IF YOU CHAP 9.

9.3K 1.2K 160
                                    

Hampir satu jam berlalu, pelukan Jungkook sama sekali tak mengendur dari tubuhku. Pria itu mendekapku erat dengan kedua mata terpejam rapat. Deru nafasnya terasa hangat menyapu area wajahku, ini di karenakan hidungnya yang mancung itu berada tepat di atas dahi ku.

Tak ada pembicaraan yang terjadi. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari belah bibir kami. Baik aku dan Jungkook hanya diam dan menikmati dentingan jarum jam yang berdetak teratur memecah keheningan.

Waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Sebenarnya aku sangat ingin merangsek turun dari ranjang dan membersihkan diri karena semua tubuhku terasa lengket akibat pertempuran panas kami beberapa saat lalu. Namun lihatlah, pelukan pria ini benar-benar tak mengendur sama sekali.

Ku rasakan, nafas Jungkook telah teratur. Namun jujur, aku sama sekali tak yakin jika pria ini telah terlelap. Aku sangat paham jika segala pikiran dan perasaannya berkecamuk dengan hebatnya. Terlebih saat beberapa saat lalu aku mengucap kata, "Apakah sekarang sudah saatnya kita berpisah?"

Aku pun tak paham mengapa kata itu meluncur begitu saja dari belah bibirku. Bahkan setitik air mataku sama sekali tak menetes kendati kedua mataku menangkap tubuh kekar yang semula berdiri di depan ku itu merosot dan jatuh terduduk. Aku hanya menatap nya sendu kala kedua lutut itu perlahan terkatup rapat dengan punggung yang bergetar hebat.

Sepertinya, aku benar-benar telah lelah. Bahkan hanya sekedar untuk meneteskan air mata.

Jujur aku merasa sakit. Sangat sakit. Karena bagaimanapun pria ini lah yang menemaniku hampir tujuh tahun lamanya. Namun rasa lelah pun tak dapat ku pungkiri. Jika kami terus bersama, sakit seperti apa lagi yang akan kami menghantam kami kedepannya?

Ku hela nafas panjang, ku bawa tubuhku hingga sejajar dengan pria di depan ku ini. Bukan sebuah cercaan dan tekanan yang ku berikan padanya, namun sebuah pelukan. Meraih pundak pria itu ke dalam dekapan ku yang hangat.

Apakah aku merasa sesak? Tentu saja sangat sesak. Namun aku sama sekali tak menangis. Sepertinya air mataku telah habis dan mengering sejak aku pulang dari restauran siang ini. Dan ya.. aku telah menumpahkan semua sesak ku dengan hebat sebelum Jungkook menyadari semuanya.

Dan pada akhirnya tepat di malam ini, Jungkook menggiringku ke dalam permainannnya yang panas. Aku sama sekali tak dapat menolak atau lebih tepatnya aku memang tak menolak. Karena baik aku ataupun Jungkook paham, mungkin ini adalah permainan kami.. yang terakhir kali.

Sebuah usapan lembut di puncak hidungku seketika menarik kembali seluruh atensiku yang menguar entah kemana. Kedua mataku mengerjap pelan dan kemudian kepalaku mendongak, menatap wajah Jungkook. Ku lihat, kedua mata yang terpejam itu perlahan terbuka dan menatap kedua mataku dengan sayu.

"Kau belum tidur?" Tanyaku pelan.

"Aku tak akan tidur, karena aku takut kau akan pergi saat aku terbangun nanti."

Aku terdiam. Ah, rupanya pria ini berpikir jik aku akan pergi meninggalkanya diam-diam.

Kembali ku hela nafas perlahan. "Jung.."

"..." Hening, Jungkook tak menjawab apapun.

"Pertanyaan ku tetap sama. Apakah kita berakhir sampai di sini?"

"..." Tak ada jawaban.

Kembali ku hela nafas perlahan. Terus terang dadaku pun terasa sangat sesak. Aku pun tak ingin berucap seperti ini, namun sungguh.. sepertinya aku merasa benar-benar lelah.

"Jung.. aku sama sekali tak mempermasalahkan istrimu yang mengandung anakmu, karena dia memang istrimu. Dan di sini, akulah yang harus mengalah. Aku mungkin bisa hidup di belakang bayang-bayang istrimu. Namun, aku tak akan pernah bisa membiarkan JungKi hidup di bawah bayang-bayang putramu yang lain.."

IF YOU || Lizkook ( END ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang