5.

6 0 0
                                    

Happy reading.
Jangan lupa tinggalin jejak.
Alafyuu

***

Debby yang merasa menang, sedang tersenyum yang mengerikan. Agra hanya diam sambil berjalan mendekat ke arah Debby.

"Guys, ayok kita latihan," ajak Agra pada anak-anak lain yang sedari tadi duduk di lantai.

Semua seisi ruangan keluar mengikuti arah Agra membawa jalan, yang tak lain menuju lapangan.

Agra adalah wakil ketua, bukan Agra bisa diangap kecil oleh anak yang lain. Bahkan, Agra adalah lelaki yang paling menyeramkan jika marah.

Ayolah ... Debby tak percaya dengan semua itu. Agra adalah orang yang lembek, 'tak ada yang perlu ditakuti darinya.

"Dalam hitungan 10, semua sudah baris di depan saya," ucap Agra lantang membariskan anak-anak yang lain.

Tangan Agra membentuk sebuah instruksi, yang tentu saja sudah di ketahui maksud Agra pada yang lainnya.

Tangan kiri yang mendirikan jari telunjuk, tengah, dan manis ini membentuk angkat tiga. Dan tangan kanan, yang lurus kearah kanan.

"Satu...dua...tiga...empat...lima," Agra memulai hitungannya dengan lantang.

Suara Agra yang lantang mampu mebuat seluruh anggota berlari dan membuat barisan yang rapih. Tidak ada suara gaduh sedikitpun di antara mereka.

Debby yang terlalu fokus menatap lapangan, mampu membuatnya lupa akan adanya Rahmad di depannya.

"Maaf pak, saya terlalu fokus," senyum Debby kikuk.

"Iya, gapapa. Oh, iya, kamu bawa celana training?" tanya Rahmad memastikan Debby sudah membawa celana lapangannya.

"Ngga, pak. Saya ga tau, kan saya juga baru masuk," jawab Debby lemah.

"Yaudah, gapapa, kamu pakai celana lapangan sanggar aja," Rahmad berkata sambil berjalan ke arah lemari yang sangat bersih dan rapi.

"Nih, buruan ganti. Oh, iya, ntar sebelum memulai latihan, kamu harus perkenalkan diri didepan yang lainnya," Rahmad memberikan instruksi.

"Baik pak," Debby meninggalkan Rahmad di dalam ruangannya sendiri.

***

"Perkenalkan nama gue Debby Carla, gue murid baru disini, pindahan dari Putera Bangsa," Debby mulai memperkenalkan diri didepan anggota lainnya yang sedang berbaris rapi.

"Hai, By," sapa seorang lelaki di dalam barisan.

"Haii," sapa Debby memberikan senyum manis yang mampu menipu siapa pun.

"Gila, manis bangetttt," lelaki itu meleleh sekejap saja melihat senyum manis Debby.

Dih belum tau lu kan, Debby tu lebih garang dari singa. Makan tuh senyuman maut Debby- sabar thor sabar.

"Panggilannya apa Deb?" tanya Aurel.

"Panggil aja By," jawab Debby manis.

"Kalo, gue mau manggil sayang gapapa, 'kan," pinta Agra yang tiba-tiba nimbrung.

"Gue timpuk lu ntar," Debby mulai mengeluarkan sikap aslinya.

"Wihh, galak njir," Mendra yang sedari tadi meleleh terkejut melihat Debby.

"Mampus lo Men, lo makan nih cewe manis lo," ucap Agra berupa umpatan.

Tenang saja, mereka sedang dalam keadaan santai karena yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang.

"Gra, main yok, nyantai-nyantai ngga jelas nih," ucap Mendra.

"Tapi ketua belom dateng, gas aja nih?" tanya Agra pada semua anggota.

"Gas ae lah, ketua kita kan dingin, ngga bisa marah dia," gurau Mendra.

"Dih, udah pernah kenak sembur juga, ngga kapok-kapok lu Men," samber Rasya.

"Ampun bang jago," ucap lelaki yang ditunggu-tunggu sudah muncul dari arah kiri barisan.

"Mati lu Memen, noh gas ketuanya," lanjut Rasya yang diikuti tawaan anggota lain.

"Memen ... sini lu," teriak lelaki itu dingin.

"Siap-siap dah lu," ucap Melda bergurau.

Mendra mulai mengacungkan tangannya keatas, "Siap, izin keluar barisan," izin Mendra.

"Balikkan kanan," balas Agra memberikan aba-aba mengizinkan.

Mendra berbalik kanan dan berjalan keluar barisan, mengikuti arah jalan lelaki dingin tadi.

"By, ngapain lu?" tanya Agra memecahkan lamunan Debby yang sedari tadi masih berdiri di depan barisan.

"Siap, izin masuk barisan," papar Debby dengan tegas pada Agra.

Tenang saja, Debby sudah menjadi anggota paskibra semasa SMP nya, jadi dia sudah paham betul.

"Silahkan," balas Agra.

Debby berjalan mengitari barisan, dan memasuki barisan dari belakang.
Setiba ia didalam barisan, Debby sudah mulai mendapatkan teman barunya.

DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang