Dr. Mina memeriksa kondisi Jisung setelah mengobati luka-luka ditangannya.
"Dia stress berat, Jisung hanya perlu beristirahat dan jangan terlalu memikirkan hal-hal yang dapat membuatnya kembali stress. Ini obatnya, dan jangan biarkan dia sendirian" jelas Dr. Mina lalu meninggalkan mereka berdua, Chan paham lalu duduk disebelah brankar Jisung, menatapnya lekat dan menghembuskan nafasnya kasar.
"Lu harus bertahan sampai akhir Ji"
Chan menatap bangsal Jisung yang berantakan. "Separah itu ya Ji?" Lirih Chan dan dengan inisiatif Chan membersihkan bangsal Jisung.
cklek..
"Jisung..."
Chan mendongak ke arah suara, Changbin. "Chan, Jisung kenapa?" Tanya Changbin lalu jongkok dihadapan Chan yang sedang membersihkan serpihan kaca.
Chan terdiam cukup lama, "Dia, ngelukain dirinya sendiri" jawabnya. Changbin mengangguk kemudian ikut membantu Chan untuk membersihkan kekacauan di bangsal Jisung.
"Gua juga pernah ngelukain diri gua sendiri, dan berharap gua bakal mati-" ucap Changbin dia menghentikan ucapannya sejenak ketika mendapatkan tatapan tajam dari Chan, tapi dia acuh.
"Lagian juga, ayah gua pernah berharap biar gua ilang dari hidupnya. Jadi, buat apa juga gua pulang. Mending gua disini jadi mutan atau setengah robot yang penting ayah gua bahagia kan?" lanjutannya, Changbin mengangkat nakas disamping brankar Jisung.
"Bin.."
"Udah ya Chan, udah rapih nih asalnya gua mau nemenin Jisung eh tapi ada lu, jadi gua balik yaa" ucap Changbin kemudian keluar dari ruangan itu.
Chan menatap sendu pintu yang sudah kembali tertutup, ingatkan Changbin jika sekarang Chan dan yang lain adalah keluarga barunya.
»»——⍟——««
Changbin duduk diatas brankar, menenggelamkan wajahnya diantara dua lutut, entahlah akhir-akhir ini dia jadi lebih sensitif. Changbin berdiri, menatap tajam wajahnya didepan cermin, memegang bekas luka yang memanjang dari atas alis hingga pipinya.
Tersenyum miris, memori masa lalunya kembali berputar beberapa saat.
"Dasar anak sialan!"
"Kau pembawa sial di keluarga ini! Ibu mu mati karena menyelamatkan mu!"
Cras!
"Aa-akhh"
Changbin kecil yang masih berumur 6 tahun itu hanya bisa menangis, menahan perih di wajahnya yang terluka karena cutter berkarat yang ayahnya goreskan.
Prang!
Changbin memukul cermin dihadapannya hingga pecah, nafasnya menggebu-gebu matanya memerah.
Changbin menatap wajahnya lagi, ia menetralkan nafasnya. "Seo Changbin, si anak haram pembawa sial hhh" ucap Changbin dengan smirk, kemudian pergi ke brankarnya untuk tidur, tidak memperdulikan luka ditangannya.
Beberapa jam berlalu dan sekarang hanya ada suara serangga yang saling bersahutan, cahaya rembulan tepat mengenai wajah Changbin.
"Maafkan ayah"
Changbin langsung terbangun dari tidurnya, menyandarkan tubuhnya pada dinding dingin. Ia memijit pelipisnya, suaranya terasa sangat nyata.
Darah di tangan kiri nya masih saja mengucur, walau tak separah tadi. Changbin mengambil kotak P3K di laci meja, membersihkan luka nya dengan air bersih, lalu memberinya obat dan ditambal dengan kain kasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Human Experiment, Stray Kids
ActionKejadian tidak masuk akal, kehilangan seseorang yang mereka sayang dan sebuah pengkhianatan. "Hanya orang yang berkuasa yang akan menang." cast: stray kids © marslightO, 2020.