMA," bela Levin yang diangguki Levan pertanda setuju.

Psycho But Love? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang