"Tidak ada yang salah dengan rasa sakit, hanya bagaimana kita bisa melalui rasa sakit itu dan tetap bertahan. Lagipula, pelangi tidak mungkin muncul begitu saja bukan?"
•
•
•Ku hela napas perlahan, berusaha mengatur irama degup jantungku yang berdetak tak beraturan di dalam dadaku.
Aku gugup.
Bagaimana tidak? Kini aku melangkah di perusahaan Jungkook lengkap dengan sebuah genggaman erat dari pria-ku itu. Tak lupa, bersama Jungki yang berada di gendongan Jungkook.
Ya, Jungkook membawa kami berdua ke perusahaannya. Perusahaan dimana aku pernah bekerja sebagai sekretaris pribadinya, dan kini melangkah dengan status sebagai ibu dari putera semata wayangnya.
Sesekali, pandangan ku bertemu dengan beberapa karyawan yang kami lalui. Dapat ku tangkap jelas bagaimana mereka tersenyum padaku dan sekejap berikutnya saling berbisik tepat setelah aku berlalu.
Ah, entahlah. Aku tak paham dengan apa yang mereka bicarakan. Mungkin mereka terkejut? Atau bahkan menilaiku sebagai wanita yang tidak tahu diri di sini? Karena bagi siapapun yang tidak mengetahui akar masalahnya, akulah peran antagonis disini. Haha...
Seakan paham dengan segala angan yang bergelayut manja di benakku, ku rasakan genggaman tangan Jungkook mengerat, membuat atensiku seketika beralih padanya.
"Tak perlu memikirkan apapun. Jika aku mendengar hal yang tidak-tidak tentang mu atau tentang putera kita, aku tidak akan segan-segan memberhentikan mereka semua." Ucap Jungkook lengkap dengan sekelumit senyum yang tersungging di bibirnya.
Ku balas senyuman Jungkook, menghela napas perlahan dan bersuara kemudian. "Tidak perlu Jung, bagaimana jika seluruh karyawan mu membicarakanku? Apa kau akan memberhentikan mereka semua?" Candaku.
Tanpa ku sangka, Jungkook menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Kenapa tidak? Aku tidak butuh karyawan yang tidak bisa menghargai calon istri atasan mereka bukan?" Ucap Jungkook seraya menoleh padaku. Langkah kaki pria itu terhenti, membuat langkah kakiku seketika ikut terhenti.
"C-calon istri?" Aku terkejut, sekejap kemudian pandanganku mengedar ke sekelilingku. Hei, benarkah ia 'melamarku' di lorong gedung seperti ini?
Jungkook terkikik perlahan. Genggaman tangannya kini terlepas, berganti merengkuh pinggangku dan menariknya sedikit hingga membuatku merapat padanya.
"Aku akan menikahimu, dengan atau tanpa restu kedua orang tuaku. Aku tak peduli Lisa. Dan lagipula, aku telah menantikan hal ini selama Delapan tahun lamanya. Jangan menolakku, okay?" Lirih Jungkook tepat di telingaku.
Selepas berucap demikian, Jungkook kembali melangkahkan kakinya, membuatku turut melangkah dengan degupan luar biasa di dalam dadaku.
Sial Jungkook! Setelah kau membuatku menahan desahan tempo hari kala kau 'menghajarku' di dapur, kini kau membuatku menahan air mata di sepanjang lorong?
Mengapa kau begitu menyebalkan huh?
Dan, menggemaskan.
•••
Dejavu.
Mungkin perasaan itulah yang saat ini ku alami. Dimana, aku kembali berada di sebuah ruangan yang dulu menjadi saksi bisu tentang segala hal yang kulalui bersama Jungkook. Segala canda, tangis, bahkan aktivitas panas yang kerap kami lakukan disini. Di ruangan pribadi CEO Lee Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU || Lizkook ( END ) ✓
Fiksi Penggemar[ Rate : Mature ] Lalisa Kim, wanita cantik bak boneka itu tak pernah mengeluh kendati ia harus hidup dan besar di sebuah panti asuhan, Lalisa Kim sama sekali tidak mengenal siapa orang tuanya. Kehidupannya sangat keras, bahkan ia harus berjuang mel...