𝐏𝐀𝐆𝐄 𝟎𝟏𝟒

26 25 0
                                    

Mobil Hyunjin sudah keluar dari sepinya tempat lapangan basket itu, kini keduanya diselimuti dengan keramaian kota.

Soal tadi, beberapa menit sebelum masuk kedalam mobil, Hyunjin tersadar dari lamunannya dan menyadari bahwa seseorang yang saat ini bersama dengannya adalah Yeji, bukan Nasya.

Agak kecewa, tapi salahkanlah Hyunjin untuk soal ini. Entah mengapa pikirannya tak karuan.

Mungkin saja ia merasa belum terbiasa tidak pergi ke Gereja minggu ini. Karena biasanya, ia selalu pergi tanpa ada alasan sedikit pun untuk menolak. Dan sekarang ia berada didalam mobil, menelusuri jalanan kota disaat Umat Kristiani sedang menjalani ibadah di Gereja. Semuanya terasa seperti momen bersama Nasya.

"Maafkan aku."

Yeji menoleh kala Hyunjin membuka suara. Entah sudah berapa lama mereka diselimuti keheningan.

"Untuk apa?" tanya Yeji.

"Atas ketidaksadaranku. Seharusnya kau tidak memelukku."

Menusuk? Jelas. Yeji tersenyum miris mendengar itu. Memang tadi ia sempat memeluk Hyunjin saat lelaki itu terlihat lemah sebelum sadar. Tetapi saat Hyunjin sudah sadar, Hyunjin langsung melepas pelukannya dan meninggalkan Yeji begitu saja.

"Ya, aku juga minta maaf." ucap Yeji pelan.

"Sebagai permintaan maafku, apa yang harus kuberikan untukmu? Kau mau es krim?" tawar Hyunjin sambil melirik toko-toko yang sudah dibuka di pinggir jalan.

"Tidak perlu, aku hanya ingin pulang."

"Setidaknya kau membawa suatu barang ke rumahmu."

Yeji menghela nafas, ia tidak menjawab lagi. Membiarkan Hyunjin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Hyunjin juga malas untuk berbicara lagi. Baiklah, ini semua terserah padanya. Jika Yeji menolak pemberiannya, maka ia bisa menemui Nasya untuk memberikan itu.

Tak lama kemudian, mobil mewah Hyunjin berhenti didepan sebuah kedai es krim. Sesuai perkataan, Hyunjin akan membelikan Yeji sebuah es krim.

Yeji membulatkan matanya. Kedai es krim ini terlihat mewah, pasti harga es krimnya mahal.

"Kau benar-benar akan membelinya?" tanya Yeji sambil memperhatikan Hyunjin melepas sabuk pengamannya.

"Apa aku pernah berbohong?"

Yeji tertawa kecil didalam hati.

"Bukankah sekarang kau juga berbohong, Tuan Hyunjin yang terhormat? Mengiyakan permintaan orang tuamu untuk mengajakku ke Gereja bersama, tapi kau malah membawaku ke tempat asing seperti itu." batin Yeji.

"Ya, terserahmu." ujar Yeji akhirnya.

Hyunjin tidak menampilkan ekspresi apapun, ia membuka pintu mobilnya.

"Kau tidak mau keluar?" tanya Hyunjin tanpa mengalihkan pandangannya.

"Untuk apa?"

"Tentu saja memilih rasa es krimnya."

"Aku suka semua rasa es krim, jadi terserah padamu."

Hyunjin berdecak pelan. "Semua wanita selalu menggunakan kata terserah."

Selepas keluarnya Hyunjin dari mobil, Yeji tertawa pelan. Ia merasa sedikit terhibur dengan perkataan kekasih sahabatnya itu. Meskipun tadi mood-nya sempat turun, namun sekarang mood-nya sudah kembali, hanya karena kalimat kecil.

•••

"Bisakah kita pulang saja?"

Langkah Minho terhenti setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut si manis, Nasya. Keduanya sudah berdiri di ambang pintu restoran, tapi Nasya tiba-tiba memikirkan sesuatu.

TIGA TAHUN ❲ SKZ's HYUNJIN ❳ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang