Kesempatan

6K 604 187
                                    

Pagi hari, seperti biasa. Matahari bersinar terang dan suara bising kendaraan mulai memenuhi dari luar kawasan kosan Junkyu. Tapi, satu suara yang tak luput mengganggu tidur nyeyak si pria manis, siapa lagi kalau bukan dering ringtone alarm dari ponsel canggihnya. Junkyu mengerjap beberapa kali membiasakan kumparan cahaya yang masuk, setelahnya segera membungkan sumber bunyi kebisingan tersebut.

Junkyu melepaskan sebuah eluhan, kepalanya terasa amat berat dan pusing, matanya pun menolak untuk terbuka. Padahal dia itu termasuk morning people, ngak kayak Haruto yang kebo.

Ah, tapi sepertinya Junkyu tau alasannya mengapa. Ia jadi kesal, memukul-mukul gemas kepalanya sendiri karena sudah berani mengingatkan kronologi kejadian malam kemarin, mulai dari pertemuan tak terduga dengan Noa, hingga dirinya yang menangis tersedu-sedu sampai tertidur pulas dalam pelukan Haruto. Junkyu malu. Ia malu pada dirinya yang sudah berani terlihat seperti orang bodoh di depan sang mantan kelam, juga pada Haruto. Entah lah mulai sekarang Junkyu harus bersikap bagaimana kalau berpapasan nanti.

Ngomong-ngomong soal Haruto, sejak tadi Junkyu seperti merasakan ada sesuatu yang janggal.

Ia segera memaksakan kakinya untuk berdiri, sedikit berjinjit mengintip tempat tidur yang berada satu tingkat di atas kasurnya. Benar aja, bocah itu udah ngak ada disana. Pantas ngak terdengar suara dengkuran yang biasa selalu menemani bangun tidur Junkyu.

Tumben. Pikir Junkyu keheranan.


Masih dengan piyama dan rambut yang acak-acakan, Junkyu akhirnya memutuskan keluar dari kamar dan hendak menuju dapur karena terdengar suara bising-bising dari sana. Dalam hati Junkyu cuma bisa berharap, jangan sampai bising-bising itu karena Haruto tengah bereksperimen lagi. Junkyu belum siap pulang ke pelukan Tuhan.


"Haru, ngapain?" Sahut Junkyu dengan nada keheranan setelah sampai di ruang makan, mendapati Haruto yang tengah membelakanginya, seperti menutupi sesuatu.

Haruto sedikit tersentak mendengar suara Junkyu, ia segera membalikkan tubuhnya mendapati sosok yang lebih tua berdiri beberapa meter di belakangnya.

Junkyu menyipitkan mata, dia peka ada yang ngak beres dari ekspresi terkejut Haruto. Dengan langkah mantap, Junkyu mendekati Haruto berusaha melihat apa yang sedang bocah itu sembunyikan, tapi Haruto seperti sebuah tembok megah yang sulit diterobos, dengan lincah Haruto mengikuti gerak-gerik Junkyu yang bergerak tak beraturan ke kiri dan kanan.


"Nyembunyiin apa lo? Gue mau liat."

Haruto menggeleng kuat, pokoknya ngak boleh. Mau dibawa kemana harga diri Haruto nanti kalau Junkyu sampai tau. Dengan lincah Haruto meraih sesuatu dibelakangnya dan semakin menyembunyikan benda tersebut dibelakang punggung.

"Haru. Gue. Mau. Liat." Junkyu beralih menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ngak lupa harus pasang muka semengintimidasi mungkin, tapi Haruto masih kekeh dengan pendiriannya tidak memperbolehkan.

Satu helaan Junkyu terdengar, masa iya Junkyu harus pakai cara kotor? Junkyu paling benci cara ini, tapi sepertinya cuma dengan ini lah Haruto dapat ditaklukkan.

"Oke, kalau gitu gue terpaksa..."


Perlahan si pria manis semakin mendekatkan diri pada Haruto, menghimpit pemuda itu hingga bokongnya menyentuh ujung meja. Tanpa ragu Junkyu segera membawa kedua wajah rupawan mereka semaki mendekati satu sama lain.

Tangan Junkyu perlahan mulai bergerak meraih pinggang Haruto. Dan saat hembusan napas Junkyu mulai menerpa permukaan kulit wajahnya, Haruto tanpa sadar memejamkan mata mulai hanyut dalam suasana. Degupan Haruto terdengan begitu kencang di telinga Junkyu, membuat pria yang lebih tua memekik dalam hati.


Bocah - Harukyu ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang