Happy Reading gayss...
Alafyuu...
Jangn lupa follow+vote.
Gamau tau😅***
"Hay cewe...."
Terdengar suara lelaki yang pernah dia dengar sebelumnya. Suara yang sangat lantang itu, menggelegar di dalam kelas.
"Apasih lo?! Gila ya!" pekik Debby yang kini berjalan mendekat ke arah pintu.
"Galak bener sih mbak," gurau lelaki itu.
Apa dia tidak tau ya, Debby itu garang, kalau Debby udah emosi ... abis dah tu bocah.
"Agra bego, gosah kumat ... gue timpuk lo ntar!" pekik Debby pada Agra.
Agra yang siang- siang sudah membuatnya emosi. Kenapa manusia seperti Agra bisa menjadi ketos di sekolah Brawijaya ini.
"Lo mau ke sanggar paskib kan?" tebak Agra tepat sasaran.
Yaps, Agra bukan cenayang yah, lebih tepatnya, Kinan yang meminta Agra untuk mengantarkan Debby ke sanggar paskib. Lagian, Agra juga anggota paskib.
"Iya, tau dari mana lo?" tanya Debby.
"Gue kan cenayang," gurau Agra.
"Yaudah ayok," ajak Agra menarik pelan tangan Debby.
"Gausah di pegang, gue bisa jalan sendiri," pekik Debby.
"Galak bener sih sayang," lagi-lagi Agra melemparkan gurauan renyahnya pada Debby.
Ayolah Agra, kamu itu salah, Debby ga bakal luntur ke kamu, eh salah ... maksudnya teh, ngga bakalan melting dengan gurauan renyah begitu.
"Diem ga lo, mau gue timpuk nih!" pekik Debby.
Mereka pun berjalan beriringan dengan senyap. Agra terlihat berbeda saat bersama Debby tadi.
Kini, Agra terlihat tegas layaknya ketua osis yang sesungguhnya. Tapi berbeda bila bersama Debby dan teman sekelasnya.
"Sok tegas banget muka lo, sak boker ya," gurau Debby menggoda.
Keluar sudah candaan renyah Debby pada Agra. Lelaki yang terlihat tegas tadi langsung tersipu malu mendengar gurauan Debby.
"Diem napa sayang, 'kan gue mau kelihatan tegas sama yang lain, biar sayang ga malu," gombal Agra mencoba menggoda.
Agra ... Agra, kamu itu bukan bikin Debby meleleh, melainkan membuat Debby jijik.
"Aku jyjyk mas ...." gurau Debby mengikuti narasi film di tv.
"Cukup By, Mas ngga sengaja melakukan itu, maaf kan Mas," balas Agra mencoba mengubah alur narasinya.
"Dahlah... ngadi-ngadi ae lu bocah," balas Debby.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju sanggar Paskibra tanpa suara yang terdengar sedikit pun.
"Woi... Gra! Ciwi baru aje lu, pakek pelet apaansih!" pekik anak lelaki yang berdiri di tengah lapangan.
"Mau lo?" Agra malah kembali bertanya pada lelaki itu.
"Apaantuh? Barangkali Kinan bisa gue peleting," teriak lelaki masih di tempatnya tanpa bergeming sedikit pun.
"Peletnya pakek doa di sepertiga malam," teriak Agra sambil tertawa.
"Model kayak elu mau pelet Kinan, mimpi lu anjir!" pekik Agra masih sambil berjalan bersama Debby di sebelahnya.
Tak lama teriakan yang melengking terdengar di telinga Debby, kini ia sudah tiba di tujuannya.
"By, ini sanggarnya," tunjuk Agra.
"Tau," Debby menjawab malas pernyataan Agra.
"Tau, kok minta anterin," gurau Agra sambil memitak sedikit kepala Debby.
"Gila, kagak sopan banget sih, njirr!" pekik Debby geram kepada Agra.
Agra yang tengah di teriakin, langsung lari menyusuri ruangan yang baru saja ia temukan bersama Agra.
Tak lama berselang, Debby memberanikan diri untuk memasuki ruangan yang tampak sedikit ramai.
"Permisi ...." ucap Debby kikuk.
Debby yang sekarang tengah menjadi pusat perhatian, merasa risih. Tetapi, jangan sebut namanya Debby kalau ia akan mundur begitu saja.
"Ya, siapa?" balas seorang lelaki yang tampak sedikit lebih tua dari Debby.
"Perkenalkan, saya Debby Carla," ucap Debby sambil mengulurkan tangan ingin menjabat tangan lelaki itu.
Rahmad-Pelatih paskibra di sekolah Brawijaya, yang terkenal dengan banyaknya cogan di sekolah ini.
"Ada apa Debby?" tanya Rahmad membalas jabatan tangan Debby.
"Ngga, disuruh duduk dulu pak?" tanya Debby yang menunjukkan deretan gigi rapi berwarna putih.
"Eh, iya, silahkan duduk Debby," pinta Rahmad sedikit tertawa.
Debby pun melangkah mendekat dengan kursi di depan meja Rahmad.
Debby mulai bingung, ia ingin melakukan apa setelah ini."Jadi ... maksud tujuan Debby kemari ada apa?" tanya Rahmat mengulang pertanyaannya tadi.
"Saya murid baru Pak, jadi saya mau ikut eksul ini," jelas Debby.
"Gausah di terima kak, biarin aja dia ngga ada eskul," lirih lelaki yang menyambar perbincangan Debby.
Tunggu ... Debby mengenal suara ini. Suara yang tak lama ia dengar, suara yang membuatnya jengkel bukan main. Siapa lagi kalau bukan Agra.
"Woe ... sibuk bener sih lu!" pekik Debby tak memikirkan Rahmad di depannya.
"Sirik lu," ejek Agra.
"Agra, sudah jangan diganggu," ketus Rahmad.
"Hehe ... ia kak," Agra tersenyum kikuk.
"Mampus lu," balas Debby menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Depan
RomanceDebby adalah perempuan yang penuh dengan tanda tanya. Bukan karena dia tak jelas akan hidup, tetapi tak jelas akan sikapnya yang tak bisa di tebak. Perempuan yang memiliki depresi terhadap lelaki. Bahkan cinta pertamanya juga menyakitinya.