Tak mampu bertahan lebih lama lagi
*
*
*
*
*Di setiap karangan bunga yang terpampang jelas berjejer memadati rumah duka, terdapat tulisan dengan nama Haruto Watanabe yang ditulis rapi menggunakan hangeul maupun alphabet.
Tepat pada tanggal dua puluh tujuh Oktober, tahun dua ribu sembilan belas.
Laki-laki dengan marga Watanabe itu resmi menghembuskan nafas terakhirnya di salah satu rumah sakit yang berada di daerah Tokyo.Pemakamannya berakhir di Korea Selatan, tempat kelahiran Sang Mama tercintanya.
.
.
.Tuhan mengambil bunga tercantik untuk menemaninya di Surga.
Kalimat itu terasa menjengkelkan bagi Wonyoung yang baru saja tiba di rumah duka.
Perempuan itu tak ada hentinya meneteskan air mata karena merasa benar-benar kehilangan sosok yang berharga baginya.
Kedua bola matanya menatap tidak percaya ke arah wadah yang berisi abu kremasi dengan sebuah bingkai foto yang terletak di sebelahnya.
Di sebelah perempuan tersebut, terdapat sosok Junkyu yang tengah menunduk dalam. Ia tampak tengah menahan tangisannya.
Dadanya bergemuruh, menandakan se-berapa sesak perasaan yang tengah menghantam rohaninya."Kenapa lo pulang sekarang?" dengan isakan yang sedikit memilukan, Wonyoung mulai merutuki mendiang Haruto melalui bingkai foto yang terpajang di ruangan altar.
"Kenapa lo pulang,, tapi lo harus pergi lagi? Dan sekarang buat selamanya?"
Junkyu menepuk bahu perempuan yang lebih pendek dua puluh sentimeter darinya itu, ia manatap Wonyoung yang saat ini penampilannya berada di ambang kekacauan.
Wajah perempuan itu basah total, merah padam seperti menahan semua hasrat emosi di dalam hatinya.
Junkyu menarik Wonyoung ke dalam pelukannya, membiarkan perempuan itu menangis, membasahi bahu yang dilapisi oleh jas berwarna hitam.
Dari jauh, ibu kandung dari mendiang Haruto mengintip pemandangan tersebut. Ia memeluk sebuah buku diary bersampul cokelat.
Wanita paruh baya itu tampak sedikit merasa bersalah.
Seharusnya ia tak membawa Haruto kembali ke Korea, karena hal itu hanya akan mengakibatkan sebagian orang yang sudah menjadi bagian penting di kehidupan Haruto akan merasa kehilangan, sama sepertinya.“Junkyu, Wonyoung. Kalian berdua tau nggak? Ada serangga namanya Mayfly, kalo kalian nggak tau itu namanya lalat capung.
Masa hidup Mayfly cuma sehari, loh. Selain itu, mereka juga punya siklus hidup yang cukup rumit. Parahnya, pas mereka masih berbentuk telur, banyak hewan lain yang makan nimfa mereka.
Tapi, meski begitu.
Meski Mayfly cuma punya waktu dua puluh empat jam buat hidup di bumi ini, mereka udah cukup berharga bagi sebagian makhluk hidup.Mayfly cantik, dan nggak pernah ngerugiin apapun yang ada di dunia ini.
Haruto mau kayak Mayfly.
Kalo semisalkan Haruto nggak punya banyak waktu buat tinggal di bumi, Haruto berharap bisa kayak Mayfly.Akhir-akhir ini, siklus kehidupan Haruto lagi rumit. Haruto berharap bisa kayak Mayfly yang pergi tanpa ngerugiin apapun atau siapapun yang ada di dunia ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Story; FAREWELL | Haruto
Fiksi Remaja"Haruto cuma nggak mau kalo selalu jadi penghalang, tapi Haruto juga nggak mau kehilangan Wony?" - Watanabe Haruto.