Harapan

4.2K 478 16
                                    

Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya kejadian seperti apa setelahnya. Ketika Junkyu dan Haruto pulang bersama dengan Jaehyuk sebagai supir dadakan. Juga Jihoon dan Noa yang kini memiliki masalahnya sendiri.

Dari dua perspektif ini akan menceritakan sesuatu yang berbeda tapi memiliki sebuah korelasi yang cukup signifikan. Haruto dengan sebongkah harapan, juga Noa yang sebentar lagi akan menghilang dari kisah bak melodrama.


🐨🐨🐨


Sepanjang perjalanan pulang, disisi Junkyu udah berada Haruto yang masih duduk terdiam seribu bahasa, mencoba mengalihkan atensinya lewat pemandangan luar.

Bocah itu seakan sengaja bungkam, paham betul bahwa pria manis di samping sana tengah menatapinya intens seperti hendak melontarkan beribu pertanyaan dan emosi.

Ia tau bahwa di sini dirinya lah yang telah melakukan kesalahan. Bermain fisik, merupakan sesuatu yang sangat Junkyu benci.

Pun membuatnya tersadar bahwa selama ini Junkyu ngak salah mencapnya dengan julukan 'bocah', karena memang seperti itu kenyataannya. Haruto belum cukup rasional untuk bisa mengimbangi segala permasalahan yang ia hadapi, apalagi kalau harus ditambah dengan permasalahan Junkyu yang mungkin jauh lebih berat dari apa yang ia alami.


Sesampainya mereka di kosan, Jaehyuk berpamitan terlebih dahulu untuk kembali menghampiri Jihoon, kalau-kalau pemuda itu butuh bantuan. Dengan alasan lain ia sengaja memberi space bagi Haruto dan Junkyu untuk saling berbicara.

Maka di sini lah Junkyu dan Haruto, duduk di sofa sempit mereka.

Dengan teliti Junkyu berusaha mengobati memar-memar yang ada wajah Haruto. Menepis sebentar semua emosinya yang melunjak-lunjak.


"Hyung," panggil Haruto kemudian mendapati Junkyu dengan ekspresi serius.

"Hm?"

"Lo ngak marah?"

"Kenapa harus?"

"..."

"Orang ini juga pilihan lo kan? Emang gue berhak?"

Fokus Junkyu tak teralih sedikit pun, ia mempercayai mulut dan otak kecilnya. Bukan hatinya.


"Bohong, lo pasti marah."

Satu helaan keluar dari mulut Junkyu. Jauh dari lubuk terdalamnya tentu Junkyu marah pada Haruto, terlebih karena ia tau bocah itu melakukan sesuatu yang salah demi dirinya.


"Definisi marah lo dan marah gue beda, Haru. Dan mending sekarang lo diem dulu gue kesusahan ngobatin luka lo."

Haruto menurut untuk beberapa saat hingga Junkyu selesai.

Tepat sebelum pemuda itu hendak pergi menaruh peralatan p3k kembali pada tempatnya, Haruto terlebih dahulu menahan pegelangan tanga Junkyu membuat sang empu kembali terduduk.

"Hyung, gue mau tanya sesuatu."

Untuk kali ini aja Junkyu ngak berontak. Ia masih duduk manis menunggu ucapan Haruto berikutnya.


"Noa atau gue?"

Dan untuk kedua kalinya Junkyu dibuat binggung dengan pertanyaan bocah itu. Entah masih memiliki makna yang sama atau bukan, yang jelas sampai kapan pun Junkyu ngak akan bisa memutuskan di tengah situasi serumit ini. Dari kedua pilihan itu, tidak ada jawaban yang menjamin sesuatu.

Baik masa lalunya atau Haruto, keduanya terdengar semu.


"Haru, lo tau kan semua ngak semudah—"

Bocah - Harukyu ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang