Tangan Dava sibuk pada ponselnya, sesekali sudut bibirnya naik keatas, matanya tetap terpaku pada layar ponsel barunya itu, membuat teman-temannya sejawatnya bingung. Tentu saja ini bukan tentang Dava yang baru beli ponsel seri ke-12 itu, pasti ini tentang sesuatu yang lain.
"Ada yang gila," ujar Sean pada Dodit dan Teguh.
"Masa yang gila ngomentarin orang gila baru," jawab Dodit melirik Sean. Cowok dengan senyum yang mampu bikin siapa saja tiba-tiba bahagia itu mendengus sebal, padahal Dodit jauh lebih gila dari dia.
"Gue waras, gue diem," ujar Teguh bangga.
"Padahal lo ketua sukunya, Guh," ujar Kevin yang lagi mutar-mutar rokok yang belum dihidupin itu. Ya, tidak perlu heran. Namanya nongkrong, tidak afdol jika tidak nyebat. Kecuali buat Sean sih, cowok itu alhamdulilah clean.
"Anjing," umpat Teguh, "Jak, korek dong," pinta Teguh pada Ejak yang cuma setel-setel senar gitar. Beberapa hari kebelakang ini pemuda itu tampak tidak mood, belum lagi Ejak dan Dava yang tampak kurang bersahabat seperti cuaca pada hari ini.
Teguh tegak sambil berkacak pinggang, menatap Dava sama Ejak yang duduk sebrang-sebrangan tanpa ada sapaan sejak tadi. Padahal biasanya Ejak selalu minjem korek Dava atau Dava yang selalu minta tetringan sama Ejak, "lo berdua kenapa sih?" tanya Teguh. Gak enak aja suasana jadi canggung gini, lur.
"Lagi makan roti bonza, Guh," jawab Sean dan Dodit barengan.
"Bukan lo berdua, bangsat. Maksud gue si Dava sama Ejak nih," tunjuk Teguh pada dua temannya yang tadinya sedang sibuk dengan dunia masing-masing.
"Ngapa kita?" tanya Ejak.
"Lo berdua lagi ada masalah?" tanya Teguh membuat kerutan muncul di jidat teman-temannya.
"Mereka ngapa?" tanya Dodit.
"Paham kayanya gue. Dari kemaren Ejak sama Dava diem-dieman doang kaya Sean ketemu sama Dek Jihan," jawab Kevin sembari mengembuskan asap rokoknya ke udara.
"Jangan bawa-bawa Dek Jihan!" kesal Sean sambil melirik galak kearah Kevin yang ketawa doang.
"Kaga ngapa-ngapa kita," jawab Dava setelah mendengar perdebatan Sean dan Kevin, kemudian ia kembali fokus pada ponselnya.
"Masalah Yuna?" tebak Dodit, membuat Ejak dan Dava kompak menoleh seketika, "udah gue duga," lanjut pemuda itu kemudian membakar rokoknya menggunakan korek, soalnya kalau menggunakan batu yang digesekkan ribet.
"Oh, jadi lo pada lagi rebutan Yuna?" tanya Teguh.
"Kaga, sotoy lo," jawab Dava, sementara Ejak diem doang sambil menatap Dava yang duduk di seberangnya.
"Terus?! Jawab dong asu, inu ada apaan?" tanya Teguh lagi terlampau kesal.
"Tanya aja sama Ejaknya," jawab Dava lagi.
"Jak?"
"Gue jadian sama Lala," jawab Ejak terus menunduk, kembali memperhatikan gitarnya.
"Hah? Kok bisa?!" tanya Sean heboh. Kevin segera melihat kearah Dava yang biasa aja.
"Terus lo marah Ejak jadian sama Lala, Dav? Lo sendiri kemarin abis confess ke Yuna," ujar Dodit. Ya memang, kejadian beberapa waktu lalu terciduk oleh Dodit secara tidak sengaja.
"Dia jadian sama Lala sebelum gue confess ke Yuna, sebelum gue punya perasaan ke Yuna. Udah lama, Dit. Tapi dia diem doang, gak ada dari kita yang tahu kan? Terus begonya gue mau-mau aja dijadiin pelarian sama Lala pas dia berantem sama Ejak. Gue gak marah kalau ternyata emang Ejak jadian sama Lala, yang bikin gue emosi tuh Ejak seolah-olah ngebuat gue bodoh disini," ujar Dava menaikkan nada suaranya satu oktaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl ✓
Teen Fiction#10ChaptersProject seri #5 Cerita Dava yang naksir sama Fangirl ©winniedepuh, 2020