Throwback

905 104 1
                                    

Anindut
Shani, gue denger lo ada di Jakarta. Bisa  ketemu?

Indira
Gue tanya Gracia dulu


Anindut
Oke
Gue tunggu

____

"Sayang, kamu tahu orang yang namanya Anin?"

"Anin? Anindhita?"

Shani mengedikkan bahu acuh, wajahnya datar dan cuek. "Engga tau. Di kontak aku namanya Anindut." Ucap Shani membuat Gracia tersenyum.

Gadisnya Shani itu mengelap tangannya selesai memindahkan sup ke mangkuk sayur, lalu menaruhnya di meja makan. Gracia menatap Shani lembut. "Dia chat kamu apa?"

"Katanya mau ketemu."

"Kapan?"

"Gak tau. Dia cuman nanya apa bisa ketemu sama aku, terus aku jawab tanya kamu dulu. Memang Anindut-Anindut ini siapa sayang?"

Gracia tak langsung menjawab, tapi ia melihat jam di pergelangan tangan kiri dulu, kemudian melepas apron dan menaruhnya di sandaran kursi.

Gracia menghampiri Shani yang duduk manis di kursi dapur, memperhatikan ia yang sejak tadi memasak. Gracia mengelus rambut hitam Shani. "Shan."

"Hm?"

Pandangan mereka berdua bertemu. Shani dapat melihat tatapan lembut, kasih sayang, dan cinta. Sejak dia tau kalau Gracia adalah cinta dalam hidupnya, sekalipun dia belum mengingat Gracia secara utuh, tapi hati dan tubuhnya seperti sudah terprogram untuk meneriakkan nama Gracia, Gracia, dan Gracia.

Shani mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengecup bibir penuh milik Gracia. Singkat namun masih tetap bisa membuat jantung Gracia berdetak kencang dan terengah-engah. Huft, Shani. Tenang hati tenang.


Setelah tenang, Gracia memicing membuat Shani terkekeh. "Morning kiss, sayang." Cengirnya Shani singkat sebelum ekspresinya berubah bertanya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku sayang."

"Tanyain Anin kapan ketemu, kasih tau juga aku bakal nemenin kamu."

"Memang kenapa kalau aku sendiri?"

"Nanti kalian cakar-cakaran yang ada." Senyum tengil Gracia tunjkan pada Shani.

"Udah ah. Aku mau ke kamar, Stephi dulu. Dahhh"

Gadis Shani itu berlari kecil ke lantai dua, dimana kamar Stephani berada.

"Gracia, jawab dulu! Memang Anin siapa? Ge!" Teriak Shani.

Shani cuman bisa hela nafas ke arah gadisnya pergi.

"Huft, sayang. Kamu bikin aku mikir aneh-aneh."

"Gracia. Gracia."

____

"Hiks! Hiks! Jahat lo Shan!"

Shani meringis sekaligus terharu dengan orang sedang ia peluk ini. Gadis yang lebih muda dan lebih pendek darinya ini mencengkram kaos depannya gemas.

"Maaf Anin."

"Maaf lo gak guna."

"Yaudah deh. Engga maaf Anin."

"Jahat banget lo gak merasa bersalah karena lupain gue."

"Sahabat macem apa lo, hah."

Shani menatap melas pada gadisnya yang berdiri tak jauh dari dirinya dan Aninditha, gadis yang meminta bertemu denganya. Shani pun baru tau fakta kalau gadis yang lebih muda itu merupakan sahabatnya, tapi karena ingatannya yang belum pulih ia pun tidak mengenali Anin, atau dengan kata lain ia melupakan sosok mungil itu.

Gracia memilih pura-pura tidak melihat tatapan memelas sang kekasih. Biarlab gadis itu merasakan amukan Anin, yang bagi Gracia menggemaskan. Inilah alasan kenapa Gracia ingin menemani Anin, selain kekasihnya tidak akan mengenali rupa sahabatnya,  ia pun ingin melihat reaksi Shani.

"AW! Jangan cubit gue!"

"Bodo amat. Itu akibat karena lo udah berani-beraninya engga inget sama gue."

"Tapi kan bukan mau gu-"

"Gak peduli."


Sayang

Shani kembali menatap gadisnya

Bantuin aku jinakkin Anin

Mata tajam itu terlihat putus asa

Somebody That I Used To KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang