Dor . . .
Tepat sasaran, wanita itu tersenyum tipis. Tidak sia-sia ia menjalani latihan ini selama 4 tahun.
Tangannya bergerak menarik pelatuk, kembali memusatkan fokus pada bantalan sasaran tembaknya.
"Queen, disini ternyata kau! Aku mencarimu!" Seru seseorang dari balik pintu.
Wanita itu menurunkan senjata api miliknya meletakan benda berjenis Glock 45 GAP itu diatas meja. Melepaskan sarung tangan miliknya, menatap sang pemilik suara kembali.
"Kenapa kau mencariku, Mingyu?"
"Roseanne Park, Kim Mingyu, Park Jihyo, Lalisa dan Kim Junhoe. Kalian akan menjalankan misi penting malam ini."
Rose kini berada didalam ruangan, ia menatap pada pimpinan mereka, Kim Namjoon. Ia menghela nafasnya pelan, misi ini pasti tidak jauh-jauh dari merah.
"Sesuai pemikiran kalian, kali ini misi Merah yang akan kita lakukan. Ingat selogan batalyon kita?" Tanya Namjoon menatap dingin satu persatu anggota khususnya.
"Tembak, lenyap, karam!" Seru kelimanya serentak.
"Kali ini siapa lagi?" Tanya Rose memecah keheningan diantara keenamnya.
Namjoon meletakan sebuah berkas di hadapan kelimanya. Ia menatap Rose santai.
"Berkas itu berisi data target kita, Queen. Kau bisa membacanya."
Rose mengangguk paham, ia membuka lembar demi lembar berkas di hadapan.
"Kali ini yang harus kita eksekusi adalah beberapa orang berpengaruh dalam pasar gelap ah sebenarnya mereka juga berpengaruh dalam ekonomi Asia."
"Maksudmu kami akan memburu kakap besar?" Tanya Lisa, gadis itu menatap kearah Namjoon sinis.
Lelaki Kim itu mengangguk, "Gotcha, kalian lakukan malam ini."
Brak . . .
"Kau bercanda, komandan?" Seru June tak percaya.
Namjoon terkekeh pelan, ia menggeleng tegas. "Aku serius, mereka akan melakukan pertemuan malam ini. Tepat dimulai dari pukul 1 dini hari,"
"Kesempatan kita hanya berada pada jam 2 karena saat itu penjagaan akan melemah dan mereka akan fokus berpesta, right?" Potong Rose, ia menatap seluruh rekan kerjanya.
Jihyo mengangguk menyetujui, "Kita bisa mengecoh penjaga dengan beberapa tembakan asal." Usulnya.
"5 kepala sajakan?" Tanya Mingyu entah pada siapa.
"5 kepala dan kalian selesai." Ujar Namjoon.
Rose beranjak dari duduknya, mengambil berkas yang sempat ia baca setengah.
"Sediakan senjata kalian. Kita akan melobangi beberapa kepala malam ini."
Gelap,
Hanya satu kata itu yang membayang di benak kelimanya. Langkah tegap mereka memasuki tempat ini. Ah, kumuh namun berbanding terbalik dengan keadaan didalam sana.
Rose menekan radio penghubung mencoba berbicara pada rekan kerjanya.
"Saluran 6, ini Queen kalian dengar aku?" Tanya Rose pelan, matanya memastikan keadaan di bawah sana. Menatap target yang harus ia habisi malam ini.
"Snoppy, mendengarkan."
"Lady 91, connect."
"Mamboo, disini."
"Red, melapor. Kami sudah siap melepaskan tembakan tanpa tuan, menunggu perintah untuk melakukan."
Rose membenarkan letak TrackingPoint Guns miliknya. Menatap target dari ujung senapan miliknya.
"Lakukan!"
Dor . . .
Rose memusatkan fokusnya pada sang target. Matanya menatap orang yang berlarian menyelamatkan diri. Tapi kenapa lelaki itu hanya diam?
'Menantang nyawa.' sinis Rose.
Ia menghitung dalam hati sebelum melesakan peluru untuk menembus kepala lelaki yang terlihat berumur tak jauh darinya.
Satu,
Ujung pelatuk sudah mulai ditarik.
Dua,
Sudut bibir Rose naik, ia tidak menyangka jika targetnya malam ini seperti kura-kura, lamban.
"Tig-"
Hitungan Rose terhenti, tangannya seketika gemetar. Mata lelaki itu menatap langsung padanya. Menghunus iris coklatnya dengan telak membuat tubuh wanita itu seakan terkunci.
"Dong Sicheng,"
"I found you, sweetie."
Sstt, aks tau kok work yang lain masih terbengkalai.
Tapi ga papa mupung idenya lagi lewat di kepala. Masih dengan kapal hantu kita Winrose.
Oke, semoga suka!
Part satu nyusul kalo prolognya rame.
So, up or unpub?
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories ; winrose
FanfictionMasa lalu membuat seseorang berubah, itulah yang terjadi pada Rose. 5 tahun lalu adalah kehancurannya. Kini wanita itu telah bangkit membuktikan kepada dunia bahwa ia baik-baik saja. Namun, tiba-tiba semuanya kembali mengacaukan kekokohan hati Ros...