Khawatir

5.4K 722 73
                                    

Jaehyuk menepati janji, keesokan harinya, tengah malam Haruto beneran pulang ke kosan.


Pas terdengar seseorang membuka pintu depan, Junkyu ngak sengaja terbangun. Cepat-cepat dia segera membuka pintu kamar untuk memastikan. Wajahnya berpapasan langsung dengan Haruto yang ternyata udah berdiri di depan kamar mereka sambil masang wajah datar.


Junkyu dibuat makin khawatir ngeliat penampilan Haruto sekarang, bahkan jauh lebih kacau dari kali terakhir dia pulang. Kantung mata yang terlihat terlalu hitam, apa iya anak ini sampai ngak tidur selama berhari-hari? Belum lagi astaga tulang pipi yang semakin menonjol, sudah pasti Haruto melewatkan jam makan beberapa kali. Jangan lupa lebam juga plaster terlihat semakin banyak nyaris menutupi tidak hanya wajah tapi seluruh tubuh.


"Haruto! Lo kenapa sih berlebihan kayak gini!"

Tujuan awal Junkyu ngak berniat memarahi Haruto, tapi dia udah ngak tahan dengan kelakuan bocah di depan sana yang pernah mengaku cinta padanya itu. Haruto seakan sengaja menyiksa Junkyu dengan menyakiti diri sendiri karena cintanya tertolak. Junkyu sadar, dia benci menjadi alasan kenapa Haruto seperti ini.


Haruto membungkam mulut, menatap manik Junkyu lekat-lekat. Hatinya sedikit menghangat setelah sekian lama tidak melihat sosok manis yang jujur sangat ia ridukan setiap saat. Telinganya seakan tuli mengabaikan semua ocehan Junkyu.


Haruto ingin peluk Junkyu sekarang juga, dia ingin Junkyu mengelus punggung dan kepalanya bergantian seperti dulu. Haruto ingin kembali merasakan bibir manis Junkyu bertemu dengan miliknya, terlebih Haruto ingin Junkyu mengatakan bahwa dia telah membuka hati barang sedikit aja untuk Haruto. Tapi, Haruto tau hal itu mustahil, sungguh mustahil, mengingat Junkyu sampai rela membohonginya, bahkan sempat berfikiran untuk meninggalkan Haruto.


"Minggir," ucap Haruto datar memendam semua keinginan dan keegoisannya. Haruto beranjak dari berdirinya hendak membersihkan diri, mendorong Junkyu menjauh.


"Haru!"


Haruto kembali menghentikan langkah, hatinya sempat bergetar saat nama itu disebut. Sekelibat kenangan manis kembali teringat. Dulu sebelum hubungan Haruto dan Junkyu merenggang, Junkyu sering memangilnya 'Haru'. Kata Junkyu itu adalah panggilan sayang buat Haruto, sebagai adik kesayangannya yang kedua tentunya, karena yang pertama sudah pasti Junghwan.


Haruto ingin menangis kalau bisa, sungguh dia rindu saat Junkyu masih memanjakannya layak seorang adik, tapi bukan itu yang Haruto butuhkan. Haruto mencintai Junkyu, bukan sebagai saudara, tapi lebih jauh dari itu, dia ingin jadi orang yang seutuhnya memiliki dan dimiliki Junkyu. Tapi Junkyu ngak akan pernah mengerti, pikir Haruto.


"Hyung, mulai sekarang lo ngak perlu lagi manggil gue dengan sebutan itu. Gue bukan adek lo. Dan gue udah muak."


Tanpa Haruto sadari, ucapan yang barusan ia sebutkan berhasil meninggalkan sayatan besar dalam hati Junkyu.


🐨🐨🐨


Pagi-pagi sekali, Junkyu kembali terbangun karena mendengarkan suara pintu yang terbuka. Ia melirik jam dinding, masih menunjukkan pukul 4, bahkan matahari belum menampakkan diri, mau pergi kemana lagi Haruto sepagi ini. Junkyu hendak menahan, tapi Haruto sudah terlebih dahulu membawa motor hitamnya melaju begitu kencang.


Junkyu pasrah, dia menjambak rambutnya kesal sebelum kembali masuk ke dalam rumah kecilnya. Ia beranjak ngambil hapenya, berniat mengirimkan pesan pada Haruto.


Bocah - Harukyu ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang