Part. 2

4.8K 309 10
                                    

Author POV.

Dina menatap langit-langit kamar tidurnya, sudah satu minggu sejak dia keluar dari rumah sakit dan kerjanya hanya tidur saja.

Awalnya dia bingung saat Abi dan Dia tidak satu kamar padalah mereka suami istri, tapi di sisi lain Dina bersyukur dia tidak satu kamar dengan Abi.

Jujur saya dia masih canggung dan bingung dengan keadaannya sekarang, apa lagi Abi bukan suaminya tapi suami Angelin wanita yang dia tempati tubuhnya.

Apa lagi waktu dia dengar bahwa tubuh aslinya sudah di meninggal dan di kubur, Dina hampir pingsan waktu dia dengar itu.

"Ah bosan" gumanya.

Dina menatap jam dinding kamarnya yang masih jam 4 pagi, karena dia terbiasa bangun subuh-subuh jadi tubuh secera otomatis langsung bangun.

"Aku masak sarapan aja ya"

Dina tersenyum lebar dan langsung bangun dari tempat tidurnya, ya dia akan masak sarapan demi mengisi waktu.

Dina nerjalan kearah dapur dengan langkah pelan, karena sudah tinggal seminggu di rumah ini dia jadi tahu tata letak rumah mewah milik Abi.

Mau di lihat beberapa kalipun tetap saja dia kagum dengan rumah yang terlalu mewah ini.

Dina berjalan dengan semangat kearah kulkas dan mencari bahan masakan yang bisa dia buat.

"Hmm masak apa ya, masak nasi goreng aja, terus bikin bekal nasi buat Leo" guma Dina semangat.

Apa lagi mengingat anak laki-laki polos yang berlari kearah sambil memangil mama saat dia pertam kali datang kerumah ini.

Dina dengan semangat mulai memasak nasi goreng dan membuat bekal untuk Leo dan Abi.

.

.

.

.

.

.

"Pagi papa" sapa Arkan saat anak umur 9 tahun itu keluar dari kamarnya dengan seragam lengap.

"Pagi juga" balas Abi.

Kedua turun dari kebawah dengan Abi yang sudah rapih siap berangkat ke kantor.

"Pagi mas, Arkan" kata Dina sambil menata piring di meja makan.

"Ya pagi juga" sapa mereka kaget.

Bukan hanya Abi dan Arkan yang kaget tapi semua pembantu juga kaget, selama mereka berkerja di rumah Abimayu Wiratama mereka sama sekali tidak pernah melihat nyonya mereka masuk kedapur.

Bahkan sarapan pagi saja jarang, karena nyonya mereka yang selalu bangun siang setelah malamnya asyik menghambur-hamburkan uang bersama teman-temannya.

"Kenapa hanya berdiri di situ aja mas, Arkan ayo sini duduk dan sarapan nanti kalian telat" kata Dina.

Abi duduk dengan Arkan di kursi samping, mereka berdua memperhatian Dina yang sibuk menyendok nasi dan lauk untuk dalam piring mereka.

"Kok mama buat nasi goreng ?" tanya Arkan hati-hati.

"Loh kenapa emangnya, Arkan ? Kan kalau sarapan harus pake nasi" jawab Dina lembut.

"Kita sarapankan selalu pake roti dan telur ma" jawab Arkan bingung.

"Ha ? Hanya roti dan telur mana kenyang Arkan, harus ada nasi temennya teh manis hangat"

"Ini sarapannya mas" kata Dina sambil memberikan nasi goreng kearah Abi.

"Nah ini untuk Arkan" kata Dina semangat.

Dia Istri kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang